Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan penggunaan antibiotik empiris terhadap outcome terapi pasien community acquired pneumonia (CAP) di RSUP Fatmawati Jakarta Feri Setiadi; Magdalena Niken Oktovina; Umi Salamah; Tengku Nadiah Fadillah
MEDIA ILMU KESEHATAN Vol 10 No 3 (2021): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/mik.v10i3.643

Abstract

Backgrounds: Community Acquired Pneumonia (CAP) is an inflammation of the lungs that is mostly caused by bacteria. Based on the 2018 Basic Health Research (RISKESDAS) data, the prevalence of pneumonia has increased every year, namely in 2013 (1.8%) and in 2018 (2.0%).Objective: This study aims to describes the relationship between empirical antibiotic use and empirical antibiotic use on the therapeutic outcome of CAP patients.Methods: This study was conducted retrospectively with a cross sectional method on CAP patients who met the inclusion criteria in the period January–December 2019.Results: The results of the study were patients aged 17-65 years 48 patients (65.8%), for male gender 39 patients (53.4%). The use of a single antibiotic ceftriaxone (42.5%) and a combination antibiotic ceftriaxone+levofloxacin (35.6%). Cephalosporin group of antibiotics (50.7%) and a combination of cephalosporin+quinolone group (42.5%).Conclusion: The longest duration of antibiotic use was in the range of 1-7 days (90.4%). The results of analysis of Chi-Square resulted having a Value of 0.75 (> 0.05), meaning that there was no relationship between the duration of empirical antibiotic use on the patient's therapeutic outcome (CAP). The duration of empirical antibiotic use has a value of 0.025 (<0.05), meaning that there is a relationship between the duration of the use of empirical antibiotics on the patient's therapeutic outcomes (CAP).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Umi Salamah; Philipa Hellen Prasetya
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 5, No 3 (2019): Volume 5 Nomor 3, Juli 2019
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v5i3.1418

Abstract

Menyusui adalah  proses alami bagi seseorang ibu untuk menghidupi dan menyejahterakan anak pasca melahirkan. Proses menyusui yang tidak mudah memerlukan kekuatan agar dapat berhasil (Riksani, 2012). Air Susu Ibu (ASI) merupakan proses nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energy dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun, adakalanya seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI. Kendala yang utama adalah karena produksi ASI tidak lancar (Saleha, 2009).Manfaat ASI yaitu bayi mendapatkan kekebalan tubuh serta perlindungan dan kehangatan melalui kontak kulit dengan ibunya, mengurangi perdarahan serta konservasi zat besi, protein dan zat lainnya, dan ASI Ekslusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya pernapasan, diare dan obesitas pada anak (Riskani, 2012). Bila bayi tidak diberi ASI Eksklusif  memiliki dampak yang tidak baik bagi bayi. Adapun dampak memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat ASI Eksklusif (Kemenkes, 2010). Bayi yang diberi ASI akan lebih sehat dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.Pemberian ASI akan lebih sehat dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula. Pemberian susu formula pada bayi dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih, saluran nafas dan telinga. Bayi juga mengalami diare, sakit perut (kolik), alergi makanan, asma, diabetes dan penyakit saluran pencernaan kronis (Hapsari, 2014).Sehubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah pertama bagi seorang manusia sejahtera. Sayangnya tidak semua orang mengetahui hal ini. Dibeberapa Negara maju dan berkembang termasuk Indonesia, banyak ibu karir yang tidak menyusui secara eksklusif. Menurut UNICEF, ASI Eksklusif dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia.UNICEF menyatakan bahwa 30 ribu kematian anak balita di Indonesia dan 10 juta kematian balita di seluruh dunia setiap tahun dapat dicegah melalui pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan sejak pertama setelah kelahiran bayi tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi (Prasetyono, 2009). Cakupan ASI Eksklusif di negara ASEAN seperti India mencapai 46%, di Philipina 34%, di Vietnam 27%, di Myanmar 24% sedangkan di Indonesia sudah mencapai 54,3% (Infodatin, 2014). Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu pernah memberikan ASI, namun penelitian IDAI (Yohmi dkk, 2015) menemukan hanya 49,8% yang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan sesuai rekomendasi WHO. Hasil penelitian di DKI Jakarta dari Program Magister Kedokteran Kerja Departemen Kedokteran Komunitas FKUI, diperoleh presentase di Jakarta yang memberikan ASI Eksklusif pada bayinya hanya 32%. Bahkan 80% pekerja pabrik di Jakarta tidak memberikan ASI Eksklusif. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dari pengetahuan, dukungan suami, keberhasilan IMD dan pekerjaan karena aktifitas kerja ibu yang berfokus kepada pencapaian karir. Hak ibu untuk memberikan ASI Eksklusif dan menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui hak ini tertuang pada bab V pasal 30 (Hapsari, 2014).Berdasarkan Studi Pendahuluan data yang diperoleh di Pramuka Sari RW 08 Kelurahan Rawasari Jakarta pusat, Dari jumlah 26 Ibu yang memiliki bayi di dapatkan 18 orang  (69,2%) tidak memberikan ASI Ekslusif. 
The Relationship Of The Use Of Gym Ball To The Long Time Of Labor Umi Salamah; Alfi Aulia Putri
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 8, No 3 (2022): Volume 8 No.3 July 2022
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v8i3.6604

