Claim Missing Document
Check
Articles

Kemungkinan nitrifikasi dapat menghantar pembentukan organik nitrogen pada lingkungan yang kaya akan bahan organik R Sudradjat
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 9, No 2 (1991): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1991.9.2.70-81

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan proses nitrifikasi menghantarkan terjadinya proses nitrosasi yaitu   reaksi antara  N02 atau NO3  sebagai produk  nitrifikasi, dengan polyphenol  dari Jerami atau  lignin dengan mem- bentuk senyawa organik nitrogen non biomas. Dengan proses nitrosasi atau perubahan status mineral nitrogen menjadi organik nitrogen akan membantu mengurangi terhanyutnya mineral nitrogen pada aplikasi pemupukan tanaman dengan pupuk nitrogen pada tanah gundul, atau lahan hutan non produktif yang mengandung sedikit bahan organik. Hal tersebut disebabkan sifat organik nitrogen yang lebih lambat terdekomposisi.Terjadinya proses nitrifikaai diamati melalui peningkatan kadar organik nitrogen biomas dan non biomas dengan menggunakan kontrol penghambat  nitrifikasi yaitu  nitrapirin, asetilen serta campuran  asetilen, NaCI03.  dan kaptan. Selanjutnya organik nitrogen diidentifikasi dengan spektrofotomefer  infra-merah untuk mengetahui kandungan senyawa kimia  yang lebih spesifik.Hasil penelitian menunjukkan  bahwa proses nitrifikasi untuk  substrat jerami dan  lignin berlangsung dengan baik seperti ditunjukkan  dengan penurunan kadar NH4   Proses nitrosasi cenderung berlangsung pada penggunaan substrat lignin yaitu  dengan meningkatnya kadar organik nitrogen pada sample yang tidak dihambat dibandingkan dengan yang dihambat proses nitrifikasinya.  Evaluasi sulit dilakukan untuk substrat jerami oleh karena rendahnya  penghambatan proses nitrifikasi (40 ­   66%), pengaruhh bakteria mineralisasi dan pengaruh kaptan yang  mengurangi kadar biomas  nitrogen di samping juga menghambat pertumbuhan fungi.Analisis absorpsi frekuensi menunjukkan terjadinya pembentukan nitro dan oksim pada sempel yang tidak dihambat proses nitrikasinya. Keberadaan oksim menunjukkan kemungkinan berasal  dari  tautomerisasi nitroso grup  bagai  hasil proses nitrosesi.
KERANCUAN DALAM BEBERAPA METODE PENETAPAN NITROGEN .Bagian 2. Penetapan Organik Nitrogen Pada Sampel Yang Mengandung Nitrite R Sudradjat
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 8, No 6 (1991): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1991.8.6.214-218

Abstract

Penelitian  ini  bertujuan   untuk   mengetahui   aeberapa jauh  adanya •     keterlibatan   reaksi kimia  yang  tidak  diharapkan dalam penetapan   kadar nitrogen  dengan  metode  yang umum  difunaian terhadap mmpel  yang men,andung organik  N clan nitrite.  Penetapan  N~    dilakukan   dengan  metode  MgO. Auto..,.1y.,,       Devarda dan Montgomery   & Dymo.ck.  Penetapan kadar  organik  N  dilakululn  dengan  metode   Kjeldahl  dan  total­N  derwan  metode   pe,.,ulfat.   Metode   terwbut    dilakukan untuk    mentetahui  perolehan   !cembali  nitrogen   darl  bebnapa  mrnpel   yang  merupakan   c:ampuran aenyawa  organik  N dengan  N03 yang  telah  diketahui   kadar  nitrogennya.                                                                                                                     Hasil penelitian    menunjukkan    perolehan   kembali  nitrogen­  yang  lebih  kecil  atau  lebih  beaar darl  kadar  nitrogen sebenamya.    Hal  tenebut     menunjukkan     kecenderungan    kuat   adanya   pengaruh   reaksi •         kimia   yang   tidak   diharapkan. Rendahnya   perolehan  kem"bali N02  dengan  metode  Devarda  kemungkinan   diaebabkan  penRaruh  Cu Yo"1l mengaki"batkan N02  terdekompou    dan  menguap  pada  waktu  destilasi. Kuus aerupa padD metode  MgO kemungkinan   diaebabkan  teJ'iadi• nya  fiksasi  _N02   terhadap  aenyawa  organik   yang  •mengaki'batkan  perubahan   statua  mineral  N  menjadi  oragnik  N.  Me­ tode  Kjeldahl  memberikan   perolehan   kembali  organik  N yang  rendah  untuk  aenyawa  amino  dan azo  yang  kemungkinan diaebabluin  hilangnya  N  karena  reaai   dengan  N02_  pada  waktu  dedruksi pada •uhu  4000C.  Prose• nitroiai    atau  reaksi N02  dengan phenol  atau  naphtol  diduga  menjadi  penyebab  terlalu  tingginya  perolehan  kembali  organik  N dari a­naphtoldan 1­4­naphtoquinone   dari kadar yang aebenamya.
UJI COBA LAPANGAN PENANAMAN KEDELAI SEBAGAI TANAMAN SELA ACACIA MANGIUM WILD DI AREAL HTI TANAH ASAM Field experiment of soybean intercrop planting among Acacia mangium willd on acidic soil of the forest estate area R Sudradjat; Sri Komarayati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 11, No 3 (1993): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1993.11.3.101-109

