Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Pengaruh Kualitas Pelayanan Kefarmasian Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Di Empat Apotek Kota Tangerang Selatan Melizsa Melizsa; Renato Putra Herwina; Magdalena Niken
Edu Masda Journal Vol 4, No 2 (2020): Edu Masda Journal Volume 4 Nomor 2
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v4i2.110

Abstract

There has been a shift in the orientation of pharmaceutical services from only drug management to comprehensive patient care (Pharmaceutical Care). Some factors that influence the level of patient satisfaction are the quality of pharmaceutical services. The purpose of this study was to determine the Effect of Pharmaceutical Service Quality on Patient Satisfaction Level in Four Pharmacy City of South Tangerang. This research is a type of quantitative analytic research with cross sectional method. This study uses an accidental sampling method by distributing questionnaires to 100 respondents in four South Tangerang city pharmacies. The results showed that the quality of pharmaceutical services has a strong influence on the level of patient satisfaction that has a Pearson correlation of 0.714. The assessment category for the service quality variable produced a pretty good answer (65%) and quite satisfied (75%) forpatient satisfaction. The quality of services provided by the four pharmacies is good, but it must be continuously improved so that there is no decrease in patient satisfaction in the future. 
GAMBARAN PENGGUNAAN OAD PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 YANAG MENGIKUTI EDUKASI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FARMAWATI PERIODE JANUARI – JUNI 2013 Refdanita Refdanita; Magdalena Niken; Robiani Robiani
SAINSTECH FARMA Vol 7 No 1 (2014): Sainstech Farma: Jurnal Ilmu Kefarmasian
Publisher : FAKULTAS FARMASI, INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37277/sfj.v7i1.840

Abstract

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme glukosa di dalam tubuh. Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesis lemak, akibatnya ialah terjadi penumpukan glukosa di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya disekresikan lewat kemih (glisuria). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Gambaran penggunaan OAD pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang telah mengikuti edukasi di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Periode Januari – Juni 2013”. Metode yang digunakan secara survei retrospektif menggunakan data sekunder yaitu data rekam medik sebanyak 100 pasien. Sampel penelitian ini adalah rekam medik pasien DM tipe 2 di RSUP Fatmawati yang telah mengikuti edukasi kelompok minimal mengikuti materi keempat tentang OAD (Obat Anti Diabetik) dan insulin di klinik edukasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati. Data yang diperoleh diolah dalam bentuk tabulasi, selanjutnya dianalisis dengan perhitungan persentase. Gambaran demografi pasien DM tipe 2 setelah mengikuti edukasi selama periode Januari – Juni 2013 diperoleh hasil paling banyak jenis kelamin peremuan sebesar 68% (68 orang) dengan kelompok usia antara 50-60 tahun sebesar 36% (36 orang). OAD tunggal paling banyak digunakan adalah metformin sebanyak 21% (21 orang), dan OAD kombinasi metformin dan glibenklamid sebesar 22% (22 orang). Edukasi yang paling banyak diikuti sebanyak empat kali pertemuan sebesar 37% (37 orang) dan perubahan kadar gula darah setelah mengikuti edukasi yaitu kadar gula darah puasa sebesar 32%, kadar gula darah 2 jam PP sebesar 24% dan kadar HbA1c sebesar 2%. Kata kunci : Diabetes Melitus tipe 2, Kadar Gula darah, HbA1c
Hubungan penggunaan antibiotik empiris terhadap outcome terapi pasien community acquired pneumonia (CAP) di RSUP Fatmawati Jakarta Feri Setiadi; Magdalena Niken Oktovina; Umi Salamah; Tengku Nadiah Fadillah
MEDIA ILMU KESEHATAN Vol 10 No 3 (2021): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/mik.v10i3.643

