Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Efektivitas Cognitive Behavioral Group Therapy berbasis Daring dalam Meningkatkan Self-Esteem pada Mahasiswa yang Mengalami Kecemasan dalam Upward Social Comparison Hidayati Hidayati; Fivi Nurwianti
Jurnal Online Psikogenesis Vol 8, No 2 (2020): Desember
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jps.v8i2.1501

Abstract

Kecemasan merupakan masalah yang umum terjadi pada kelompok mahasiswa. Meskipun pada dasarnya cemas merupakan respon yang adaptif, namun jika cemas berlebihan akan mengganggu performa dari seseorang. Cemas dapat muncul di berbagai situasi yang dipersepsi mengancam dan penuh dengan ketidakpastian, salah satunya pada konteks social comparison. Individu membandingkan dirinya dan melihat orang lain lebih baik sehingga menimbulkan persepsi negatif terhadap diri. Saat orang lain dipersepsi lebih baik maka muncul rasa inferior yang menyebabkan rendahnya self-esteem. CBT kelompok dirancang untuk meningkatkan self-esteem dengan merekonstruksi pikiran negatif terhadap diri sendiri. Desain penelitian menggunakan model pre-post dan dilanjutkan dengan sesi follow-up. Intervensi dilakukan sebanyak enam kali pertemuan menggunakan modul CBT yang telah diadaptasi sesuai kebutuhan dan dilakukan secara daring. Secara kualitatif hasil menunjukkan bahwa CBT kelompok dengan metode daring cukup efektif dalam meningkatkan self-esteem pada tiga orang partisipan yang diiringi dengan menurunnya gejala kecemasan. Pada partisipan yang tidak mengalami penurunan kecemasan, kemungkinan disebabkan oleh faktor lain seperti trait maupun kondisi sulit lain yang dihadapi oleh partisipan saat ini. Meskipun demikian, secara kualitatif, semua partisipan melaporkan terdapat perubahan dalam pola pikir yang lebih positif terhadap diri sendiri. Dalam pelaksanaan secara daring terdapat beberapa hal yang diperhatikan seperti koneksi internet, interaksi antar, partisipan, dan membangun rapport dengan menggunakan aplikasi yang memfasilitasi terjadinya interaksi.
Acceptance & Commitment Therapy (ACT) Kelompok untuk Meningkatkan Self-esteem pada Mahasiswa yang Mengalami Adiksi Media Sosial Fina Dwi Putri; Fivi Nurwianti
Jurnal Online Psikogenesis Vol 8, No 1 (2020): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jps.v8i1.1262

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas acceptance and commitment therapy kelompok dalam membantu meningkatkan self-esteem individu yang mengalami adiksi media sosial. Penelitian ini menggunakan quasi-experimental one-group, pre-test and post-test design dan diikuti oleh lima partisipan yang merupakan mahasiswa/i berusia 19 – 21 tahun. Kelima partisipan memiliki skor self-esteem yang cenderung rendah berdasarkan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), mengalami adiksi media sosial yang diukur dengan Bergen Social Media Addiction Scale (BSMAS) dan penerimaan diri yang rendah diukur berdasarkan Acceptance and Action Questionnaire-II (AAQ-II). Intervensi yang dilakukan terdiri dari empat sesi dengan durasi sekitar dua jam per sesi. Sesi follow-up dilakukan satu minggu setelah empat sesi selesai dilakukan untuk melihat efek setelah intervensi diberikan. Data kualitatif didapatkan menggunakan wawancara tidak terstruktur sebelum, selama, dan sesudah intervensi diberikan. Data kuantitatif dianalisa menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test. Hasil menunjukkan bahwa intervensi berhasil secara signifikan meningkatkan perilaku penerimaan dan komitmen diri pada partisipan (Z = -2.023; p = 0.043) yang diikuti dengan meningkatnya self-esteem pada diri partisipan (Z = 2.060; p = 0.039; r = 0.65). Tingginya nilai effect size (r ? 0.50) menunjukkan bahwa intervensi ACT berpotensi meningkatkan self-esteem. Selain itu, tingkat adiksi media sosial yang dimiliki partisipan juga mengalami penurunan meskipun tidak signifikan.
Mindfulness and Coping Skills as Predictors of Competitive Anxiety amongst Athletes in Indonesia Didon Permadi; Fivi Nurwianti
ANIMA Indonesian Psychological Journal Vol. 33 No. 4 (2018): ANIMA Indonesian Psychological Journal (Vol. 33, No. 4, 2018)
Publisher : Laboratory of General Psychology, Faculty of Psychology, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.133 KB) | DOI: 10.24123/aipj.v33i4.1796