Abstract

The purpose of the experiment is to study intercrop planting technique of soybean (var. Willis) on acidic soil among Acacia mangium Willd at HTI Mandiangin, Pekan Baru - Riau.Total area of the experiment covers 0.5 ha, divided into 5 treatment plots of 1000 m2 each. Treatments used in the experiment were: control, lime, lime + anorganic fertilizer, compost and compost + anorganic fertilizer. :Lime. was applied in the order of 2 ton/ha, compost 20 ton/ha and 60 kg urea, 45 kg TSP, 45 kg KCl for 2 period. Rhizogin was used fis biofertilizer to promote growth while Azordin 15 WSC and Dithane M 45 were used as pesticides.The resulls of the experiment for plot 1 (control) showed that the productions of biomass was 383.6 kg/ha, wet pod was 645.4kg/ha, dry pod was 466.7 kg/ha soybean was 275.7 kg/ha, average number of root nodule was 4 and plant heigt was 25.90 cm.Plot ll (acidic soil + lime): the productions of biomass was. 745.8 kg/ha, wet pod was 792 kg/ha, dry pod was 578.6 kg/ha, soybean was 436.5 kg/ha, the number of root nodule was 16 and plant height was 42.38 cm.Plot III (acidic soil +lime + anorganic fenilizer), the productions off biomass was 1331 kg/ha,.wet pod was 1067 kg/ha, dry pod was 805.8 kg/ha, soybean was 525.8kg/ha, the number of root nodule was 17 and plant height was 44.76 cm.Plot IV (acidic soil + compost) : the productions of biomass was 1113.2 kg/ha, wet pod was 1364 kg/ha, dry pod was 963.9kg/ha, soybean was 648 kg/ha, the number of root nodule was 22 and plant height was 38.55 cm.Plot V.(acidic soit+Compost+ anorganic fertilizer): the productions of biomass was 1573 kg/ha, wet pod was 2406.6 kg/ha, dry pod was 1531 kg/ha, soybean was 1060.4 kg/ha, the number of root nodule was 24 and plant height was 55.88 cm.The experiment proved that the range from the highest lo the lowest soybean production was given by compost + anorganic fertilizer(384 %),followed by compost (235%), lime + anorganic fertilizer (190 %), lime (125 %) and control (100 %). It is proved that intercrop planting promote the growth of Acacia mangium Willd i.e: compost + anorganic fertilizer (215 %), lime + anarganic fertilizer (173 %), compost (148 %), lime (163 %) and control (100 %).It is evident that compost has an important role in increasing pH or conducting more nutrients uptake, reduction of A1 toxiclty and eliminating nutrient leaching. 
PENGOLAHAN DEKSTRIN SAGU (METROXYLON RUMPHII) SECARA ENZIMATIS R Sudradjat; Erra Yusnita
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 20, No 1 (2002): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2002.20.1.55-69

