Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Terhadap Kejadian DBD di Desa Kesiman Kertalangu Kecamatan Denpasar Timur Luh Made Candrika Yati; Rahmadi Prasetijo; Ni Luh Utari Sumadewi
HIGIENE: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 6 No 1 (2020): Kesehatan Lingkungan
Publisher : Public Health Department, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1656.146 KB)

Abstract

Penyakit DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di kota besar. Salah satu faktor terkait peningkatan kasus DBD yaitu sanitasi lingkungan. Desa Kesiman Kertalangu merupakan daerah endemis DBD karena terdapat kasus DBD selama kurun waktu 4 tahun terakhir. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan crosssectional, yang dilakukan pada bulan Februari-Mei. Tujuannya untuk mengetahui hubungan anatara sanitasi lingkungan dengan keberadaan jentik nyamuk terhadap kejadian DBD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60% responden memiliki sanitasi yang kurang baik, 30% memiliki sanitasi yang cukup baik dan 10% memiliki sanitasi yang baik. Mengenai hasil pemeriksaan jentik diketahui bahwa 34 rumah responden masih ditemukan jentik nyamuk. Berdasarkan perhitungan Chi Square test, diperoleh sig 0,00 (P<0,05) yang merupakan ada keterkaitan antara sanitasi lingkungan dengan keberadaan jentik nyamuk. Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan lingkungan meliputi kegiatan pencegahan dan pemantauan pada tempat-tempat penampungan air. Kata Kunci  : DBD, Sanitasi Lingkungan, Keberadaan Jentik Nyamuk
Characteristics of Marine Litters in the West Coast of Bali Semeidi Husrin; Ulung Jantama Wisha; Rahmadi Prasetyo; Aprizon Putra; Adli Attamimi
Jurnal Segara Vol 13, No 2 (2017): Agustus
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1720.714 KB) | DOI: 10.15578/segara.v13i2.6449

Abstract

Kuta beach in Bali is a world-famous tourist destination has been suffering from marine litters (or debris) disaster almost every year. Mitigation efforts have been carried out by the local government started from educating the people as well as continuing mass cleaning campaigns for the stranded litters in the beach. The research has an objective to understand the physical processes of marine debris characteristics in Kuta such as its propagation and distribution along the coastline and in the water columns during the two different seasons (West Monsoon and Transitional seasons). A hydrodynamic model was developed to investigate the transport of marine litters from their sources by considering the tide-driven surface currents and wind. Field surveys were also conducted to assess marine litter’s characteristics in the surface and in the sea beds for both plastic and wood types of litters. Hydrodynamic simulation shows that the surface current ranging from 0.05 – 1.75 m/s is capable of transporting marine surface debris from Bali Straits and other sources in the South of Bali to Kuta during West Monsoon season. The collected litters during the West Monsoon season were four times larger in quantity. The concentration of litters in the seabed and in the water column is larger near to the coastline than further offshore. In the meantime, during Transitional season, Kuta was completely free from marine litters. Results from surveys also showed that the most effective measures for marine litters in Kuta is self-awareness of the people to keep the environment clean.
Distribusi Spasial Parameter Kualitas Air di Teluk Beno, Bali Try Al Tanto; Rahmadi Prasetyo; Ilham Ilham
Jurnal Kelautan Vol 15, No 2: Agustus (2022)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v15i2.13212