Abstract

Competitive anxiety is one of the psychological factors which greatly affect athletes' performances. Competitive anxiety is divided into somatic anxiety and cognitive anxiety. This study was conducted to look at mindfulness and coping skills as predictors of competitive anxiety. Through purposive sampling techniques, some (N = 159) senior athletes, representatives of various sports from various provinces in Indonesia, with an age range of 18-40 years were included in this study. This non-experimental research method design used three questionnaires, consisting of AAQ-II (mindfulness), ACSI (coping skills), and CSAI-2R (competitive anxiety) as measurement tools. Statistical analysis, using multiple regression, showed that mindfulness and coping skills simultaneously have a linear relationship to competitive anxiety, and significantly predict a competitive anxiety level of 29%. This means that mindfulness and coping skills can decrease competitive anxiety in athletes. Further analysis found that mindfulness plays a greater role in reducing competitive anxiety than coping skills.
PENGARUH OPENNESS TERHADAP AKTIVITAS FISIK MELALUI MEDIASI OTONOMI PADA DEWASA MUDA Welan Mauli Angguna; Fivi Nurwianti
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v2i2.1931

Abstract

Indonesia dianggap sebagai negara dengan aktivitas fisik masyarakat yang cukup rendah, sehingga diperlukan promosi aktivitas fisik untuk pencegahan terhadap penyakit degeneratif dan kematian di usia muda. Trait kepribadian dianggap sebagai faktor psikologis kuat dalam identifikasi aktivitas fisik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa trait kepribadian openness signifikan memengaruhi aktivitas fisik. Openness digambarkan sebagai keterbukaan untuk menerima berbagai ide dan pengalaman, serta mampu menghargai keragamannya.. Openness dengan karakteristik keterbukaan memungkinkan individu menerima informasi mengenai pentingnya aktivitas fisik, sehingga mereka lebih aktif melakukan aktivitas. Namun, pengaruh openness tidak konsisten pada beberapa temuan yang lain, sehingga dipertimbangkan adanya variavel lain, seperti otonomi yang memediasi hubungan ini. Otonomi merupakan derajat seberapa individu secara sukarela mau melakukan perilaku tertentu, ketika motivasi melakukan perilaku berasal dari dalam diri, hal ini membuat individu lebih mampu mempertahankan suatu perilaku. Otonomi dianggap mampu meningkatkan aktivitas fisik, karena motivasi internal (otonomi) diperlukan untuk menjaga konsistensi melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji mekanisme hubungan openness dengan aktivitas fisik melalui mediasi otonomi. Penelitian dilakukan melalui lapor diri pada 59 laki-laki dan 144 perempuan dewasa muda berusia 20 – 40 tahun. Melalui analisis process mediasi (Hayes), ditemukan bahwa openness memengaruhi aktivitas fisik secara signifikan ketika dimediasi oleh otonomi. Indonesia is considered a country with considerably low physical activity, therefore, it is necessary to promote physical activity to prevent degenerative diseases and death at a young age. Personality trait is considered a strong psychological factor in identifying physical activity. Recent research shows that the openness personality trait significantly influences physical activity. Openness is described as being open to accept various ideas and experiences, and is able to appreciate its diversity. Openness with the characteristics of being open allows individuals to receive information about the importance of physical activity, so that they are more active in carrying out activities. However, the effect of openness is inconsistent with some findings, so another variable is considered, such as autonomy which mediates this relationship. Autonomy is the degree to which individuals voluntarily choose to perform certain behaviors, when motivation to carry out behavior originates from within, this makes individuals maintain a behavior better. Autonomy is considered capable of increasing physical activity, because internal motivation (autonomy) is needed to maintain consistency in physical activity. This study aims to examine the mechanism of the relation between openness and physical activity through autonomy mediation. The study was conducted through self- reporting in 59 young adult men and 144 young adult women aged 20-40 years. Through analysis of the mediation process (Hayes), it is found that openness significantly affected physical activity when mediated by autonomy.Keywords: openness, autonomy, physical activity, young adults
Pengaruh Ciri Kepribadian terhadap Intimacy pada Dewasa Muda yang Menjalin Hubungan Romantis Linda Setiawati; Fivi Nurwianti; Grace Kilis
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 8 No. 2 (2018): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.221 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v8n2.p79-90