Abstract

Sago tree (Metroxylon rumphii) is a potential source of starch and an important contributor of non timber forest products for foodstuff reserve because it has a high carbohydrate content particularly starch. The idea of converting sago starch into dextrin compound is to enhance wider use and increase the economic value of the this commodity. Dextrin has been known for its use as additives in textile industries, pulp/paper industries and pharmaceutical industries.A laboratory trial has been conducted to convert sago into dextrin harnessing the activities of particular enzymes. The aim of this trial was to figure out optimum condition of enzymatic 'sago-processing into satisfactory-quality dextrin, able to comply with the requirement of Indonesian National Standard (INS). The target is to obtain appropriate technology development in sago-derived dextrin.The result revealed that the optimum condition was obtained at substrate concentration of 25 percent with enzyme dosage at 0,9 gram per kg of substrate (dry-weight). In this condition, the dextrin solubility complies with the INS requirement; i.e 25 percent with enzyme dosage at 0,5 gram per kg of substrate (dry- weight).
PENGOLAHAN LJMBAH HASIL PERTANIAN DENGAN POKOK PERHATIAN KEPADA LIMBAH KELAPA SAWIT R Sudradjat; Dedi Hartadi
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 10, No 6 (1992): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1992.10.6.197-208

Abstract

The experivnent  deals with conversion   of oil palm shell lo  activated carbon, solid state fermentation of oil palm wastes i.e :  empty fruit  bunch  (EFB). pericarp  as   well as King grass,   bagasse, sago waste and cayepus leaves residue.  The experiment  was conducted  also on  liquid  state fennentation   of oil palm  process   water i. e : waste waler coming from fresh fruit  bunch  (FFB)  sterilization part and mud  waste from oil extraction part.  The method used for solid and liquid  state fermentation were  set at  about   optimum condition process  according to the previous  experiments.The results showed tluu activated carbon from  oil palm shell  gave iodine absorption of  950  mg/g and yield  of 22 percent by using NaOH as an activatar.For solid  stare fermentation ,  pericarp   gave  the  highes   COD degredation    (61  %),  VS  (31. 4 %),  CIN ratio  (35. 7 %) and  cellulose (26  %) the highest  biogas produation  (0. 211  t/g  COD)  while  bagasse  gave  the highest  lignin degradation  (2. 2  %).For  liquid  state fermentation, The use  of  PUR  as captive  material  gave  the highest   COD,  SS  and  VSS  degradation  either  for  mud waste and waste water.  The highest  COD degradation of mud  waste was 79%, SS 78%,  VSS 79% and biogas production  of  3.7 l/g COD.
TEKNOLOGI PEMBUATAN BIODISEL DARI MINYAK BIJI TANAMAN JARAK PAGAR R Sudradjat; Hendra A; W Iskandar; D Setiawan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.1.53-68

Abstract

Jarak pagar (Jatropha curcas L.) adalah tanaman cepat tumbuh dan sangat toleran terhadap iklim tropis dan jenis tanah, sehingga sesuai untuk dikembangkan sebagai tanaman konservasi. Selain itu, minyak dari bijinya dapat digunakan sebagai bahan energi. Bahkan bagian lain dari tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan khusus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan biodisel dari minyak biji jarak pagar. Biodisel adalah bahan bakar minyak (BBM) dari minyak nabati untuk otornotif (mobil) dan disel generator. Pembuatan biodisel dilakukan dengan proses 2 tahap, tahap pertama adalah proses esterifikasi yaitu untuk mengubah asam lemak bebas menjadi rnetil ester. Tahap kedua adalah proses transesterifikasi yaitu untuk mengubah trigliserida menjadi metil ester. Proses 2 tahap ini dapat menurunkan kadar asam lemak bebas dari minyak jarak pagar dengan proses esterifikasi yang mana asam lemak bebas tersebut dapat menghambat konversi trigliserida menjadi metil ester pada proses transesterifikasi. Proses esterifikasi menggunakan metanol sebanyak 20% (v/v) secara konstan untuk setiap perlakuan, sebagai katalis digunakan H,SO4 2%. Proses transesterifikasi menggunakan metanol dalam jumlah yang bervariasi yaitu : 10, 20, 30, 40, 50, 60% (v/v) dan katalis yang digunakan adalah KOH 0,3%. Kedua tahap reaksi tersebut dilakukan pada suhu 60C dan lama reaksi 90 menit. Sifat fisika kimia minyak jarak pagar yang diuji adalah bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan ester, kerapatan dan kekentalan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses 2 tahap yang dinamakan proses "estrans", dibandingkan dengan proses satu tahap, mampu mengkonversi trigliserida menjadi metil ester dalam jumlah yang lebih banyak. Hal tersebut ditunjukkan oleh rendahnya bilangan asam dan kekentalan, yaitu pada konsumsi metanol optimum sebesar 40% (v/v). Angka konsumsi metanol sebesar 40% (v/v) tergolong tinggi, oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut yang lebih fokus pada upaya untuk menurunkan konsumsi metanol pada pembuatan biodisel dengan menggunakan proses "estrans".
DETOKSIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR TERHADAP TIKUS R Sudradjat; D W Lussy; Dadang Setiawan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 26, No 2 (2008): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2008.26.2.148-165

