Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

APPROPRIATE AGROFORESTRY SYSTEM FOR THE PRODUCTION OF FUELWOOD IN GEMUHAN ASA, EAST KALIMANTAN Satyawati Hadi
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 6, No 4 (1989): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1989.6.4.255-261

Abstract

Penelitian telah dilakukan untuk menjajagi kemungkinan pemakaian Agroforestry di Gemuhan Asa, Kalimantan Timur, yang dihuni oleh suku Tunjung dan suku Jawa. Di desa tersebut, produksi kayu bakar telah menjadi suatu masalah.Contoh sebanyak 30 keluarga (KK) yang terdiri dari 15 KK Tunjung dan 15 KK Jawa telah diambil secara acak dalam penelitian ini. Keterangan tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi kayu bakar telah dikumpulkan.Kayu bakar yang dipakai untuk memasak adalah 1,075 kg/hari/orang, sedanghan untuk dijual rata-rata 36 kg/kk/ minggu. Konsumsi kayu bakar per tahun di desa yang dihuni oleh 176 KK dengan 1.060 orang adalah kira-kira 750 ton/ tahun (1 m3 ekuivalen dengan 0, 79 ton). Jumlah tersebut ekuivalen dengan riap seluas 632 hektar hutan Dipterocarpaceae. Gula merah merupakan suatu bentuk tambahan penghasilan bagi masyarakat Tunjung dan dapat mencapai 14% dari penghasilan total.Mengingat pula keperluan untuk pembuatan gula merah tersebut, maka untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar agar hutan yang ada tidak menjadi lebih rusak lagi, sistem Agroforestry yang tepat perlu diKembangkan khususnya dalam rangka produksi kayu takar yang dibutuhkan oleh penduduk desa tersebut.
PERKEMBANGAN IMPORT KAYU DARI BEBERAPA INDUSTRI DI INDONESIA Sylviani Sylviani; Satyawati Hadi
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 18, No 3 (2000): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2000.18.3.153-162

Abstract

Impor kayu Indonesia dari beberapa negara di dunia telah dilakukan sejak tahun 1998 dengan nilai sebesar U.S $ 86.223.235. Ada beberapa alasan Indonesia melakukan impor kayu antara lain : berdasarkan pesanan dan adanya koordinasi dengan pihak pembeli untuk pengembangan produk baru. Beberapa jenis kayu yang diimpor antara lain : Red Oak. White Oak, Yellow Birch, Beech, Walnut, Sapele, Apromosia, Maple dan lain-lain.Beberapa produk yang dihasilkan antara lain : Kayu lapis lndah, Papan blok indah, parket lantai dan alat rumah tangga. Kayu lapis indah yang diproduksi tahun 1997 dan tahun 1998 masing-masing sebesar 1.400 m3 dan 2.600 m3 sedangkan parket lantai diproduksi tahun 1998 sebesar 22.834 m3.Rata-rata harga ekspor kayu lapis indah jenis Sapele adalah US $ 481,52 per m3 papan blok indah Sapele adalah US $ 300,35 dan Parket lantai US $ 1.478,10 per m3.Beberapa masalah yang timbul dalam impor kayu antara lain kayu impor dikhawatirkan disinyalir berasal dari dalam negeri sendiri, impor kayu yang tidak dikenakan pajak mendorong pengusaha industri kayu bebas mengimpor kayu.
APPROPRIATE AGROFORESTRY SYSTEM FOR THE PRODUCTION OF FUELWOOD IN GEMUHAN ASA, EAST KALIMANTAN Satyawati Hadi
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 6, No 4 (1989): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1989.6.4.255-261

Abstract

Penelitian telah dilakukan untuk menjajagi kemungkinan pemakaian Agroforestry di Gemuhan Asa, Kalimantan Timur, yang dihuni oleh suku Tunjung dan suku Jawa. Di desa tersebut, produksi kayu bakar telah menjadi suatu masalah.Contoh sebanyak 30 keluarga (KK) yang terdiri dari 15 KK Tunjung dan 15 KK Jawa telah diambil secara acak dalam penelitian ini. Keterangan tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi kayu bakar telah dikumpulkan.Kayu bakar yang dipakai untuk memasak adalah 1,075 kg/hari/orang, sedanghan untuk dijual rata-rata 36 kg/kk/ minggu. Konsumsi kayu bakar per tahun di desa yang dihuni oleh 176 KK dengan 1.060 orang adalah kira-kira 750 ton/ tahun (1 m3 ekuivalen dengan 0, 79 ton). Jumlah tersebut ekuivalen dengan riap seluas 632 hektar hutan Dipterocarpaceae. Gula merah merupakan suatu bentuk tambahan penghasilan bagi masyarakat Tunjung dan dapat mencapai 14% dari penghasilan total.Mengingat pula keperluan untuk pembuatan gula merah tersebut, maka untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar agar hutan yang ada tidak menjadi lebih rusak lagi, sistem Agroforestry yang tepat perlu diKembangkan khususnya dalam rangka produksi kayu takar yang dibutuhkan oleh penduduk desa tersebut.
PERKEMBANGAN IMPORT KAYU DARI BEBERAPA INDUSTRI DI INDONESIA Sylviani Sylviani; Satyawati Hadi
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 18, No 3 (2000): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2000.18.3.153-162

Abstract

Impor kayu Indonesia dari beberapa negara di dunia telah dilakukan sejak tahun 1998 dengan nilai sebesar U.S $ 86.223.235. Ada beberapa alasan Indonesia melakukan impor kayu antara lain : berdasarkan pesanan dan adanya koordinasi dengan pihak pembeli untuk pengembangan produk baru. Beberapa jenis kayu yang diimpor antara lain : Red Oak. White Oak, Yellow Birch, Beech, Walnut, Sapele, Apromosia, Maple dan lain-lain.Beberapa produk yang dihasilkan antara lain : Kayu lapis lndah, Papan blok indah, parket lantai dan alat rumah tangga. Kayu lapis indah yang diproduksi tahun 1997 dan tahun 1998 masing-masing sebesar 1.400 m3 dan 2.600 m3 sedangkan parket lantai diproduksi tahun 1998 sebesar 22.834 m3.Rata-rata harga ekspor kayu lapis indah jenis Sapele adalah US $ 481,52 per m3 papan blok indah Sapele adalah US $ 300,35 dan Parket lantai US $ 1.478,10 per m3.Beberapa masalah yang timbul dalam impor kayu antara lain kayu impor dikhawatirkan disinyalir berasal dari dalam negeri sendiri, impor kayu yang tidak dikenakan pajak mendorong pengusaha industri kayu bebas mengimpor kayu.