Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Bisnis

Komunikasi Antarpersona Hubungan Jarak Jauh Sumartono Sumartono; Megawati Megawati
Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol 7, No 2 (2022): Jurnal Ilmu Komunikasi dan Bisnis
Publisher : STARKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36914/jikb.v7i2.727

Abstract

This study aims to determine how interpersonal communication between couples in maintaining long-distance relationships. The theory used in this study is the theory of social penetration and a qualitative approach with the number of informants 6 people obtained from the purposive sampling method. The results showed that maintaining communication can facilitate long-distance relationships between couples. Conflict becomes a dynamic in maintaining relationships. The process of adjusting or matching relationships that occur during conflict according to social penetration theory is for the process of developing and breaking interpersonal relationships. If a relationship is to be at a more serious stage, partners must be able to work through conflict to maintain the relationship, even if the conflict is part of developing the relationship. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi antarpersona antarpasangan dalam menjaga hubungan jarak jauh. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penetrasi sosial dan pendekatan kualitatif dengan jumlah informan 6 orang yang diperoleh dari metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memperlancar hubungan jarak jauh merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan secara terus menerus dengan cara menjaga komunikasi antar pesangan dapat memperlancar hubungan jarak jauh antarpasangan. Konflik menjadi dinamika dalam mempertahankan hubungan. Proses penyesuaian atau pencocokan hubungan yang terjadi selama konflik menurut teori penetrasi sosial adalah untuk proses pengembangan dan pemutusan hubungan antarpribadi. Jika menginginkan hubungan pada tahap yang lebih serius para pasangan harus mampu mengatasi konflik untuk mempertahankan hubungan, meskipun konflik itu merupakan bagian dari pengembangan hubungan.
DINAMIKA PERUBAHAN SOSIAL DALAM TEORI KONFLIK Sumartono Mulyo Diharjo
Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Ilmu Komunikasi dan Bisnis
Publisher : STARKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36914/jikb.v5i1.259

Abstract

Social change in general can be defined as a process of shifting or changing the structure/order in the society, include more innovative mindset, attitude, and social life in order to get a more dignified livelihood.  The changes that occur in the community nowadays is normal symptoms. His influence could spread quickly to other parts of the world thanks to the presence of modern communication. New discoveries in the field of technology happens somewhere, it quickly can be known by other societies that are far away from the venue. Social change always brings out the dynamics that unwittingly connected with the reality of conflicts in society. This is due to social changes and social conflict is always attached to the structure of society. Quoting what was prudent Soerjono Soekanto that social change in society can change social values giving rise to difference the establishment or result in the appearance of a conflict. In view of the conflict theory states that something is constant or fixed is social conflict, rather than social change. Because the change is simply a result of the conflict. Because of the sustained conflict, then the change will also follow suit.   Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut. Perubahan sosial senantiasa memunculkan dinamika yang tanpa disadari berhubungan dengan realitas konflik dalam masyarakat. Hal ini disebabkan perubahan sosial dan konflik sosial selalu melekat pada struktur masyarakat. Mengutip apa yang dikemukakan Soerjono Soekanto bahwa perubahan sosial dalam masyarakat dapat mengubah nilai sosial sehingga menimbulkan perbedaan pendirian atau mengakibatkan munculnya konflik. Dalam pandangan teori konflik dinyatakan bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya.
POLITISI DAN PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL Sumartono Mulyo Diharjo
Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Ilmu Komunikasi dan Bisnis
Publisher : STARKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36914/jikb.v5i1.260

Abstract

It can not be denied, at this time facebook has become a political communication channels in Indonesia. Even facebook has transformed into the strength of the disputed new medium politicians or political communicators in disseminating its existence. Members of house of representatives as actor of political communication has been using or utilizing social media Facebook as a channel of dissemination or information to its constituents.  Based on the fact of the field facebook has helped promote the existence or the existence of a legislative member to the society in the midst of the growing phenomenon of money politics. Through the utilization of facebook use or financial expenditure can be minimized. That is, the facebook are very helpful to promote the presence of members of the legisltatif (both in the period before and after becoming a member of house of representative) to the community, so that the mass media (mainly print) that had become a mainstay in the socialization as replaceable by facebook. Presence of facebook really help a candidate to manage the limitations of funds owned and become a new trend of political communication channel. Tidak dapat dipungkiri, saat ini facebook telah menjadi saluran komunikasi politik di Indonesia. Bahkan facebook telah menjelma menjadi kekuatan media baru yang diperebutkan para politisi atau komunikator politik dalam mensosialisasikan eksistensinya. Anggota legislatif sebagai pelaku komunikasi politik telah menggunakan atau memanfaatkan media sosial Facebook sebagai sarana sosialisasi atau informasi kepada masyarakat.  Berdasarkan fakta lapangan facebook telah banyak membantu mempromosikan keberadaan atau eksistensi seorang anggota legislatif kepada masyarakat di tengah berkembangnya fenomena money politics atau politik uang. Melalui pemanfaatan facebook pengunaan atau pengeluaran keuangan dapat diminimalisasi. Artinya, media facebook sangat membantu mensosialisasikan keberadaan anggota legisltatif (baik pada masa sebelum maupun setelah menjadi anggota legislatif) kepada masyarakat, sehingga media massa (terutama cetak) yang selama ini menjadi andalan dalam sosialisasi seakan tergantikan oleh facebook. Kehadiran facebook sangat membantu seorang kandidat dalam mengelola keterbatasan dana yang dimiliki dan menjadi trend baru saluran komunikasi politik.
ANALISIS WACANA KRITIS FILM DOKUMENTER “SEXY KILLERS” KARYA SUTRADARA DANDHY DWI LAKSONO Sumartono Mulyo Diharjo; Riyoli Sepnafahendry
Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Ilmu Komunikasi dan Bisnis
Publisher : STARKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36914/jikb.v6i2.564

