Purwanto Adhipireno
Clinical Pathology Laboratory Department Of Central General Hospital Dr. Kariadi Semarang, Semarang, Central Jawa, Indonesia

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Differences of Spermatozoa Concentration Analysis Between Manual and Automatic Methods Emma Ismawatie; Purwanto Adhipireno; Seso Sulijaya Suyono; Edy Purwanto; Budi Santoso; Edward Kurnia Setiawan Limijadi
JURNAL INDONESIA DARI ILMU LABORATORIUM MEDIS DAN TEKNOLOGI Vol 3 No 2 (2021): Molecule analysis to advance laboratory diagnosis
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33086/ijmlst.v3i2.1961

Abstract

The examination of sperm concentration in the laboratory is the calculation of the number and motility using a microscope or using a device. There are still some clinicians who doubt the accuracy of the sperm count results using a semen analyzer rather than using the manual method. This study aims is to determine the differences of the sperm concentration examination between the manual method and the automatic method. Subjects in this study were patients who carried out semen analysis tests at the Clinical Pathology Laboratory of RSIA "Restu Ibu" Sragen from June to August 2020. The object of this research is the examination of sperm concentration, using a manual method using a hemocytometer and an automatic method using the LensHooke ™ SQA X1 Pro. The results of statistical tests using the Mann Whitney methods show that the significance value (p) was 0.960, which means that there was no difference in the results of  the sperm concentration examination between the manual method and the automatic method. Result of this research shows that there is no weakness or significant difference if compared between manual and automatic methods.
Spermatozoa Morphology Examination Using Lenshooke SQA X1 Pro Compared with Manual Method Adhipireno Purwanto; Edy Purwanto; Suyono Seso Sulijaya; Ismawatie Emma; Santoso Budi; Limijadi Edward Kurnia Setiawan
JURNAL INDONESIA DARI ILMU LABORATORIUM MEDIS DAN TEKNOLOGI Vol 4 No 1 (2022): The future of diagnostic laboratory testing
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33086/ijmlst.v4i1.2059

Abstract

According to World Health Organization data, 30-40% of infertility is caused by male factors. The morphology of normal spermatozoa is an indicator of male fertility, and it is known by manual or automatic sperm analysis. Lenshooke SQA X1 PRO automatic equipment comes along with the development of laboratory equipment automation technology. The working principle of this tool is by shining light on the object of examination, then the camera with high resolution, with the facility of an optical lens will take a picture of the object. The database recorded by the camera is analyzed by the algorithm. The research objective was to test the suitability of the Lenshooke SQA X1 PRO automatic tool with manual method as the Gold Standard. Subjects in this study were patients who carried out semen analysis tests at the Clinical Pathology Laboratory of RSIA "Restu Ibu" Sragen from June to August 2020. The examination method used an automatic method with the Lenshooke SQA X1 PRO tool and a manual method with Papanicolaou staining. The results of the study, conformity test with WHO 2010 normal standards, automatic methods reached 94.4% compared to manual methods. The next statistical test was with standard mean, normal sperm morphology data had a significance of 0.001, abnormal sperm head data had a significance value of 0.956 and abnormal sperm tail data had a significance value of 0.339. The Lenshooke SQA XI PRO device based on automatic technology can be used in laboratory services for sperm analysis in addition to manual methods. Suggestions for using the Lenshooke XI PRO automatic tools are still accompanied by the manual method.
Perbedaan Fungsi Agregasi Trombosit, MPV, Dan Rasio MPV/PC Pada Pasien Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik Melia Setiawati; Purwanto Adhipireno
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 1 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.596 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i1.341

Abstract

Latar BelakangStroke adalah hilangnya fungsi neurologis akut yang disebabkan gangguan aliran darah ke otak karena iskemik atau hemoragik. Trombosit berperan penting dalam pembentukan trombus intravaskular. Pemeriksaan fungsi trombosit meliputi fungsi agregasi trombosit, MPV, dan rasio MPV/PC(Mean Platelet Volume/Platelet Count). Peningkatan MPV dan rasio MPV/PC didapatkan pada pasien infark serebri dan infark miokard. TujuanMenganalisis perbedaan fungsi agregasi trombosit, MPV, dan rasio MPV/PC pada pasien stroke iskemik dan stroke hemoragik. MetodePenelitian belah lintang pada penderita stroke yang dirawatdi RSUPDr. Kariadi Semarang periode Juni – Agustus 2016.Diagnosis stroke berdasarkan hasil pemeriksaan MSCT Scan Kepala. Dilakukan pemeriksaan fungsi agregasi trombosit, MPV dan rasio MPV/PC.Data fungsi agregasi trombosit dan MPV dianalisis dengan uji beda t-test sedangkan data rasio MPV/PC dianalisis dengan Mann Whitney U Test. HasilMean persentase fungsi agregasi trombositpada kelompok stroke iskemik adalah 76.83 ± 10.262 %, dan 68.69 ± 10.791 % pada stroke hemoragik. Terdapat perbedaan persentase agregasi trombosit antara kedua kelompok (p = 0,004). Mean MPV pada kelompok stroke iskemik adalah 8.66 ± 1.41 fl dan 7.51 ± 1.52 fl pada kelompok stroke hemoragik dan menunjukkan perbedaan (p = 0.004). Median Rasio MPV/PC pada kelompok stroke iskemik adalah 0.034 (0.009-0.142) dan 0.027 (0.008-0.046) pada kelompok stroke hemoragik dan tidak menunjukkan perbedaan (p = 0.054). SimpulanTerdapat perbedaan persentase fungsi agregasi trombosit dan MPV pada stroke iskemik dan stroke hemoragik (p<0.005). Tidak terdapat perbedaan rasio MPV/PC pada kedua kelompok (p>0.005).  Kata kuncistroke, fungsi agregasi trombosit, MPV, rasio MPV/PC(Mean Platelet Volume/Platelet Count)
Perbedaan Nilai Total Thrombocyt Count (TC), Platelet Distribution Width (PDW) Dan Mean Platelet Volume (MPV) Pada Penderita Chronic Renal Failure (CRF) Tanpa Hemodialisa Dan Dengan Hemodialisa Indrawan Guruh Adi; Purwanto Adhipireno
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 1 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.777 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i1.349

