Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Identifikasi Keberadaan Cekungan Air Tanah Ciomas, Bogor, Berdasarkan Hasil Pendugaan Geolistrik Tatang Padmawidjaja
JURNAL SUMBER DAYA AIR Vol 6, No 2 (2010)
Publisher : Bina Teknik Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2260.777 KB) | DOI: 10.32679/jsda.v6i2.413

Abstract

Geoelectric research to estimate soil water basins and aquifers have been conducted in the area Ciomas District, Bogor Regency. The geology in this location including the Bogor Basin and Bogor linemen, with rocks that occupy it is Volcanic of Quaternary rocks of the Formation of Bojongmanik. Formation of Bojongmanik consists of coarse sand to fine clay and calcareous rocks. Resistivity shows the boundary curves at depths greater than 200 meters which indicate the boundary between areas of conductive and resistive. The resistivity has a value smaller than 10 ohm m of sandy clay material as a mineral deposit groundwater. Based on resistivity data is that the area Ciomas is rare soil water aquifer that is trapped in the layers of clay and layers which in impermeable.
SOUTH NATUNA BASIN RECONFIGURATION BASED ON RECENT SEISMIC AND GRAVITY SURVEYS Tatang Padmawidjaja; Yusuf Iskandar; Andy Setyo Wibowo; Eko Budi Lelono
Scientific Contributions Oil and Gas Vol. 42 No. 2 (2019): SCOG
Publisher : Testing Center for Oil and Gas LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29017/scog.42.2.183