Abstract

Bungkil biji jarak pagar merupakan limbah dari produksi biodiesel. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa bungkil masih mengandung kadar protein yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai alternatif suplemen pakan ternak. Namun dikatakan juga bahwa bungkil biji jarak mengandung racun yang berbahaya seperti saponin, lektin (kursin), inhibitor tripsin clan ester forbol. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi, mendetoksifikasi racun dalam bungkil dan menguji toksisitas akut bungkil terhadap tikus putih. Analisis fitokimia menunjukkan bahwa detoksifikasi dapat mengurangi senyawaan saponin dan alkaloid contoh. Berdasarkan analisis proksimat, beberapa parameter seperti kadar abu, lemak dan gula pereduksi contoh dipengaruhi oleh detoksifikasi, sedangkan kadar air, protein dan serat kasar tidak dipengaruhi oleh detoksifikasi. Berdasarkan standar proksimat pakan ternak, ampas bungkil biji jarak cocok untuk pakan ruminansia. Uji toksisitas akut menunjukkan bahwa tidak ada kematian dari hewan coba, sehingga diduga LDSO di atas dosis 15 g/kg BB dan ampas bungkil biji jarak dapat digolongkan non toksik.
USE OF BIOBED PERCOLATION FILTERS FOB W~ATER TREATMENT Penggunaan saringan perkolasi dengan lapiaan biomaa wituk "'1n}ernlhon air lfmbah R Sudradjat
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 8, No 5 (1991): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1991.8.5.185-191

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari upa~a rek~di     air limbala•• rumab tanggaya111; di~f'lll    .melalui/arl,,,.n pipa pembuangdn; ke  sungai yang b_iaaa me1Uadi  sumber polui   air sungai padia .. bebe~. •ko.ta b.aar.   Upo'Yf.' f'el!lamai dila,kaanakande1tllan cam Jierkolaaiair limbah melalui lapi80n biomaa yaitu gambut, aerpih kayu dan kulit kayu eet.bal SO cm. Serpih ddn IHtlit  kayu yang digunakan adalah dari jenis kayu Pinua sylvestril.   ••                       .                 ..Hasil -nelitian  menunjukkan bahwa kulit kayu memberikan air perkolaai terjernih (tidak be~rna)    dibandinikan dengan• gambut dan se,.Pih kayu  (kuning)."Penurunan  COD  yang cukup  beNrti di~roleh JHlda.penggunaanpniolator kulit  kayu  (10 %)  dan gambut  (50 %). Penurunan   kadar ph°'phat untuk  ketiga perkolatpr gambut menwrunkan, 80~ ~  . kulit kayu 61 % dan aerpih kayu 54 %. Penurunan   kadar amonium bervaria~fantara60 -   10 %, dmaanapenuru,..,. a~ aium pada penggunaan perliolator gambut diikuti peningkatan kadar NO~--N   yang menunjukkan terjadinya nltriffkaei. Perkolator gambut menunjukkan kapaaitaB desinfeksi tertinggi harena dalaift waktu 6_minggri sudah terjadi kematian total koloni fecal streptococci dan fecal coli. Perkolator kulit kayu terendah dalam penurunan junJlah koioni fecal coli.Penurunan.  COD  dan organik--N untuk  ketiga perkolator lebih tinggi untuk   ,.Hydraalik •l<)ading rate"  (HLR) 10 dibandi111 2,6 crn/hari, •""H -"nu~n   total-N  lebih tinggi pada. HL!'. ~,6 diba!"'ing 1fo cm~hari. Penilalait lnlalitatif rMilon,/uk.perkolator  gambut yang terbaik- ditirvau 4an k_.hatan  lqltungan. DeftlGn meng-kombinaihn,,,.,..,,...pl~-1'ambudt an kulit kayu diharapkan akan meningkatkan kualitas air
Karakteristik sifat fisika kimia dan toksisitas limbah fermentasi bahan Organik padat R Sudradjat
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 9, No 3 (1991): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1991.9.3.122­-128