Abstract

Latar Belakang: Salah satu komplikasi persalinan yang ikut menyumbang dalam angka kematian ibu adalah partus lama. Berbagai upaya fisiologis dilakukan untuk mencegah persalinan lama, seperti senam hamil, teknik nafas, pelvic rocking dengan Gymball agar dapat berjalan secara fisiologis Gym ball adalah salah satu latihan fisik yang dilakukan ibu mulai dari masa kehamilan bahkan sampai saat proses persalinan yang membantu kemajuan persalinan dan dapat digunakan berbagai posisi. Tujuan: Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penggunaan gym ball terhadap lama persalinan kala I.Metode: Penelitian ini menggunakan jenis analitik dengan desain cross sectional dengan teknik pengambilan data total sampling sebanyak 113 ibu bersalin di Praktik Mandiri Bidan dengan menggunakan instrumen data yang diambil dari rekam medik.Hasil: Ibu bersalin dengan lama kala 1 normal dan menggunakan gym ball sebanyak 89 (78,8%), dan ibu bersalin yang lama kala I nya tidak normal terdapat pada ibu yang tidak menggunaan gym ball sebanyak 0 (0%).Kesimpulan: Berdasarkan analisa data bahwa variabel yang berhubungan dengan penggunaan gym ball terhadap lama persalinan kala I adalah, penggunaan gym ball terhadap lama persalinan (p=0,04) bahwa ada hubungan antara penggunaan gym ball terhadap lama persalinan kala I. Gerakan menggunakan gym ball dengan cara menggerakkan panggul ke depan, belakang, kanan, kiri secara perlahan dapat meredakan tekanan dan meningkatkan bidang luas panggul, mendorong turunnya kepala bayi, membantu kontraksi rahim lebih efektif, mempercepat dilatasi serviks, dan membantu relaksasi pada panggul. Saran: Diharapkan kepada PMB Aminah untuk menjadi wadah serta fasilitator bagi ibu bersalin dalam menghadapi proses persalinan yang nyaman dan menyenangkan dalam melewati kala I yang lebih singkat serta agar dapat lebih mensosialisasikan manfaat dilaksanakan Gymball untuk mempercepat proses persalinan. Kata kunci:  gym ball, kala I, persalinan ABSTRACT                Background: One of the complications of childbirth that contributes to maternal mortality is prolonged labor. Various physiological efforts are made to prevent prolonged labor, such as pregnancy exercise, breathing techniques, pelvic rocking with Gymball so that you can walk physiologically. used in various positions. Objective: Purpose the relationship between the use of a gym ball on the duration of the first stage of labor. Methods: This study used an analytical type with a cross sectional design with a total sampling technique of 113 mothers giving birth at the Independent Midwife Practice using data instruments taken from records. medical.                     Result Mothers giving birth with a normal first stage of labor and using a gym ball were 89 (78.8%), and mothers who gave birth with an abnormal length of first stage were 0 (0%) mothers who did not use a gym ball.Conclusion: Based on data analysis that the variables related to the use of a gym ball on the duration of the first stage of labor are, the use of a gym ball on the length of labor (p = 0.04) that there is a relationship between the use of a gym ball on the duration of the first stage of labor. Movement using a gym ball by slowly moving the pelvis forward, backward, right, left can relieve pressure and increase the pelvic area, encourage the baby's head to descend, help uterine contractions more effectively, accelerate cervical dilation, and help relax the pelvis. Suggestion: It is hoped that PMB Aminah will become a forum and facilitator for maternity mothers in facing a comfortable and enjoyable delivery process in passing the shorter first stage and in order to be able to further socialize the benefits of implementing Gymball to speed up the delivery process. Keywords: gym ball, first stage, labor