Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kolaborasi Cegah Stunting Dengan Mempersiapkan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Jambula Nani Supriyatni; Andiani Andiani; Agustin Rahayu; Suryani Mansyur; Diah Merdekawati Surasno; Tutik Lestari; Musiana Musiana; Monisa A. Hi Djafar
JURNAL BIOSAINSTEK Vol 3 No 2 (2021): Juli 2021
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/biosainstek.v3i2.735

Abstract

Stunting adalah masalah gizi kronis yang dihadapi Indonesia saat ini. Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%. Prevalensi stunting menurut data Riskesdas 2018, terdapat 11,5% balita yang sangat pendek dan 19,3% balita pendek. Hal ini akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Tujuan : memberikan edukasi gizi kepada kelompok sasaran yaitu ibu yang memiliki balita untuk meningkatkan pengetahuan gizinya sehingga dapat memperhatikan asupan gizi mulai masa kehamilan hingga anak bertumbuh secara optimal pada usia 2 tahun (1000 HPK). Metode: Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk penyuluhan pada kelompok sasaran dengan melibatkan berbagai organisasi yang ada di masyarakat baik organisasi profesi yaitu PD IAKMI Maluku Utara dan juga organisasi daerah yaitu PW Nasyiatul Aisyiyah Maluku Utara. Jumlah peserta penyuluhan terbatas yaitu sebanyak 25 orang karena adanya kondisi pandemi covid-19. Untuk mengukur keberhasilan penyuluhan, maka diadakan pre test sebelum penyuluhan dan post -test setelah penyuluhan. Selain penyuluhan juga diadakan pembagian masker dan goody bag bertema stunting. Hasil: terdapat peningkatan pengetahuan sebanyak 20 orang yang meningkat pengetahuannya, nilai rata2 post test (6,28) lebih dari nilai rata- rata pre test yaitu 4,88. Kesimpulan dan Saran: Ada peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai penyebab stunting dan pencegahannya melalui persiapan 1000 HPK sehingga diharapkan kegiatan edukasi pada masyarakat dan kerjasama antar lembaga perlu ditingkatkan untuk menurunkan prevalensi stunting pada balita menjadi 14,9% sesuai stranas 2025.
Risiko Gejala Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe II di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Yusnita Yusnita; Monisa Hi. A. Djafar; Rosmila Tuharea
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 4 No. 1: JANUARI 2021 - Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.754 KB) | DOI: 10.56338/mppki.v4i1.1391

Abstract

Peningkatan angka insiden DM tipe 2 diikuti oleh peningkatan  kejadian komplikasi. Komplikasi diantaranya fisik, psikologi, sosial dan ekonomi.  Komplikasi fisik yang timbul berupa, kerusakan mata, kerusakan ginjal, penyakit jantung, hipertensi, stroke bahkan sampai menyebabkan genggren. Tujuan penelitian ini untuk mengukur besar risiko untuk melihat gejala komplikasi yang dimiliki penderita DM sehingga penderita DM lebih menagtur pola hidup yang sehat sehingga bisa terhindar dari komplikasi yang berkelanjutan. Rancangan penelitian menggunakan rancangan penelitian survey deskriptif yang melihat gambaran risiko komplikasi penderita diabetes Mellitus Di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Diabetes Center Kota Ternate. Populasi dalam penelitianinia dalah penderita diabetes Melitustipe II yang ada di UPTD Diabetes Center sebesar 1991. Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan sampel penelitian ini sebesar 95 responden.  Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Hasil yang diperoleh adalah Sekitar 18,9% responden berusia 50-54 tahun, 64,2% berjenis kelamin perempuan, 55,8% memiliki lama menderita dengan kategori durasi pendek, 56,8% responden memiliki riwayat keluarga menderita diabetes mellitus, 68,4% responden memiliki kebiasaan tidak mengontrol kadar glukosa dengan baik, 40% memiliki kadar kolesterol total darah >200 mg/dl, 34,7% mengalami hipertensi sistolik terisolasi, 85,3% responden memiliki lingkar perut tidak normal, kategori IMT gemuk dan obesitas sebesar 56,9%, 100% responden memiliki resiko mengalami komplikasi penyakit jantung dan stroke, 9,5% responden mengalami komplikasi ulkus diabetik, 8,4% memiliki gejala komplikasi ginjal, 43,2% responden memiliki gejala resiko komplikasi retinopati, 26,3% memiliki komplikasi sindrom metabolik. Disarankan bagi penderita diabetes mellitus untuk lebih meningkatkan self manajemen diabetes untuk kendalikan komplikasi dibetes mellitus.
Kepadatan Larva Nyamuk Aedes aegipty berdasarkan House Index sebagai Indikator Surveilans Vektor Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Tabona, Kecamatan Ternate Selatan Amalan Tomia; Rosmila Tuharea; Monisa A. Hi, Djafar
JURNAL BIOSAINSTEK Vol 4 No 2 (2022): Juli 2022
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/biosainstek.v4i2.1064

Abstract

Demam berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue dan penyebarannya selalu melalui gigitan nyamuk Ae. aegipty. Virus Degue dikenal penyebab penting penyakit DBD pada daerah tropis dan subtropis. Pengetahuan terkait tingkat kepadatan larva sangat penting untuk mengurangi tingkat populasi Ae. aegipty. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan Larva Nyamuk Ae. aegipty berdasarkan House Index sebagai Indikator Surveilans vektor Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Tabona, Kecamatan Ternate Selatan, Bersarkan hasil survei larva pada 100 rumah responden di Kelurahan Tabona diperoleh angka house index (HI) sebesar 65, % yang termasuk kategori density figure (DF)=8, hal ini menunjukkan telah terjadinya nyamuk Ae. aegipty tinggi sehingga penyebaran nyamuk semakin cepat yang akan berpengruh pada terjadinya penularan penyakit DBD.