Abstract

Dewasa ini, film telah dijadikan media kritik sosial agar terjadinya perubahan sosial karena film merupakan media audio visual yang sangat digemari masyarakat. Salah satunya yaitu film dokumenter Sexy Killers membahas secara dalam mengenai pembangunan pembangkit listrik serta penambangan batu bara, dan oknum-oknum oligarki yang terlibat dalam pembangunan dan pertambangan tersebut. Masalah ini mengundang banyak kritik dari masyarakat serta perlahan mengubah perspektif masyarakat, salah satunya dalam bidang politik karena dokumenter singkat ini dirilis beberapa hari menjelang pemilihan umum serentak di Indonesia pada 17 April 2019. Analisis wacana kritis tertarik pada bagaimana cara bahasa dan wacana digunakan untuk mencapai tujuan sosial, termasuk membangun perubahan sosial. Hasil penelitian menunjukkan Elemen teks wacana, pada tingkat representasi, pemakai bahasa menggunakan pilihan kata yang bermetafora negatif utuk menunjukkan keadaan masyarakat terdampak. Penempatan setiap anak kalimat, masyarakat menjadi objek yang termarjinalkan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Pada tingkat relasi, pemerintah sebagai kekuatan dominan yang menguasai media memegang kuasa mengendalikan masyarakat dengan memanipulasi wacana yang tersebar melalui media kepada publik bahwa pembangunan PLTU adalah untuk kemaslahatan bersama. Berlawanan dari wartawan yang memunculkan kaum minoritas menjadi suatu yang utopis yaitu menciptakan masyarakat ideal sesuai prinsip-prinsip egaliter kesetaraan dalam bidang ekonomi, pemerintahan, dan keadilan. Pada tingkat identitas; sutradara sangat jelas menunjukkan dirinya sebagai pro masyarakat, penutur mengindentifikasi dirinya sebagai pihak yang memperjuangkan hak-hak kemanusiaan untuk kaum minoritas yang termarjinalkan oleh kekuasaan. Elemen praktik produksi wacana, sutradara memproduksi Film Sexy Killers karena prinsip sutradara daripada memiliki uang untuk digunakan sekolah S2 atau S3, entah di Indonesia atau di luar negeri, lebih baik uang itu digunakan untuk memahami dan belajar dari “orang” Indonesia lebih dekat dengan cara bertemu langsung dan hasilnya bisa dishare atau bagikan ke orang lain.
Analisis Semiotika Lirik Lagu Tanah Pusako Sumartono Sumartono; Ferdinal Ferdinal; M. Takdir; Jusmita Weriza
Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol 8, No 2 (2023): Jurnal Ilmu Komunikasi dan Bisnis
Publisher : STARKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36914/jikb.v8i2.894

Abstract

The analysis of this study uses the semiotic analysis of Roland Barthes' model with the use of two-stage significance, namely denotative meaning and connotative meaning. The results that the denotation meaning or the real meaning of Tanah Pusako (inheritance landis) the land where women live in the Minangkabau custom which is inhabited for generations by women. Meanwhile, the connotative or additional meaning of Tanah Pusako is the place where women live for generations, so the additional meaning is that pusako property is an inheritance from the Minangkabau people so that the ownership is not private but belongs to the people so it is forbidden to sell it. As for the myths or culture that has become the ideology or belief of the people regarding Pusako Land is land that belongs to the people so it is not privately owned if someone sells the pusako land, there will be many calamities befalling the person selling the pusako land (among them, will experience poverty, calamity , or being sworn in by the former ancestors who occupied Tanah Pusako so that they will experience a lot of suffering in life). ABSTRAK Analisa penelitian ini menggunakan analisa semiotika model Roland Barthes dengan penggunaan signifikasi dua tahap, yakni makna denotatif dan makna konotatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna denotasi atau makna sebenarnya Tanah Pusako adalah tanah yang menjadi tempat tinggal kaum perempuan dalam adat Minangkabau yang dihuni secara turun temurun oleh kaum perempuan. Sedangkan makna konotasi atau makna tambahannya Tanah Pusako merupakan tempat tinggal para kaum perempuan secara turun temurun jadi makna tambahannya adalah harta pusako adalah warisan dari kaum Minangkabau sehingga kepemilikannya bukan pribadi tetapi milik kaum sehingga dilarang untuk dijual. Adapun Mitos atau budaya yang telah menjadi ideologi atau kepercayaan masyarakat mengenai Tanah Pusako adalah tanah milik kaum sehingga bukan milik pribadi apabila ada yang menjual tanah pusako tersebut maka akan banyak terjadi musibah menimpa kepada orang yang menjual tanah pusako tersebut (diantaranya, akan mengalami kemiskinan, musibah, atau disumpahi nenek moyang terdahulu yang menduduki Tanah Pusako sehingga akan mengalami banyak penderitaan hidup).