Abstract

ABSTRACTBy overviewing environmental issues and the pros/cons of the revitalization planning of the Benoa Bay, a study encompasing various problems is crucial to be carried out. One of which is related to the water quality. This study aims to spatially map the quality of seawater based on the values obtained from secondary data. Benoa Bay water quality conditions in 2016, has a water transparency ranging from 1.5-6 m, DO (not detected), the average of BOD was 47.49 mg/l, nitrate (0.2-0.3 mg/l), ammonia (0-0.33 mg/l), phenol (average 2.42 mg/l), and coliform (0-1100 MPN/100 ml). These values are alarming whereby it exceeds the quality standard allowed for marine biota. On the other hand, sea temperature ranged from 28.50 to 30.50°C, the average of pH was 8.27, salinity (31.6-32.8 ‰), sulfide (not detected), CN (not detected), oil fat (0-0.2 mg/l), and the average of TSS was 3.27 mg/l. These parameter concentrations are still suitable for supporting marine biota within Benoa Bay. Generally, the condition of water quality in Benoa Bay was categorized as polluted through the input of excess nutrients and bacteria.  Keywords: sea water quality, physics, chemical, excess nutrient, biology, Benoa Bay, BaliABSTRAKMelihat permasalahan lingkungan yang terjadi, serta banyaknya pro dan kontra perencanaan revitalisasi Teluk Benoa, sebuah kajian untuk menjawab berbagai persoalan yang terjadi sangat perlu untuk dilakukan. Salah satu permasalahan tersebut berkaitan dengan kondisi kualitas perairan. Tujuan kajian ini adalah untuk memetakan kualitas air laut secara spasial berdasarkan nilai-nilai yang didapatkan dari data sekunder. Kondisi kualitas perairan Teluk Benoa pada tahun 2016, memiliki kecerahan perairan berkisar antara 1,5-6 m, DO (tidak terdeteksi), rata-rata nilai BOD sebesar 47,49 mg/l, nitrat (0,2-0,3 mg/l), amoniak (0-0,33 mg/l), phenol (rataan 2,42 mg/l), dan coliform (0-1100 MPN/100 ml). Konsentrasi parameter kaulitas air tersebut cukup mengkhawatirkan karena sudah melampaui rentang baku mutu air laut yang diperbolehkan untuk kehidupan biota laut. Disisi lain, parameter suhu berkisar antara 28,50-30,50°C, rata-rata nilai pH sebesar 8,27, salinitas (31,6-32,8 ‰), sulfida (tidak terdeteksi), CN (tidak terdeteksi), minyak lemak (0-0,2 mg/l), dan rata-rata TSS sebesar 3,27 mg/l), masih aman untuk kehidupan biota di sekitar perairan Teluk Benoa. Secara umum, kondisi kualitas perairan di Teluk Benoa termasuk dalam kategori tercemar melalui masukan nutrien berlebih dan bakteri.Kata kunci: kualitas air laut, fisika, kimia, nutrien berlebih, biologi, Teluk Benoa, Bali
SEBARAN KONSENTRASI LOGAM Pb DALAM SEDIMEN PESISIR PELABUHAN SANUR I Made Gde Sudyadnyana Sandhika; Rahmadi Prasetijo
Seminar Ilmiah Nasional Teknologi, Sains, dan Sosial Humaniora (SINTESA) Vol 4 (2021): PROSIDING SINTESA
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1287.361 KB)

Abstract

ABSTRAKLogam Pb (Timbal) merupakan salah satu jenis logam berat yang dalam lingkunganperairan paling sering dianalisis dan dijumpai. Keberadaan logam Pb dalam lingkunganperairan, dapat mempengaruhi stabilitas dan keanekaragaman ekosistem jikakeberadaannya melimpah atau melebihi baku mutu yang ditetapkan. Pelabuhan Sanurmerupakan salah satu lokasi yang memungkinkan terjadinya pencemaran logam Pb dilingkungan perairan dikarenakan tingginya mobilitas dan penggunaan kapal atau perahuuntuk transportasi maupun penangkapan ikan oleh nelayan. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui sebaran konsentrasi logam berat Pb dalam sedimen yang teradapat dipesisir Pelabuhan Sanur. Sampel sedimen diambil dari 5 (lima) titik lokasi yang tersebar dipesisir Pelabuhan Sanur, kemudian sampel dikeringkan dan dilanjutkan destruksimenggunakan asam pekat. Sampel logam Pb dianalisis menggunakan AAS (AtomicAbsorbans Spectrophotometry) mengacu pada SNI 6989:8:2009. Hasil penelitianmenunjukkan konsentrasi logam Pb di lima titik lokasi cukup beragam, pada lokasi 1, 2, 3dan 5 memiliki kriteria akumulasi logam rendah yaitu berkisar antara 5-30 mg/Kg dan lokasi4 memiliki kriteria akumulasi logam sedang yaitu sebesar 38,58±2,36 mg/Kg menurut bakumutu sedimen SEPA (Swedish Environmental Protection Agency).Kata kunci: AAS, logam Pb, Pelabuhan Sanur, sedimen.
PEMANFAATAN SISTEM BIOFILTRASI TANAMAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI RUMPUT LAUT I Made Gde Sudyadnyana Sandhika; Ni Luh Utari Sumadewi; Rahmadi Prasetijo
Jurnal Kesehatan Terpadu Vol 6, No 1 (2022): JURNAL KESEHATAN TERPADU
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.123 KB)

