Pandemi COVID-19 telah menyebar hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia sejak Maret 2020, sehingga menyebabkan banyak orang terinfeksi. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan dimana kegiatan di luar rumah dibatasi. Setelah masa PSBB dicabut, masyakarat dapat beraktivitas di luar rumah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Kepatuhan pada protokol kesehatan tidak lepas dari persepsi masyarakat tentang kesehatan yaitu Health Belief Model. Selain itu, budaya turut berperan dalam menentukan perilaku sosial seseorang. Penelitian ini yang bertujuan untuk menguji hubungan antara health belief model dan budaya kolektif dengan kepatuhan protocol kesehatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis korelasi. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 408 orang, dengan rentang usia 20-39 tahun dan berdomisili di Jakarta. Hasil penelitian menemukan perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, self-efficacy memiliki hubungan dengan kepatuhan protokol kesehatan dan yang paling berhubungan signifikan adalah perceived susceptibility. Hasil penelitian diketahui pula horizontal individualism, vertical individualism, horizontal collective, vertical collective memiliki hubungan dengan kepatuhan protokol kesehatan dan yang paling berhubungan signifikan adalah horizontal collective dan vertical collective. Penelitian ini menyimpulkan semakin seseorang merasa rentan terpapar COVID dan budaya kolektif yang mematuhi protokol kesehatan dalam kelompoknya maka semakin tinggi pula kepatuhan.