Abstract

Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui  sifat fisika kimia dan toksisiti timbah fermentasi bahan organic padat hasil fermentasi anaerobik sampah kota. dalam penelitian ini , sampah kota difermentasi secara anaerobic dengan proses dranco (Dry anaerobic conversion). sebelum dilakukan analisis sifat fisika dan kimia limbah padatnya dipisah-pisah ke dalam fraksi-fraksi untuk diketahui sifat fisika kimia dari fraksi-fraksi tersebut.cara pemisahannya adalah dengan pengembangan, pengertian dan penyaringan untuk penghasikan fraksi sebagai berikut : dranco waste (DW), dranco wastedried (DWD), dranco liquor (DL), fresh humotex (H), fine humotex (FnH) dan coarse humotex (CH).setiap fraksi dianalisis komponen hara total dan hara terlarut dengan pembandingan kompos aerobic. pengujian.toksisitas hanya dilakukan terhadap DWD, H, kompos aerobic dengan kontrol  air suling, yaitu untuk mengetahui tingkat toksisitas bahan tersebut terhadap perkecambangan tanaman cress.                hasil penelitian menunjukan bahwa DWD mengandung NH4+, K+ dan Na+ yang sangat tinggi. konsentrasi hara pada humotex tidak banyak berbeda dengan kompoe, kecuali Fe, Mn dan Zn pada humotex terdapat dalam bentuk yang tidak larut karena pH yang tinggi (7,5-8). fraksi halus dari humotex mengandung hara total dan hara terlarut yang lebih tinggi dari frahsi kasar.kadar logam berat pada humotex sesual dengan ambang betas yang dipersyaratkan.sirat toksisites humotex lebih rendah diandingkan dengan kompos aeribik.                secara umum berdasarkan sifat-sifat diatas dapat disimpulkan bahwa DW dapat digunakan sebagai kompos dengan jumlah kompos perhektar yang belih kecil dibandingkan dengan humotex atau kompos aerobik. baik DW atau humotex akan sangat berguna untuk meningkatkan pH dari tanah yang asam dan rendah kadar haranya disebabkan oleh tingginya  CEC dan pH. kelarytan Fe, Mn dan Zn akan meningkat dalam aplikasi pengomposan di lapangan herena pengaruh pen-campuran kompos dengan tanah akan. menurunkan pH tanah. 
PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN ANAKAN SENGON (PARASERIANTHES FALCATARIA) R Sudradjat; Sri Komarayati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 10, No 5 (1992): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1992.10.5.150 - 155

Abstract

The purpose of this work is to study the effect of organic and anorganic fertilizer mixture  to the growth of sengon (Paraserianthes  falcataria)  seedlings. The properties tested were height increment, dry weight and number of branches.The results show that the application of fertilizer and aerobic compost combination gave a highly significant effect on promoting plant  height and dry weight of sengon seedlings as well as the number of branches,  while the application of aerobic compost had no effect on branching,Combination of 50% compost and 5 gram chicken manure give the highest plant height of 28. 34 cm,  while the lowest is in the treatment  of 0.25 gram NPK, that is 1.48 cm. Combination of 40% compost and 5 gram chicken manure give the highest plant dry weight of 0.89 gram, while the lowest is in the NPK treatment.