Abstract

Backgrounds: Community Acquired Pneumonia (CAP) is an inflammation of the lungs that is mostly caused by bacteria. Based on the 2018 Basic Health Research (RISKESDAS) data, the prevalence of pneumonia has increased every year, namely in 2013 (1.8%) and in 2018 (2.0%).Objective: This study aims to describes the relationship between empirical antibiotic use and empirical antibiotic use on the therapeutic outcome of CAP patients.Methods: This study was conducted retrospectively with a cross sectional method on CAP patients who met the inclusion criteria in the period January–December 2019.Results: The results of the study were patients aged 17-65 years 48 patients (65.8%), for male gender 39 patients (53.4%). The use of a single antibiotic ceftriaxone (42.5%) and a combination antibiotic ceftriaxone+levofloxacin (35.6%). Cephalosporin group of antibiotics (50.7%) and a combination of cephalosporin+quinolone group (42.5%).Conclusion: The longest duration of antibiotic use was in the range of 1-7 days (90.4%). The results of analysis of Chi-Square resulted having a Value of 0.75 (> 0.05), meaning that there was no relationship between the duration of empirical antibiotic use on the patient's therapeutic outcome (CAP). The duration of empirical antibiotic use has a value of 0.025 (<0.05), meaning that there is a relationship between the duration of the use of empirical antibiotics on the patient's therapeutic outcomes (CAP).
Evaluasi penggunaan obat dan identifikasi drug related problem (DRP) pada pasien pneumonia di ruang rawat inap rumah sakit umum pusat Fatmawati Jakarta (periode Desember 2014 – Februari 2015) Diar Gustianti Istita; Dian Ratih Laksmitawati; Magdalena Niken
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 14, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.74 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v14i1.2391

Abstract

Evaluation of drug use and drug related problem identification among patients with pneumoniaBackground : Pneumonia is still a public health problem cause in mortality of due to this disease in various countries. Based on the burden of the Global Disease Study in 2010 which reported 90% of pneumonia cases occurring at the age of 65 years and pneumonia became the greatest need after ischemic heart disease, stroke and chronic obstructive pulmonary disease (COPD) in European countries. The high incidence of pneumonia needs  treatment therapy as accurate  and rationally, to ensure that the drugs used are appropriate, safe, and efficient.Purpose:  To evaluation of drug use and drug related problem identification among patients with pneumonia at Fatmawati General Hospital, December 2014-February 2015Method: This study uses a cross sectional study design by observing samples and analyzing the data descriptively. The flow of data collection is prospective among patients with pneumoniaResults: 25 cases of DRP occurrences. From 30 patients found 18 patients who experienced DRP events with a total of 25 cases, in this case 1 patient could experience more than 1 case of DRP events. In this study the most cases occurred in the domain (P1.2), namely the effect of the drug is not optimal as many as 20 cases (80%) with causes of DRP associated with drug dose selection (C.3) include (C3.1) less than a number of doses \ / 2 cases (8%), (C3.4) the frequency of administration was 15 cases (60%), then (C3.2) overdose of 3 cases (12%).Cases that often arise are in the category of dose selection caused by (C3.4) the frequency of administration is lacking. There were 15 patients who received ranitidine injection at a dose of 50 mg every 12 hours per day, whereas the dose listed in the Drugs Information of Handbook library was 50 mg every 6-8 hours per day. The doctor's consideration in giving ranitidine dose 2x50 mg / day is as a prophylactic therapy for the use of several drugs that can increase stomach acid production such as corticosteroids, NSAIDs, NSAID drugs combined with aspirin, and anticoagulant drugs.Conclusion : Knowing that the 5 most therapeutic drug classes used in Fatmawati General Hospital are 30 patients (100%) antibiotics, 30 patients (100%) bronchodilators, 28 patients (93%) anti-peptic ulcer, anti-hypertension. 