Abstract

ABSTRAK Industri rumput laut terutama dari proses pencucian rumput laut menghasilkan jumlah air limbah yang cukup banyak dan dapat mencemari lingkungan jika langsung dibuang tanpa melakukan pengolahan. Proses pencucian rumput laut tersebut menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya bagi lingkungan sebelum rumput laut diproses lebih lanjut menjadi aneka olahan yang berbahan baku rumput laut. Kandungan BOD dan COD yang dihasilkan dari proses ini cukup tinggi sehingga perlu dilakukan suatu upaya pengolahan agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Penelitian mengenai pemanfaatan sistem biofiltrasi tanaman untuk menurunkan konsentrasi BOD dan COD dari limbah industri rumput laut telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini selain untuk menurunkan kandungan BOD dan COD juga untuk mengetahui efektivitas dan kapasitas pengolahan dari sistem biofiltrasi tanaman. Hasil menunjukkan bahwa sistem biofiltrasi tanaman mampu menurunkan konsentrasi BOD hingga 28,6 ppm dan memiliki efektivitas 87,27 % selama 48 jam pengolahan. Konsentrasi COD turun hingga 70,5 ppm dan memiliki efektivitas pengolahan sebesar 83,93 %. Kapasitas pengolahan untuk BOD dan COD secara berturut-turut sebesar 6,81 ppm/m3jam dan 12,78 ppm/m3jam. Kata kunci: Biofiltrasi, BOD, COD ABSTRACT The seaweed industry, especially from the seaweed washing process, produces a large amount of wastewater and can pollute the environment if it is directly disposed of without processing. The seaweed washing process uses chemicals that are harmful to the environment before the seaweed is further processed into various products made from seaweed. The concentrations of BOD and COD produced from this process are quite high, so it is necessary to make an effort to process them in accordance with the established quality standards. Research on the use of plant biofiltration systems to reduce BOD and COD concentrations from seaweed industrial waste has been carried out. The purpose of this study was to reduce the BOD and COD content as well as to determine the effectiveness and processing capacity of the plant biofiltration system. The results showed that the plant biofiltration system was able to reduce the concentration of BOD up to 28.6 ppm and had an effectiveness of 87.27% for 48 hours of processing. The COD concentration decreased to 70.5 ppm and had a treatment effectiveness of 83.93%. The processing capacity for BOD and COD was 6.81 ppm/m3 hour and 12.78 ppm/m3 hour, respectively. Keywords:Biofiltration, BOD, COD
EKSPOSISI KUALITAS AIR LAUT PADA PERAIRAN TELUK BENOA, BALI Rahmadi Prasetijo
Jurnal Kesehatan Terpadu Vol 5, No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN TERPADU
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (927.898 KB)

