Try Al Tanto
Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir - KKP

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

DETEKSI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT Try Al Tanto
Jurnal Kelautan Vol 13, No 2: Agustus (2020)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v13i2.7257

Abstract

ABSTRACTSea surface temperature (SST) can be measured by instrument on the ship or buoys on same spots, however, it can’t give information on a wide area or on a global scale. Therefore, we needs remote sensing system which it can be used for SST measurement. This system be able to estimate SST on an larger region and within a short time. The aims of the study were to explain and understand the SST estimation using remote sensing system using literature studies. There are several remote sensing satellite system that can be used to estimate SST such as MODIS, NOAA AVHRR, and TRMM (Microwave). SST average in Indonesian water based on NOAA AVHRR estimation was 26-31oC (1993-2003) with 90% accuracy. Highest SST range in July 2015 was 29.1-29.8oC (MODIS estimation) with corelation coefisien values was 0.72 dan RMSE 0.74oC. On west Indonesian water (north Papua), SST estimation was in the range of 29.10-29.36°C (Aqua MODIS) and 28.88-29.19°C (Terra MODIS) with RMSE values of 0.2461°C (Aqua) and 0.4854°C (Terra). SST estimation on this water using NOAA AVHRR (2010-2012) was about 29.11-29.65oC with RMSE 0.2228°C. The accuracy of microwave sensor estimated SST was about 0.5oC within a free cloud case. SST range (TRMM/Microwave, 2008) in Indonesian water was about 21-31ºC. Using NLSST formula, SST estimation produced the highest accuracy with coefficient determination of 0.95 and RMSE 0.24 K. There were different estimated values from using same remote sensing satellite that’s. Generally, SST estimated highest acurracy by NOAA AVHHR that has lowest error, but can be effected by clouds. Different with Microwave sensor (TRMM) that free clouds coverage but has middle acuration for SST estimation.Keywords: Sea Surface Termperature, NOAA-AVHRR, MODIS, TRMM/Microwave SensorABSTRAKPada mulanya, pengukuran suhu permukaan laut (SPL) dilakukan menggunakan alat langsung di kapal ataupun pelampung (buoy) pada titik tertentu, namun tidak dapat memberikan informasi luas dan skala global. Diperlukan sistem penginderaan jauh untuk pengukuran SPL secara spasial dan temporal, sistem tersebut mampu menganalisis area dalam skala luas, sulit ditempuh, dan dalam waktu singkat. Tujuan kajian adalah melakukan pendeteksian SPL dengan sistem penginderaan jauh, melalui ulasan kajian yang sudah dilakukan oleh berbagai ilmuan. Beberapa satelit penginderaan jauh yang dapat melakukan pendeteksian SPL yaitu satelit MODIS, NOAA dan TRMM (Microwave). Rata-rata SPL di perairan Indonesia adalah 26-31oC (estimasi NOAA, 1993 – 2003), akurasi 90 % dan selisih SPL pengukuran lapang dan estimasi sebesar 0.2oC. Kondisi SPL di Indonesia cukup tinggi terjadi pada bulan Juli 2015 dengan kisaran 29.1-29.8oC (estimasi MODIS), nilai koefisien korelasi r=0.72 dan RMSE 0.74oC. Pada perairan timur Indonesia (utara Papua), hasil SPL estimasi MODIS (Aqua) adalah sebesar 29.10-29.36°C, MODIS (Terra) sebesar 28.88-29.19°C. Nilai RMSE yang diperoleh dari interpretasi citra MODIS yaitu 0.2461oC (Aqua) dan 0.4854oC (Terra). Pada perairan tersebut, nilai SPL rata-rata sebesar 29.11-29.65oC (estimasi NOAA, tahun 2010-2012) dengan bias sebesar -0.43 dan rata-rata RMSE 0.2228oC. Akurasi sensor microwave dalam estimasi SPL mencapai 0.5°C, bebas dari pengaruh tutupan awan. Sebaran SPL (TRMM/Microwave tahun 2008) pada perairan Indonesia sebesar 21-31ºC. Menggunakan formula/algoritma NLSST, estimasi SST menghasilkan akurasi lebih baik dengan nilai koefisien korelasi 0.95 dan RMSE 0.24 K. Terdapat perbedaan nilai estimasi dari penggunaan beberapa citra satelit yang digunakan tersebut. Secara umum, nilai SPL lebih baik terdapat pada pengukuran satelit NOAA-AVHRR dengan bias dan RMSE yang cukup rendah, namun beresiko karena terpengaruh oleh tutupan awan. Untuk penggunaan sensor Microwave (TRMM) memiliki akurasi sedikit lebih tinggi namun tidak terpengaruh dari tutupan awan tersebut. Kata kunci: Suhu Permukaan Laut, SPL, NOAA-AVHRR, MODIS, TRMM/Sensor Microwave
Distribusi Spasial Parameter Kualitas Air di Teluk Beno, Bali Try Al Tanto; Rahmadi Prasetyo; Ilham Ilham
Jurnal Kelautan Vol 15, No 2: Agustus (2022)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v15i2.13212

