Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

RANCANG BANGUN ALAT UKUR KADAR KARET KERING PADA LATEKS BERBASIS TEKNOLOGI LIGHT SCATTERING Deni Cahyadi; Mardiana Agung Kurniawan; Irvando Anto Damanik; Januar Arif Fatkhurrahman; Ikha Rasti Juliasari; Agus Juniawan Khairi
Jurnal Metal Indonesia Vol 40, No 2 (2018): Metal Indonesia
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.963 KB) | DOI: 10.32423/jmi.2018.v40.14-21

Abstract

Kadar Karet Kering (KKK) menjadi salah satu ukuran kualitas lateks karena nilai ini menggambarkan besarnya kandungan air dalam lateks. KKK adalah kandungan padatan karet per satuan berat (%). Pada pengolahan lembaran karet, nilai KKK digunakan sebagai dasar penentuan jumlah kebutuhan air pada proses pengenceran lateks sampai diperoleh Kadar Karet Baku (Kadar Karet Standar). Alat ukur berbasis teknologi light scattering dengan menggunakan microcontroller sebagai image processing pada kegiatan ini merupakan alat ukur non destructive dan tanpa penggunaan bahan kimia dalam proses analisanya. Alat ini merujuk pada standar ISO 126 : 2005 tentang Method Of Test For Natural Rubber Latex, Determination Of Dry Rubber Content. Data yang diperoleh adalah pengukuran KKK untuk rentang 15-30% dengan linearitas terhadap metode standar sebesar 0.997. Tujuan penelitian ini adalah melakukan rancang bangun alat ukur kadar karet kering (KKK) berbasis teknologi light scattering yang berguna untuk memperoleh nilai KKK dengan cepat.Kata kunci : Kadar Karet Kering ( KKK ), Lateks, Light Scattering
POLA SEBARAN POLUTAN PM 2.5 DAN PM 10 HARIAN TERHADAP FAKTOR SUHU DAN KELEMBABAN Ikha Rasti Julia Sari; Januar Arif Fatkhurrahman; Yose Andriani
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2019): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 10 2019
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.528 KB)

Abstract

Partikulat diidentifikasi sebagai polutan mayoritas dalam ruangan. Distribusi ukuran partikulat meliputi partikel kasar (PM10-2.5) dan partikel halus (PM2.5). Pengukuran PM10 dan PM2.5 dilakukan dengan alat High Volume Air Sampler (HVAS) dan Low Volume Air Sampler (LVAS). Pengukuran dengan HVAS maupun LVAS membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk alat dan operasional. Saat ini telah dikembang pengukuran menggunakan sensor berbiaya rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran parameter PM2.5 dan PM10 terhadap faktor kelembaban dan suhu pada tiga lokasi di Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) Semarang dengan menggunakan sensor berbiaya murah. Sensor partikulat yang digunakan adalah PMS 7003, data suhu dan kelembaban dari DHT22. Data pembacaan disimpan setiap 10 menit. Hasil pemantauan PM10 dan PM2.5 terlihat bahwa konsentrasi tertinggi berada di lokasi pos security dengan median PM10 adalah 66 μg/Nm3 dan 51 μg/Nm3 untuk PM2.5. Pada malam hari konsentrasi PM10 dan PM2.5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan siang hari, hal ini dikarenakan pengaruh suhu dan kelembaban.Kata kunci: Partikulat, PM2.5, PM10, sensor partikulat
VERIFIKASI SENSOR PARTIKULAT SEBAGAI INSTRUMENTASI PEMANTAUAN PM2.5 DAN PM10 BERBASIS LOW COST SENSOR Januar Arif Fatkhurrahman; Ikha Rasti Julia Sari; Ningsih Ika Pratiwi
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2019): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 10 2019
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.474 KB)