Abstract

Beban daya tampung perairan Teluk Benoa sebagai penyangga berbagai fungsi pemanfaatan perairan, seperti fungsi sebagai pelabuhan utama di Bali dengan berbagai limbah cair dari kapal dan berbagai pendukung limbah transportasi lainya, sebagai tampungan aliran buangan limbah cair industri perikanan dan sebagai perairan pendukung Pariwisata bahari, namun perairan Teluk Benoa ini dikelilingi oleh hutan mangrove yang sangat lebat menjadikan perairan ini sangat unik dan menarik untuk dikaji. Penelitian mengenai eksposisi kualitas air laut pada perairan Teluk Benoa telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status mutu perairan Teluk Benoa dan telah dilakukan selama tiga bulan yaitu bulan Maret, April dan Juni 2019. Dalam penelitian dibahas kualitas perairan Teluk Benoa ditinjau dari parameter fisik, kimia dan biologi yang diambil dari beberapa lokasi sampling di daerah Teluk Benoa. Selanjutnya hasil tersebut dianalisis dengan metode Storet menggunakan baku mutu perairan wisata bahari. Hasil analisis menunjukkan beberapa parameter masih berada diatas baku mutu perairan wisata bahari, diantaranya kecerahan, nitrit, detergen, ammonia, minyak lemak dan fenol. Hasil penilaian Storet untuk wilayah perairan Teluk Benoa memiliki status mutu buruk jika digunakan sebagai perairan wisata bahari karena memiliki skor lebih dari -31 dan dikategorikan tercemar berat. Kata kunci: Kualitas air, Teluk Benoa, Metode Storet.
FUCOIDAN NANOENCAPSULATION FROM BROWN ALGAE (Sargassum polycystum) AS A POTENTIAL MARINE IMMUNOMODULATORY AGENT Purwanto, Ungsari Rizki Eka; Ikasari, Endang Diyah; Bagiana, I Kadek; Kusmita, Lia; Trisnayanthi, Ni Nyoman Ayu Indah; Mudianta, I Wayan; Prasetijo, Rahmadi
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 15, No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Faculty of Mathematic and Natural Science, Garut University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jifb.v15i1.3207