Abstract

ABSTRACTBy overviewing environmental issues and the pros/cons of the revitalization planning of the Benoa Bay, a study encompasing various problems is crucial to be carried out. One of which is related to the water quality. This study aims to spatially map the quality of seawater based on the values obtained from secondary data. Benoa Bay water quality conditions in 2016, has a water transparency ranging from 1.5-6 m, DO (not detected), the average of BOD was 47.49 mg/l, nitrate (0.2-0.3 mg/l), ammonia (0-0.33 mg/l), phenol (average 2.42 mg/l), and coliform (0-1100 MPN/100 ml). These values are alarming whereby it exceeds the quality standard allowed for marine biota. On the other hand, sea temperature ranged from 28.50 to 30.50°C, the average of pH was 8.27, salinity (31.6-32.8 ‰), sulfide (not detected), CN (not detected), oil fat (0-0.2 mg/l), and the average of TSS was 3.27 mg/l. These parameter concentrations are still suitable for supporting marine biota within Benoa Bay. Generally, the condition of water quality in Benoa Bay was categorized as polluted through the input of excess nutrients and bacteria.  Keywords: sea water quality, physics, chemical, excess nutrient, biology, Benoa Bay, BaliABSTRAKMelihat permasalahan lingkungan yang terjadi, serta banyaknya pro dan kontra perencanaan revitalisasi Teluk Benoa, sebuah kajian untuk menjawab berbagai persoalan yang terjadi sangat perlu untuk dilakukan. Salah satu permasalahan tersebut berkaitan dengan kondisi kualitas perairan. Tujuan kajian ini adalah untuk memetakan kualitas air laut secara spasial berdasarkan nilai-nilai yang didapatkan dari data sekunder. Kondisi kualitas perairan Teluk Benoa pada tahun 2016, memiliki kecerahan perairan berkisar antara 1,5-6 m, DO (tidak terdeteksi), rata-rata nilai BOD sebesar 47,49 mg/l, nitrat (0,2-0,3 mg/l), amoniak (0-0,33 mg/l), phenol (rataan 2,42 mg/l), dan coliform (0-1100 MPN/100 ml). Konsentrasi parameter kaulitas air tersebut cukup mengkhawatirkan karena sudah melampaui rentang baku mutu air laut yang diperbolehkan untuk kehidupan biota laut. Disisi lain, parameter suhu berkisar antara 28,50-30,50°C, rata-rata nilai pH sebesar 8,27, salinitas (31,6-32,8 ‰), sulfida (tidak terdeteksi), CN (tidak terdeteksi), minyak lemak (0-0,2 mg/l), dan rata-rata TSS sebesar 3,27 mg/l), masih aman untuk kehidupan biota di sekitar perairan Teluk Benoa. Secara umum, kondisi kualitas perairan di Teluk Benoa termasuk dalam kategori tercemar melalui masukan nutrien berlebih dan bakteri.Kata kunci: kualitas air laut, fisika, kimia, nutrien berlebih, biologi, Teluk Benoa, Bali
Kajian Suhu Permukaan Laut (SPL) Menggunakan Analisis Deret Waktu di Perairan Laut Banda Try Al Tanto; Riswanto Riswanto
Jurnal Kelautan Vol 15, No 3: Desember (2022)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v15i3.14386