Abstract

Partikulat dengan ukuran halus, berupa PM10 dan PM2.5 merupakan ancaman terhadap kesehatan dan lingkungan. Laboratorium uji mempunyai metode terstandar dalam penentuan PM10 dan PM2.5  dengan basis peralatan High Volume Air Sampler. Pengukuran PM10 dan PM2.5 dengan basis peralatan tersebut mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya periode pengambilan contoh sampai dengan dirilisnya data hasil pengujian seringkali membutuhkan waktu yang lama. Beberapa pengembangan teknologi pengukuran PM10 dan PM2.5  berkembang ke arah teknologi sensor partikulat berbasis light scattering. Salah satu sensor partikulat yang mampu mengukur PM10 dan PM2.5  adalah PMS 7003, namun dengan harga yang relatif murah, diperlukan upaya verifikasi sensor untuk melihat korelatif antar sensor secara statistik. Pada kegiatan penelitian ini dilakukan verifikasi sejumlah 5 sensor pada simulasi sebuah ruangan dengan aliran udara terkontrol. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa kelima sensor tersebut mampu mengukur konsentrasi partikulat dengan akurasi tinggi dan estimasi data yang baik.Kata kunci: partikulat, Sensor PMS 7003, statistik, verifikasi
Wet Scrubber Performance Optimization Application Assisted with Electrochemical-Based Ammonia Sensors Ikha Rasti Julia Sari; Januar Arif Fatkhurrahman; Bekti Marlena; Nani Harihastuti; Farida Crisnaningtyas; Yose Andriani; Nasuka Nasuka
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Vol. 10 No. 2 (2019)
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Pencegahan Pencemaran Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21771/jrtppi.2019.v10.no2.p36-42

Abstract

Crumb rubber is one of Indonesia’s agroindustry export commodities. This industry faces environmental problems due to their wastes, both liquid and air. The source of air pollution is commonly from drying process that emitted odor from its evaporation and heating phenomena. Industry uses wet scrubber technology as air pollution control from emitted odor from drying process. Preliminary identification in noncontrolled wet scrubber shown that wet scrubber efficiency around 47%. Low efficiency wet scrubbing process causes rain drop of water vapor around drying process. This research used electrochemical based sensor MICS 5524 as ammonia monitoring instrument, assisted with arduino as microcontroller to regulate water discharge through valve controlling scrubbing process. This electrochemical based sensor reads ammonia based on voltage reads by Arduino microcontroller. Ammonia reading then control scrubbing process by adjusting valve opening for spray water distribution. Wet scrubber efficiency increases to 66,96% due to water scrubbing control, also can save water utilization as high as 61,90%, followed by absence of rain drop contains ammonia around drying process area.
Potensi Cemaran Lingkungan di Industri Karet Alam Crumb Rubber Yose Andriani; Ikha Rasti Julia Sari; Januar Arif Fatkhurrahman; Nani Harihastuti
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2019: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.199 KB)

Abstract

Indonesia merupakan negara penghasil karet alam kedua terbesar di dunia. Industri crumb rubber adalah industri yang mengolah karet alam yang berorientasi ekspor, dimana produknya merupakan produk setengah jadi sesuai Standard International Rubber (SIR). Pengolahan di industri crumb rubber relatif sederhana, dimana memiliki potensi memberikan cemaran ke lingkungan. Isu lingkungan dari industri ini adalah cemaran kebauan yang cukup mengganggu bagi masyarakat di sekitarnya. Kegiatan ini merupakan bagian penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dan melakukan evaluasi proses produksi yang berkontribusi memberikan cemaran baik air maupun udara. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif di salah satu industri crumb rubber. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa cemaran dominan yang menyebabkan kebauan berasal dari parameter amonia yang terbentuk pada saat proses penyimpanan bahan baku, gudang angin-angin dan pengeringan akhir (drying). Konsentrasi amonia tertinggi dalam air terdapat pada effluent scrubber sebesar 38,45 mg/L dimana baku mutu amonia dalam air limbah industri karet sebesar 10 mg/L sedangkan konsentrasi amonia tertinggi pada udara berada di proses drying dengan konsentrasi 20,52 mg/Nm3 dan uap air yang ikut terbuang ke udara sebesar 66,45 mg/Nm3. Pengolahan air limbah dengan sistem anaerob serta wetland diharapkan mampu mereduksi konsentrasi amonia dalam air limbah sedangkan untuk mengatasi cemaran amonia di udara dapat menggunakan teknologi wet scrubber.