Abstract

The quest for better and more effective treatments has encouraged the search for therapies derived from natural sources to obtain effective immune therapy, considering that several pandemics have arisen caused by viruses. Developing fucoidan from brown algae in drug encapsulation as an immunomodulator could be more promising. This study aimed to produce nanoencapsulation loaded with fucoidan-purified extract from brown algae and to evaluate the influence of nanoencapsulation formulation on the immunomodulatory activity of fucoidan. Fucoidan was obtained from brown algae and extracted by hot aqueous, followed by ethanol purification. Nanoencapsulation of fucoidan purified extract was prepared using the ionic gelation method. The carbon clearance method was carried out for the immunomodulatory activity test of the nanoencapsulation of fucoidan purified extract. Nanoencapsulation of fucoidan purified extract with the optimum composition of maltodextrin 9.9% and S-TPP 0.1% (1:5) resulted in particle size of 715.4 nm, zeta potential -0.1 mV, pH 7.54, transmittance 97.54%+0.08, and entrapment efficiency 89.94%+0.17. The carbon clearance test showed that the nanoencapsulation of fucoidan was a strong immunostimulant with a phagocytosis index of 1.65. The development of nanoencapsulation could increase the phagocytosis index of fucoidan purified extracts from brown algae. Further molecular studies are needed to demonstrate the molecular activity of this preparation as an immunomodulator.
PKM PENDAMPINGAN STANDARISASI BAHANALAMBAGIGURU DAN SISWA SMK KESEHATAN BALI MEDIKA, DENPASAR I Made Gde Sudyadnyana Sandhika; Ni Kadek Yunita Sari; Anak Agung Ayu Putri Permatasari; I Gede Widhiantara; I Wayan Rosiana; Putu Angga Wiradana; I Made Wisnu Adhi Putra; Ni Kadek Dwipayani Lestari; Rahmadi Prasetijo; I Made Murna
Seminar Nasional Aplikasi Iptek (SINAPTEK) Vol. 6 (2023): PROSIDING SINAPTEK
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengetahuan dan keterampilan terkait proses standarisasi bahan alamdi SMKKesehatan Bali Medika kurang diperhatikan karena kurikulumnya lebih banyak memuat matapelajaran produktif keperawatan, teknik laboratorium medik dan farmasi. Sebagai salahsatusekolah swasta di Kota Denpasar, sekolah ini masih memiliki alat dan bahan penunjangpraktikum di bidang Sains yang masih sangat terbatas. Konsep dasar standarisasi bahanalam termasuk penting diberikan di Sekolah ini mengingat sekolah ini merupakan sekolahkesehatan dan memiliki jurusan farmasi. Keterampilan standarisasi bahan alamberguna bagisiswa pada saat magang di dunia industri dan pada saat melanjutkan ke jenjang pendidikanyang lebih tinggi. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu: 1)Memberikanwawasan mengenai standarisasi meliputi jenis standarisasi, fungsi standarisasi dan metodestandarisasi pada bahan alam khususnya tanaman obat, 2)Memberikan pengetahuanmengenai teknik-teknik standarisasi baik secara spesifik dan non spesifik pada bahan alamkhususnya tanaman obat, dan 3)Mempraktekan secara langsung dalam membuat sediaanekstrak yang berbahan dasar tanaman obat. Hasil dari Pengabdian Masyarakat ini adalah1)Wawasan mitra terkait standarisasi bahan alam meningkat dari rata-rata nilai 55 menjadi86 setelah posttest, 2)Tingkat pengetahuan mitra meningkat dari tidak tahu menjadi tahuakan teknik-teknik standarisasi dan semua anggota mitra yang mengikuti sosialisasimendapatkan rerata nilai pemahaman 84 pada post-test, 3)Penyampaian materi pembuatansediaan ekstrak bahan alam khususnya tanaman obat meningkat dari rata-rata nilai 45 padapretest menjadi 83 setelah posttest.
Indonesia Coral Reef Garden Sanur Bali: Pemulihan Ekonomi Nasional melalui Restorasi Terumbu Karang Putri, Putu Indah Dianti; Sudiarta, I Ketut; Prasetijo, Rahmadi; Prasetia, I Nyoman Dodik
International Journal of Community Service Learning Vol. 7 No. 2 (2023): May 2023
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ijcsl.v7i2.56525

Abstract

Perairan Sanur memiliki bentangan terumbu karang yang menjadi potensi utama dalam memacu perkembangan wisata bahari. Melihat begitu pentingnya keberadaan ekosistem terumbu karang diperlukan upaya pengelolaan secara aktif. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah melalui kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam rangka percepatan penanganan pandemi Covid-19 dan mengatasi kondisi perekonomian melakukan program restorasi terumbu karang dengan metode transplantasi yang dikenal sebagai Indonesia Coral Reef Garden (ICRG). Program ini dilaksanakan melalui kegiatan padat karya dengan melibatkan masyarakat pesisir Sanur dan wilayah sekitar yang terkena dampak pandemi Covid-19. Program ini bertujuan memberikan stimulus ekonomi yang selanjutnya dapat berdampak pula pada pelestarian ekosistem pesisir laut daerah Sanur serta penumbuhan mata pencaharian alternatif melalui pengembangan wisata bahari. Sejumlah 12.700 unit struktur kebun karang berhasil dikerjakan. Restorasi terumbu karang yang dilakukan di perairan Sanur mencapai luas 8 (delapan) ha. Secara nyata program ini dapat memberikan dampak terhadap pemulihan perekonomian kepada masyarakat baik yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung.
Analisa Pertumbuhan Karang dengan metode CPCe dan Sistem Pemeliharaannya pada Program Restorasi Karang di Nusa Penida Bali Pelupessy, Yesha Ainesis El Gracianita; Prasetijo, Rahmadi; Sandhika, I Made Gde Sudyadnyana; Rosiana, I Wayan
Jurnal Kelautan Vol 17, No 2: Agustus (2024)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v17i2.21861