Abstract

ABSTRACTMap of sea surface temperature is very important in the science of oceanography, some phenomena in the ocean can be seen by using it globally. One of them is in the form of upwelling events that occur in the Banda Sea, besides that, IOD and ENSO phenomena can occur because they are close to the Indian and Pacific Oceans. Time series analysis is used to predict possible phenomena that can occur in long SST variable data. The Fourier Transform analysis obtained from the study of sea surface temperature data produces temperature signals for the dominant annual (annual) and semi-annual (6 months) periods. The ENSO phenomenon also affects temperature variations that occur in the waters of the Banda Sea with the visible signal of the inter-annual period (2.8 years). The application of the SVD-based EOF method to SST data produces a dominant EOF mode which indicates that Arafura waters play a role in influencing the SST cycle that occurs in the Banda Sea.Keywords: sea surface termperature, EOF methods, time series analysis, fourier analysis, Banda SeaABSTRAKPeta suhu permukaan laut sangat penting dalam ilmu oseanografi, beberapa fenomena di laut dapat terlihat dengan menggunakannya secara global. Salah satunya berupa kejadian upwelling yang terjadi di Laut Banda, selain itu dapat berupa fenomena IOD dan ENSO, karena berada dekat dengan Samudera Hindia dan Pasifik. Analisis deret waktu (time series analysis) digunakan untuk memprediksi kemungkinan fenomena yang dapat terjadi pada data variabel SPL yang panjang. Analisis Fourier Transfom yang diperoleh dari kajian data suhu permukaan laut menghasilkan sinyal suhu periode dominan annual (tahunan) dan semi-annual (6 bulanan). Fenomena ENSO juga mempengaruhi variasi suhu yang terjadi di perairan Laut Banda dengan terlihatnya sinyal periode inter-annual (2.8 tahunan). Penerapan metode EOF berbasis SVD pada data SPL menghasilkan satu mode EOF dominan yang menunjukkan perairan Arafura berperan dalam mempengaruhi siklus SPL yang terjadi di Laut Banda. Kata kunci: suhu permukaan laut (SPL), metode EOF, analisis deret waktu, analisis fourier, Laut Banda
Kajian Parameter Oseanografi Perairan Pada Kawasan Konservasi Perairan di Kota Padang Untuk Mendukung Wisata Bahari (Studi Kasus: Pulau Bindalang dan Pulau Sibonta) Try Al Tanto; Ilham Ilham
Jurnal Kelautan Vol 16, No 2: Agustus (2023)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v16i2.17858

Abstract

ABSTRAKKawasan perairan sekitar P. Bindalang dan P. Sibonta merupakan salah satu kawasan konservasi perairan di Kota Padang. Lokasi ke dua pulau ini cukup jauh dari daratan utama, sekitar 13.3 - 16 Km dari Muara Padang. Kajian parameter oseanografi diperlukan agar dalam pengelolaannya dapat dilakukan secara benar dan lebih baik. Tujuannya adalah untuk menentukan karakteristik beberapa parameter oseanografi di sekitar pulau, yaitu pasang surut, arus, gelombang laut, suhu dan salinitas permukaan laut. Metode yang digunakan dalam kajian adalah deskriptif, dengan menjelaskan karakteristik dari masing-masing parameter oseanografi yang dikaji. P. Bindalang dan P. Sibonta di kelilingi oleh pantai beting dan berpasir putih dengan pecahan karang, tergolong landai, pantai cukup luas dan lebar. Kedalaman laut sekitar pulau tergolong perairan dangkal (mencapai 60 - 190 m), termasuk landas kontinen. Pasang surut yang terjadi adalah pasang surut campuran condong ganda dengan tunggang pasut (tidal range) 149.42 cm. Arus permukaan laut cukup rendah, sebesar 4.69 – 15.33 cm/s (P. Bndalang) dan 4.14 – 20.16 cm/s (P. Sibonta). Nilai suhu permukaan laut (SPL) berkisar 30.0 – 30.3°C dan 30.1 – 30.6°C, salinitas permukaan 33.6 – 33.8 ‰ dan 30.7 – 33.8 ‰, serta kecerahan perairan 3.4 – 13.15 m dan 13 – 17.4 m. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kondisi kawasan perairan pesisir di sekitar P. Bindalang dan P. Sibonta dalam kondisi sangat baik. Hal ini sangat mendukung untuk keberlanjutan kawasan konservasi tersebut dan dapat dikembangkan sebagai lokasi wisata bahari ke depannya.Kata kunci: Oseanografi, Pasang Surut, Arus, Gelombang, SPL, Salinitas, Pulau Bindalang, Pulau Sibonta.ABSTRACTWater areas at Bindalang and Sibonta Island is which one protected areas in padang city water. Both the islands longth enough from Muara Padang (13.3 – 16 Km). Studies of water and coastal important to do so it could manage with easy and better for future. The purpose is known oceanography paramaters such as tides, current, waves, SST and salinity. The methods was using descriptif, can explained the caracteristic of each oceanography parameters. The islands have beting coastal, white sand and coral broken, slope slightly (4.12 – 9.52°), width coastal areas. water depth at island around until 60 – 190 m, is continental shelf. Tide caracteristic is mix tide premordialy semidiurnal and tidal range 149.42 cm. Sea surface current were low of 4.6.9 – 15.33 cm/s (Bndalang Island) and 4.14 – 20.16 cm/s (Sibonta Island). Parameters of SST values 30.0 – 30.3°C and 30.1 – 30.6°C, salinity values were 33.6 – 33.8 ‰ and 30.7 – 33.8 ‰, and water visibility 3.4 – 13.15 m and 13 – 17.4 m (until 100 %). The conditions of coastal and water area was better, so this is very supportive for the sustainability of the designated conservation area.Keywords: Oceanography, Tides, Sea Current, Sea Waves, SST, Salinity, Bindalang Island, Sibonta Island.