Abstract

The aim of this research is to examine the impact of vigilant, devoted, and self-sacrificing personality styles on intimacy (engagement, communication, shared friends) among young adults in romantic relationships (dating/married). A total of 1000 respondents aged 20-40 years old completed questionnaires on personality styles (Personality Self-Portrait) and intimacy (Personal Assessment of Intimacy in Relationships). Data analysis using Structural Equation Modeling (SEM) shows a significant impact of self-sacrificing personality styles on engagement (γ = -0,511, p < 0,01) and communication (γ = -0,361, p < 0,01). There are also significant influences of vigilant (γ = -0,225, p < 0,05) and devoted personality styles (γ = 0,132, p < 0,05) to shared friends. The impact of self-sacrificing personality styles indicates the importance of both parties involvement in influencing their relationship. Besides, being too sensitive (vigilant personality styles characteristic) and having a sense of comfort in relationships with others (devoted personality styles characteristic) could influence how individuals engage in social relationships outside their romantic relationships. Key words: Intimacy, personality styles, romantic relationshipsAbstrak: Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh ciri kepribadian vigilant, devoted, dan self-sacrificing, terhadap intimacy (engagement, communication, shared friends) pada dewasa muda yang sedang menjalin hubungan romantis (berpacaran/menikah). Sebanyak 1000 responden berusia 20-40 tahun mengisi alat ukur ciri kepribadian (Personality Self-Portrait) dan intimacy (Personal Assessment of Intimacy in Relationships). Hasil analisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) menunjukkan pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan terhadap engagement (γ = -0,511, p < 0,01) dan communication (γ = -0,361, p < 0,01). Selain itu ditemukan pula pengaruh ciri kepribadian vigilant (γ = -0,225, p < 0,05) dan devoted (γ = 0,132, p < 0,05) yang signifikan terhadap shared friends, juga pengaruh status hubungan yang signifikan terhadap communication (γ = 0,102, p < 0,01). Pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan menekankan pentingnya keterlibatan kedua pihak dalam mempengaruhi kualitas hubungan mereka. Selain itu, kepekaan yang terlalu tinggi (karakteristik ciri kepribadian vigilant) dan rasa nyaman akan hubungan dengan orang lain (karakteristik ciri kepribadian devoted) dapat mempengaruhi individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial di luar hubungannya.
Hubungan Kekuatan Karakter dan kebahagiaan pada Suku Betawi Firda Khalisa; Imelda Ika Dian Oriza; Fivi Nurwianti
Jurnal Ilmiah Psikologi MIND SET Vol 1 No 02 (2010): Juni
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/mind set.v1i02.197

Abstract

The study aimed to examine the relationship between well-being and character strength in Betawi ethnic group. It used non-experimental design, particularly field study with incidental sampling technique. Respondents were 184 adults of Betawi ethnic group, 18-55 of years, had minimum high school background and resided in greater Jakarta. The researchers developed a tool to measure strength of characters which was adapted from VIA-IS created by Peterson and Seligman. The result of the study based on multiple regression calculation revealed that character strength and well being had positive correlation of 0.674 (significance .000). Character strength contributed 45.4% to well being of Betawi people. Significant contributors were, among others, persistence, hope, and integrity, while the five crucial character strength found in Betawi ethnic group were gratitude, kindness, citizenship, fairness and integrity.
INTERVENSI KOGNITIF PERILAKU DALAM KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN SELF-ESTEEM PADA MAHASISWI YANG TINGGAL DI ASRAMA UNIVERISTAS Gilberta Permata Mahanani; Fivi Nurwianti
Seurune : Jurnal Psikologi Unsyiah Vol 1, No 2: Juli 2018
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/s-jpu.v1i2.11569

Abstract

Self-esteem merupakan sebuah proses kognitif akan evaluasi seseorang akan seberapa berharga atau bernilai dirinya sebagai individu. Pendekatan kognitif perilaku merupakan pendekatan yang paling sering digunakan dalam berbagai intervensi terkait permasalahan self-esteem. Fokus dalam intervensi kognitif perilaku adalah mengubah persepsi individu, sehingga diasumsikan dapat sesuai untuk menangani permasalahan self-esteem. Pelaksanaan intervensi dalam kelompok dipilih karena memungkinkan partisipan untuk mengatasi masalah secara bersama-sama sehingga setiap partisipan akan memperoleh dampak positif dari interaksi yang muncul dalam kelompok.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas pelaksanaan intervensi kognitif-perilaku yang diterapkan dalam kelompok untuk meningkatkan self esteem. Peneliti menggunakan desain penelitian one group before-and-after study dalam tiga sesi intervensi kognitif-perilaku. Partisipan adalah 4 orang mahasiswi yang tinggal di Asrama Universitas X (M= 18.5 tahun) dengan tingkat self-esteem rendah. Pengukuran self-esteem dilakukan pada proses pre, post dan follow-up menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil dari penelitian ini adalah 3 dari 4 partisipan mengalami peningkatan self-esteem. Peneliti mengasumsikan bahwa peningkatan self-esteem juga didukung oleh manajemen tugas yang baik dan kemampuan keterampilan sosial.