Abstract

The Geological Survey Center has conducted a seismic survey in the southern Natuna Sea region to obtain geological information below relating to the potential energy resources of the area. The area research is located in the western part and outside the Singkawang Basin area (BG, 2008), which is separated by a Metamorf ridge. 2D seismic survey results show 3 different rock units, namely shallow marine sedimentary rocks, tertiary sedimentary rocks and pre-Tertiary sedimentary rocks, with pre-Tertiary sediment depths of less than 2000 ms. Interpretation of seismic data shows the pattern of graben structures that form sub-basins. strong refl ectors seen in seismic record can distinguish pre-rift, syn-rift and post-rift deposits. There are 2 wells, namely Datuk 1X and Ambu 1X. Datuk 1X has a depth of 1187 meters, and The Ambu 1X has a depth of 880 meters that is crossed by a seismic line. Both drilling has obtained Tertiary aged sandstone that covers pre-Tertiary bedrock.Gravity anomaly data in the seismic region shows anomaly values between 10 to 54 mgal which form the anomaly ridge and basinThe ridge anomaly extends as an anticline, while the anomaly basin also rises to form a syncline. Sincline and anticline trending southwest - southeast, with widening and narrowing patterns.Based on its geological model, the depth of the sediment is relatively shallow between 1500 to 2000 meters. While the integration between seismic, gravity and geomagnetic data shows the discovery of new basins that have never been described before. Finally, the integration of seismic and gravity data succeed discovers a new basin which has never been delineated before. In addition, it shows the continuity of the regional geological structure spanning from the studied area to the West Natuna Basin which is well known to be rich in hydrocarbon potential.
Delineasi Potensi Migas Berdasarkan Data Geofisika Daerah Kalimantan Selatan Eddy Supriyana; Tatang Padmawidjaja; Erwin Hariyanto Nugroho; Indra Nudiana; Nendi Suhendi Sy
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 56 No. 3 (2022): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pulau Kalimantan bagian tenggara secara geologi mempunyai wilayah yang berpotensi dalam pengembangan sumberdaya geologi, Wilayah Kalimantan tenggara bagian barat, tertutup oleh cekungan sedimen Tersier yang diindikasikan mempunyai potensi migas dan batubara, sementara di bagian Timurnya mempunyai potensi bijih mineralisasi. Potensi mineralisasi seperti penambangan emas oleh masyarakat di daerah paramasan bagian timur Pegunungan Meratus terkorelasi dengan adanya nilai anomali tinggi baik magnit yang lebih besar dari 100 nT maupun gayaberat yang lebih besar dari 30 mGal. Namun di bagian barat dari Pegunungan Meratus dengan nilai anomali rendah baik magnet maupun gayaberat yang terkorelasi dengan adanya potensi sumber daya migas. Konsep pemisahan anomali tinggi dan rendah untuk menunjukkan wilayah mana yang mempunyai potensi sumber daya migas dikontrol atau didukung oleh data seismik. Data anomali rendah di bagian barat Pegunungan Meratus dari penampang seismik menunjukkan adanya pola cekungan yang terkorelasi dengan anomali rendah data gayaberat. Pola cekungan struktur geologi permukaan di bagian barat Pegunungan Meratus, tertutup oleh endapan batuan Tersier, namun pola struktur tersebut dapat terinditifikasi dari data gayaberat dari pola anomali horizontal maupun model geologi bawah permukaan. Berdasarkan analisis dari ketiga data geofisika diatas dapat memberikan informasi bahwa potensi migas akan berkembang di bagian Barat Kalimantan, sedangkan potensi mineral akan berkembang di sekitar Pegunungan Meratus
Deformasi dan Kedalaman Batuan Sedimen Daerah Banjarnegara Berdasarkan Analisis Gayaberat Eddy Supriyana; Tatang Padmawidjaja; Ryan Akbar
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 55 No. 3 (2021): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Banjarnegara, adanya pengembangan sistem minyak di Kali Serayu, dan telah dilakukan uji terhadap minyak rembesan tersebut yang hasilnya menunjukkan TOC diatas 2%, dan reservoir berada pada Formasi Rambatan (Tmr). ) berumur Miosen Tengah sampai Miosen Awal. Penelitian - penelitian yang telah dilakukan tersebut belum sampai kepada hasil yang dapat memberikan gambaran tentang potensi migas secara tuntas, sehingga perlu kajian lanjutan yang diharapkan dapat memberikan informasi di bawah permukaan secara saintifik terkait dengan migrasi minyak/HC (fluida) yang mengarah ke selatan Banjarnegara. Diantara metode geofisika yang dapat memberikan dan melengkapi dari penelitian sebelumnya, mencoba memproses berdasarkan kajian gayaberat. Data gayaberat yang digunakan sebanyak 520 melingkupi Banjarnegara Utara sampai Banjarnegara Selatan, dimana data tersebut digunakan di beberapa tahapan yaitu pemisahan gayaberat dan selanjutnya dilakukan anomali gayaberat regional dimana disebut sebagai anomali gayaberat residual atau sisa sehingga akan diperoleh gambaran efek samping yang sesuai dengan geologi permukaannya. Kemudian berdasarkan nilai turunan kedua vertikal (SVD) maupun horizontal dari data anomali gayaberat, dan dianalisis terhadap nilai densitasnya (p) dengan menggunakan "fungsi Green". Berdasarkan analisis data gayaberat melalui proses SVD, perhitungan nilai densitas dengan Green maka daerah Banjarnegara bagian utara diduga sebagai daerah reservoarnya dan mengalami migrasi ke arah selatan yang ditunjuk oleh tipe sesar naik dan adanya pengurang nilai densitas dari utara dan bertambah di bagian selatan, sehingga dideskripsikan terbentuknya cebakan yang ditandai oleh batas antiklin atau punggungan. indikasi zonasi berdasarkan kontur anomali gayaberat turunan turunan kedua (SVD), juga ditunjukkan oleh penuruan nilai pada peta kontur anomali gayaberat dengan nilai antara +22.1 mGal sampai 0 mGal, kemudian oleh nilai anomali gayaberat antara 0 mGal sampai -7.0 mGal, artinya adanya migrasi dari utara. Hasil analisis analisis spektral diperoleh kedalaman sekitar 2000 m sampai 2500 m di bagian utara dengan tipe sesar naik dari arah utara.
KORELASI CEKUNGAN KETUNGAU DAN MELAWI BERDASARKAN ANALISIS DATA GAYA BERAT Eddy Supriyana; Tatang Padmawidjaja
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 54 No. 1 (2020): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cekungan Ketungau dan cekungan Melawi mempunyai karakter batuannya yang berbeda, sehingga dalam kajian ini mencoba untuk dianalisis berdasarkan nilai-nilai rapat massa batuannya. Pola anomali gayaberat daerah Sintang membentuk cekungan dan tinggian anomali yang berarah barat–timur, tinggian anomali tersebut berhubungan dengan pengangkatan Komplek Semitau sebagai batas antara Cekungan Ketungau dan Melawi. Berdasarkan hasil analisa rapat massa diharapkan dapat memberikan informasi terkait keberadaan kedua cekungan tersebut. Nilai anomali gayaberat yang tinggi membentuk kelurusan dan berarah barat timur diduga sebagai Penggangkatan Semitau dan Komplek Selangkai. Nilai anomali gayaberat tersebut juga memisahkan dua buah cekungan yaitu Cekungan Ketungau di bagian utara dan Cekungan Melawi dibagian selatan. Komplek Semintau dan Batuan Alas Samudera diterobos oleh batuan granit (Toms). Batuan granit tersebut tersingkap dibagian utara dan selatan di Komplek Semitau yang tercermin dari sebaran anomali gayaberat dibawah 15 mGal, sedangkan kelompok batuan dari Komplek Semitau yang memanjang barat-timur dicirikan oleh nilai anomali tinggi antara 35mGal sampai 55 mGal dan nilai anomali gayaberat regional mencapai 40 mGal. Model geologi dari lintasan anomali gayaberat menunjukkan adanya cekungan sedimen dengan nilai anomali gayaberat -5 mGal yang diterobos oleh batuan dari Komplek Semitau dengan nilai anomali 55 mGal, hal ini ditunjukkan juga oleh bentuk sesar dan kelurusan didaerah cekungan Melawai dan Ketungau.Berdasarkan analisa gayaberat dengan nilai-nilai rapat massanya 2.50 gr/cm3 sampai dengan 2.75 gr/cm3 dapat menunjukkan bahwa cekungan Melawi dan Ketungau dipisahkan oleh batuan dari Komplek Semitau sebagai batuan alas dari kedua cekungan tersebut.