23 patients (77%) and mucolytic 22 patients (77%). The results showed that there were 18 Drug Related Problems (DRP) patients experiencing DRP events out of 25 total cases, the majority of DRP events were in the domainKeywords: Evaluation; Drug use; Drug Related Problem; Identification; Patients; PneumoniaPendahuluan : Pneumonia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat menyebabkan kematian akibat penyakit ini di berbagai negara. Berdasarkan Global Burden of Disease Study pada 2010 yang melaporkan 90% kasus pneumonia terjadi pada usia 65 tahun dan pneumonia menjadi masalah terbesar setelah penyakit jantung iskemik, stroke dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di negara-negara Eropa. Tingginya insiden pneumonia dapat menimbulkan risiko kematian, sehingga terapi pengobatan harus dilakukan secara rasional, untuk memastikan bahwa obat yang digunakan sesuai, aman, dan efisien.Tujuan : Untuk mengevaluasi penggunaan obat dan mengetahui ada tidaknya permasalahan terkait obat (DRPs) pada pasien Pneumonia.Metode: Menggunakan desain cross sectional dengan mengamati sampel dan menganalisis data secara deskriptif. Pengumpulan data prospektif pada pasien dengan pneumonia di bangsal rumah sakit.Hasil: Diperoleh 25 kasus kejadian DRP. Dari 30 pasien ditemukan 18 pasien yang mengalami kejadian DRP dengan total kasus sejumlah 25, dalam hal ini 1 pasien dapat mengalami lebih dari 1 kasus kejadian DRP. Dalam penelitian ini kasus terbanyak terjadi pada domain (P1.2) yaitu efek obat tidak optimal sebanyak 20 kasus (80%) dengan penyebab DRP yang berkaitan dengan pemilihan dosis obat (C.3) meliputi (C3.1) dosis kurang sejum\/lah 2 kasus (8%), (C3.4) frekuensi pemberian kurang sejumlah 15 kasus (60%), kemudian (C3.2) dosis berlebih sebanyak 3 kasus (12%). Kasus yang sering muncul yaitu pada kategori pemilihan dosis yang disebabkan (C3.4) frekuensi pemberian kurang. Terdapat 15 pasien yang mendapatkan ranitidin injeksi dengan dosis 50 mg tiap 12 jam perhari, sedangkan dosis yang tercantum dalam pustaka Drugs Information of Handbooks yaitu 50 mg tiap 6-8 jam perhari. Pertimbangan dokter dalam memberikan dosis ranitidine 2x50 mg/hari yaitu sebagai terapi profilaksis terhadap penggunaan beberapa obat yang dapat meningkatkan produksi asam lambung  seperti  kortikosteroid,  NSAID,  Obat  NSAID  yang  dikombinasi dengan aspirin, dan obat antikoagulan.Simpulan: Diketahui bahwa 5 kelas terapi obat terbanyak yang digunakan di RSUP Fatmawati adalah antibiotik sebanyak 30 pasien (100%), bronkodilator sebanyak 30 pasien (100%), anti tukak lambung sebanyak 28 pasien (93%), anti hipertensi sebanyak 23 pasien (77%) dan mukolitik sebanyak 22 pasien (77%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Drug Related Problem (DRP) terdapat 18 pasien mengalami  kejadian  DRP  dari  25  jumlah  total  kasus,  mayoritas  kejadian  DRP terdapat pada domain
PENGGUNAAN ANTIHISTAMIN DAN OBAT LAINNYA PADA PASIEN DEWASA DI APOTEK SINAR MUTIARA APOTIK GUNUNG SINDUR, BOGOR Oktovina, Magdalena Niken; Annisa, Fitra; Ismaya, Nurwulan Adi
Edu Masda Journal Vol 7, No 1 (2023): Edu Masda Journal Volume 7 Nomor 1
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v7i1.187