Abstract

ABSTRAKKondisi ekosistem terumbu karang di perairan Ped, Nusa Penida berada dalam kategori sedang.  Kategori ini mengindikasikan pentingnya kegiatan restorasi. Kegiatan restorasi dengan metode transplantasi ini telah dilakukan pada bulan Agustus 2022 oleh NGO lokal yang bekerja sama dengan kelompok masyarakat dalam segi pemeliharaan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi pertumbuhan fragmen karang, rata-rata pertumbuhan dan faktor keterlibatan kelompok masyarakat yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fragmen karang hasil kegiatan restorasi di perairan Ped, Nusa Penida. Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan perangkat lunak bernama Coral Point Count with excel extensions (CPCe) untuk menghitung luas 80 fragmen karang pada periode 1 atau 1 bulan setelah transplantasi, periode 2 atau 3 bulan setelah transplantasi dan periode 3 atau 5 bulan setelah transplantasi, kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji R2. Variabel independen yaitu faktor eksternal dan kondisi perairan serta variabel dependen yaitu pertumbuhan fragmen karang. Hasil penelitian ini adalah pertumbuhan fragmen karang meningkat relatif linear selama 5 bulan penelitian. Total fragmen yang hidup adalah 76 dari 80 fragmen setelah 5 bulan. Laju pertumbuhan fragmen maksimal adalah pada periode 2 yaitu 0,46 cm2/hari dan menurun pada periode 3 yaitu 0,42 cm2/hari, hasil laju pertumbuhan merupakan landasan pentingnya pemeliharaan pada 3 bulan pertama setelah dilakukannya transplantasi. Uji R2 menunjukan hasil 0,99 yang berarti faktor pertumbuhan fragmen adalah 99% waktu pengukuran dan 1% faktor lainnya. Pemeliharaan dapat dilakukan oleh kelompok masyarakat karena kemampuannya dalam memiliki pendanaan dalam pemeliharaan yang membantu kelompok dari segi operasional. Hasil penelitian pertumbuhan fragmen karang pada substrat reef star menyatakan bahwa pertumbuhan fragmen selama 5 bulan adalah relatif linear dengan tingkat hidup fragmen karang tinggi.Kata kunci: reef star, terumbu karang, restorasi, laju pertumbuhan.ABSTRACTThe condition of the coral reef ecosystem in Ped waters, Nusa Penida is in the medium category. This category indicates the importance of restoration activities. Restoration activities with the transplantation method have been carried out in August 2022 by local NGOs in collaboration with community groups regarding sustainable maintenance. The purpose of this study was to determine the condition of coral fragment growth, average growth, and community involvement factors that affect the growth of coral fragments resulting from restoration activities in the waters of Ped, Nusa Penida. The method of this study is to use a software called Coral Point Count with excel extensions (CPCe) to calculate the area of 80 coral fragments in period 1 or 1 month after transplantation, period 2 or 3 months after transplantation, and period 3 or 5 months after transplantation, then continued with R2 test. The independent variables are external factors and water conditions and the dependent variable is the growth of coral fragments. The results of this study were that the growth of coral fragments increased relatively linear over 5 months of the study. The total number of living fragments was 76 out of 80 after 5 months. The maximum fragment growth rate was in period 2 which was 0.46 cm2 / day and decreased in period 3 which was 0.42 cm2 / day, the results of the growth rate are the basis for the importance of maintenance in the first 3 months after transplantation. The R2 test showed a result of 0.99, which means that the fragment growth factor is 99% of the measurement time and 1% of other factors. Maintenance can be carried out by community groups because of their ability to have funding in maintenance that helps groups in terms of operations. The results of coral fragment growth research on reef star substrate stated that fragment growth for 5 months was relatively linear with a high survival rate of coral fragments.Keywords: reef star, coral reefs, restoration, growth rate.