Abstract

Antihistamines are a class of drugs that can block the effects of histamine by blocking histamine receptors, in various allergic events. The use of antihistamines has a side effect of drowsiness, but this group is not recommended in the management of insomnia or difficulty sleeping because it can cause tolerance. The use of antihistamines is accompanied by other drugs to support the success of therapy, so it is necessary to monitor the use of antihistamines in remote areas such as Gunung Sindur through one of the pharmacies. This study was to determine the characteristics of antihistamine users, the purpose of use, class and type of antihistamines, and other drugs that accompany them. The study was conducted using purposive sampling and retrospective time on prescription data for 3 months from February to April 2022. The results showed that from 212 patient prescriptions using antihistamines, the most users were female patients (50,47%), an late teens age range between 19 to 25 years (38,7%), where sedative, the first generation antihistamine group such as CTM (Chlorheniramine Maleate) 54,88% more used than non sedative, 2nd generation antihistamines such as Cetirizine 45,12%. The use of antihistamines with the most indications for urticaria (14,63%), while the other drugs that most often accompanied it were the corticosteroid group (21,15%) where the most corticosteroid group was Dexamethasone 11,45%. Based on other types of drugs, the most is Glyceryl Guayakolat (12.18%) which is an expectorant. The use of antihistamines in the area is still dominated by the first generation, the use is also adjusted to the availability of drugs and the cost of treatment in the area.ABSTRAKAntihistamin adalah golongan obat yang dapat memblokir efek histamin dengan memblokir reseptor histamin, dalam berbagai kejadian alergi. Penggunaan antihistamin memiliki efek samping mengantuk, namun golongan ini tidak dianjurkan dalam penatalaksanaan insomnia karena dapat menimbulkan toleransi. Penggunaan antihistamin disertai dengan obat lain untuk menunjang keberhasilan terapi sehingga perlu dilakukan pemantauan penggunaan antihistamin di daerah terpencil seperti Gunung Sindur melalui salah satu apotik. Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik pengguna antihistamin, tujuan penggunaan, golongan dan jenis antihistamin, serta obat lain yang menyertainya. Penelitian menggunakan purposive sampling dan waktu retrospektif pada data resep selama 3 bulan dari bulan Februari-April 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 212 resep pasien yang menggunakan obat antihistamin, pengguna terbanyak adalah pasien wanita (50,47%), usia remaja akhir antara 19-25 tahun (38,7%), dimana obat penenang golongan antihistamin generasi pertama seperti sebagai CTM (Chlorheniramine Maleate) 54,88% lebih banyak digunakan dibandingkan non sedatif, antihistamin generasi ke-2 seperti Cetirizine 45,12%. Penggunaan antihistamin dengan indikasi urtikaria terbanyak (14,63%), sedangkan obat lain yang paling sering menyertai adalah golongan kortikosteroid (21,15%) yang terbanyak adalah Dexamethasone 11,45%. Berdasarkan jenis obat lain, paling banyak adalah Glyceryl Guayakolat (12,18%) yang merupakan ekspektoran. Penggunaan antihistamin di daerah masih didominasi oleh generasi pertama, penggunaannya juga disesuaikan dengan ketersediaan obat dan biaya pengobatan di daerah tersebut.
PENGGUNAAN SITOSTATIKA PADA PASIEN KANKER DEWASA DI RUANG KEMOTERAPI RSUP FATMAWATI PERIODE BULAN JANUARI SAMPAI JUNI TAHUN 2020 Niken Oktovina, Magdalena
Jurnal Farmasi Klinik Best Practice Vol 1 No 1 (2022): Jurnal Farmasi Klinik - Best Practice
Publisher : RSUP Fatmawati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58815/jfklin.v1i1.15

Abstract

Chemotherapy is one of the treatment modalities for systemic cancer which is often chosen, especially to treat advanced, local and metastatic cancers. The administration of cytostatics is carried out in a special room to avoid exposure to cytostatics and for the safety of patients and officers giving cytostatics. The administration of cytostatics is adjusted to the diagnosis of cancer. Therefore, the researcher wanted to know how the use of cytostatics in cancer patients in the Chemotherapy room of Fatmawati Hospital, especially in adult patients. This study aims to determine the characteristics of adult cancer patients who undergo chemotherapy in the chemotherapy room, and the use of cytostatics based on drug class and type, and how the characteristics of adult patients relate to the use of cytostatics. The research method was carried out by taking data from adult patients diagnosed with cancer and administering chemotherapy from January to June 2020 in the chemotherapy room by paying attention to inclusion and exclusion criteria. The results showed 1272 adult patients who administered chemotherapy and 3785 cytostatic preparations from January to June 2020. From the evaluation, it was found that the most cancer patient characteristics based on gender were 78.22% women with an age range of ≥40 - 60 years of 60.14 % and the most disease diagnoses were breast cancer at 50.63%. The use of cytostatics based on group is antimetabolite with pyrimidine analogues (Fuorouracil (5-FU) and Gemcitabine) and folic acid analogues (Methotrexate) with a value of 28.22%. The highest use of cytostatic types was Fluorouracil (5-FU), which was 19.47%. The relationship between patient characteristics and use of cytostatics is in gender, age and indication of drug use (disease diagnosis). The results of this study are very useful considering the scarcity of literature due to the limited implementation units that carry out the provision of sitostatics such as Fatmawati General Hospital. Therefore, it can be suggested for further research related to the relationship between drug use and cancer diagnosis in the context of drug availability and cost analysis, as well as evaluation of the side effects that occur when administering cytostatics through documented interviews with patients. Keyword : Chemotherapy, Sitostatics, Cancer, Fatmawati General Hospital.
Analisis Penggunaan Antibiotik Ispa Non-Pneumonia Pada Pasien Dewasa Di Rumah Sakit Umum Kotatangerang Selatan Tahun 2018 - 2024 Oktovina, Magdalena Niken; Koswara, Sunny; Sayyidah, Sayyidah
Jurnal Farmasi Klinik Best Practice Vol 3 No 2 (2024): Jurnal Farmasi Klinis Best Practice Volume 3 No. 2 Desember 2024
Publisher : RSUP Fatmawati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58815/jfklin.v3i2.50

Abstract

Penyakit ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, tetapi ISPA yang berlanjut menjadi Non-Pneumonia sering terjadi pada dewasa terutama apabila keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Penggunaan antibiotik yang tepat sangat penting dalam manajemen ISPA Non-Pneumonia untuk menghindari resistensi antibiotik dan memastikan keberhasilan terapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan antibiotik ISPA Non – Pneumonia pada Pasien Dewasa di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan tahun 2018-2024.Penelitian deksriptif dengan pengambilandata retrospektif, untuk memperoleh gambaran penggunaan antibiotik pada pasien ISPA Non- Pneumonia dewasa selama periode 2018- 2024. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu totalsampling dan sampel yang dipilih yaitu dewasa usia 25-35 tahun yang dilihat dari data rekam medik danresep pasien dewasa dengan diagnosa ISPA Non-Pneumonia sebanyak 76 pasien. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pasien ISPA Non-Pneumonia berdasarkan usia terbanyak 25- 30 tahun yaitu 44 pasien (58%), dan berdasarkan jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan 46 pasien (61%). Penggunaan antibiotik berdasarkan golongan terbanyak yaitu Penisilin 32 pasien (42%), dan berdasarkan jenis antibiotik terbanyak yaitu amoxicillin 32 pasien (42%). Evaluasi penggunaan antibiotik pada masing-masing kriteria yaitu Tepat Pasien (100%), Tepat Indikasi (100%), Tepat Obat (100%) dan Tepat Dosis (100%).
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Terhadap Hasil Nilai Leukosit Akhir Urine Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Rumah Sakit Fatmawati Tahun 2023 Oktovina, Magdalena Niken; Maryuni, Iis Wintari; Setiadi, Feri
Jurnal Farmasi Klinik Best Practice Vol 3 No 2 (2024): Jurnal Farmasi Klinis Best Practice Volume 3 No. 2 Desember 2024
Publisher : RSUP Fatmawati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58815/jfklin.v3i2.53

Abstract

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan kondisi infeksi yang terjadi di saluran kemih, termasuk di ginjal, yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme tertentu. Penggunaan antibiotik adalah pilihan utama dalam terapi infeksi saluran kemih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan penggunaan antibiotik terhadap hasil nilai leukosit akhir urine pada pasien ISK di Rumah Sakit Fatmawati. Metode yang digunakan adalah kuantitaif dengan menggunakan survei. Jenis penelitian komparatif menggunakan waktu cross sectional dengan melihat catatan rekam medis pasien. Pengambilan data secara retrospektif dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan statistik Chi-square. Teknik sampling menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 50. Hasil penelitian menunjukkan jumlah terbanyak pasien dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 33 pasien (66.0%), kategori usia terbanyak >65 tahun sebanyak 15 pasien (30.0%), penyakit penyerta terbanyak diabetes mellitus sebanyak 8 pasien (16.0%), penggunaan golongan antibiotik terbanyak sefalosporin sebanyak 32 pemakaian (64.0%) dengan jenis obat ceftriaxone sebanyak 24 (48.0%), nilai normal leukosit pasien dengan rentang terbanyak 1-2/LPB, ketepatan obat pasien sesuai 100%, dan hasil uji Chi-square didapatkan p value <0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara golongan sefalosporin dan kuinolon terhadap hasil nilai leukosit akhir urine pada pasien infeksi saluran kemih di Rumah Sakit Fatmawati tahun 2023.
Potensi Interaksi Obat Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Akut Di Rawat Inap Rumah Sakit Fatmawati Tahun 2023 Oktovina, Magdalena Niken; Oktaviani, Imelda; Setiadi, Feri
Jurnal Farmasi Klinik Best Practice Vol 3 No 2 (2024): Jurnal Farmasi Klinis Best Practice Volume 3 No. 2 Desember 2024
Publisher : RSUP Fatmawati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58815/jfklin.v3i2.54

Abstract

Sindrom koroner akut merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana interaksi obat mempengaruhi pasien dengan kondisi ini. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi potensi interaksi obat pada pasien dengan diagnosis jantung koroner akut yang menjalani perawatan inap di Rumah Sakit Fatmawati. Metode penelitian yang digunakan bersifat kuantitatif dengan desain komparatif cross-sectional, berdasarkan tinjauan rekam medis pasien. Data dikumpulkan secara retrospektif dan dianalisis menggunakan statistik univariat dan bivariat dengan uji Chi-square. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 90 pasien. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pasien berjenis kelamin laki-laki (57 pasien; 63,2%) dan berada pada kategori usia 61–65 tahun (20 pasien; 22,2%). Penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi (54 pasien; 60,0%). Jumlah obat yang paling banyak dikonsumsi berkisar antara 5–7 obat (68 pasien; 75,6%), dan seluruh pasien (100,0%) mengalami potensi interaksi obat. Tingkat keparahan interaksi terbanyak pada level sedang, dengan 309 interaksi obat (63,7%). Jenis terapi obat yang paling sering digunakan adalah antiplatelet (153 obat), dengan kombinasi miniaspirin dan klopidogrel paling dominan (74 obat; 15,1%). Sebagian besar interaksi terjadi pada fase farmakodinamik (478 interaksi; 98,6%). Analisis hubungan jumlah obat dengan potensi interaksi obat menunjukkan bahwa pasien yang mengonsumsi 5–7 obat mengalami interaksi sedang terbanyak (55 interaksi; 52,9%). Nilai P-value uji Chi-square sebesar 0,996, menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah obat dan kejadian potensi interaksi obat pada pasien jantung koroner akut (P ≥ 0,05). Temuan ini menegaskan tingginya risiko interaksi obat, sehingga diperlukan pemantauan ketat dan pengawasan lebih intensif oleh tenaga kesehatan dalam pengaturan regimen obat guna meningkatkan keselamatan dan hasil klinis pasien.
Identifikasi Interaksi Obat Pada Pasien Stroke Iskemik Di Rawat Inap Rumah Sakit Fatmawati Tahun 2023 Oktovina, Magdalena Niken; Setiadi, Feri; Kurniawati, Nurlaela Dwi
Jurnal Farmasi Klinik Best Practice Vol 3 No 2 (2024): Jurnal Farmasi Klinis Best Practice Volume 3 No. 2 Desember 2024
Publisher : RSUP Fatmawati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58815/jfklin.v3i2.55

Abstract

Stroke iskemik adalah disfungsi neurologis yang disebabkan oleh infark fokal serebral, spinal maupun retinal. Stroke iskemik ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah secara tiba-tiba pada suatu area otak, dan secara klinis menyebabkan hilangnya fungsi neurologis dari area tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah obat dan penyakit penyerta terhadap kejadian potensi interaksi obat pada pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Fatmawati tahun 2023. Menggunakan meetode kuantitatif dengan menggunakan survei. Jenis penelitian komparatif menggunakan waktu cross sectional melihat catatan rekam medis pasien. Pengambilan data secara retrospektif dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan statistik chi-square. Teknik sampling menggunakan metode slovin dengan jumlah sampel 88. Hasil penelitian menunjukkan jumlah terbanyak pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 56 pasien (63,6%), usia terbanyak 40-60 tahun sebanyak 47 pasien (53,4%), Penyakit penyerta terbanyak hipertensi sebanyak 34 pasien (38,6%). Penggunaan obat yang dikonsumsi 2-4 obat sebanyak 52 pasien (59,1%). Pasien yang berpotensi interaksi obat sebanyak 69 pasien (78,4%). Tingkat keparahan interaksi obat terbanyak moderate sebanyak 157 interaksi (71,4%) dan interaksi obat fase farmakodinamik sebanyak 177 (80,5%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square hubungan jumlah obat didapatkan nilai p-value 0,000>0,05 yang berarti adanya hubungan yang bermakna antara jumlah obat dengan potensi interaksi obat. Dan nilai hubungan penyakit penyerta p-value 0,573>0,05 tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit penyerta terhadap kejadian interaksi obat.