Abstract

LatarBelakang:Pasien dengan penyakit ginjal kronis memiliki resiko kehilangan darah yang disebabkan disfungsi platelet.Penyebab lain adalah proses terapi hemodialisis.Tujuan penelitian ini, membuktikan adanya perbedaan Total Thrombocyt Count (TC), Platelet Distribution Width (PDW) dan Mean Platelet Volume (MPV) antara penderita CRF tanpa dan dengan hemodialisa, sehingga dapat mengoptimalkan parameter pemeriksaan hematologi otomatis yang sering dilakukan dengan memanfaatkan indek trombosit sebagai parameter prognostik tingkat keparahan penyakit. Metode : Sampel darah EDTA 72 penderita CRF berusia 8-80 tahun, yang dirawat di RSUP Dr.Kariadi, bulan November 2015 - April 2016, diperiksacomplete blood count (CBC) menggunakan hematologi analyzer metode flowcitometri Cell-Dyn Sapphire. Hasil pemeriksaan masing-masing kelompok di analisis menggunakan Uji Statistik One Way Anova. Hasil :Hasil penelitian pada 2 kelompok diagnosis didapatkan rerata nilai TC kelompok HD 177,93 ± 79,52, kelompok Non HD 244,11 ± 111,98. Rerata PDW kelompok HD 14,78 ± 2,72 , kelompok Non HD 14,24 ± 2,48 dan rerata MPV kelompok HD 7,90 ±1,50 , kelompok Non HD 8,43 ± 2,05. Perbedaan nilai TC yang signifikan CRF non HD dengan HD (p<0,001) Nilai TC kelompok CRF Non HD lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok CRF dengan HD. Nilai TC menurun sesuai tingkat keparahan CRF. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan nilai TC secara bermakna antara kelompok pasien CRF non HD da dengan HD (p<0,05). Simpulan :Nilai TC berbeda secara bermakna antara kelompok pasien CRF Non HD dengan pasien CRF dengan HD. TC menurun sesuai dengan tingkat keparahan CRF dan dapat digunakan sebagai petanda tingkat keparahan CRF. Kata kunci :Chronic Renal Failure, Hemodialisa, Total Count Thrombocyt, Mean Platelet Volume, Platelet Distribution Width.
Hubungan Antara Indeks Trombosit (Jumlah Trombosit, MPV, PDW, P-LCR) Dengan CKMB DanTroponinPada Pasien Sindrom Koroner Akut Angeline Barbara Mailoa; Purwanto Adhipireno
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 2 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.629 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i2.357

Abstract

Latar Belakang: Sindrom koroner akut erat kaitannya dengan proses aterosklerosis. Aterosklerosis terjadi sebagai respon adanya kerusakan pada endotel. Trombosit memegang peran penting dalam proses rupturnya plak yang akan membentuk trombus dan menjembatani proses inflamasi. Indeks trombosit memiliki korelasi dengan aktivitas dan fungsi trombosit dan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya aterosklerosis.Tujuan: Untukmengetahui hubungan indeks trombosit (jumlah trombosit, MPV, PDW, P-LCR) dengan CKMB dan Troponin pada pasien sindrom koroner akutMetode: Rancangan penelitian belah lintangterhadap pasien sindrom koroner akut yang berobat di RSUP Dr.Kariadi. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan analisis hubungan menggunakan korelasi Spearman dengan signifikansi p<0.01.Hasil: Subjek penelitian berjumlah68 orang dengan rentang usia 32-94 tahun. Terdapat hubungan antaraMPV dengan CKMB (r=0.873, P=0.000) dan troponin(r=0.665, P=0.000), PDW dengan CKMB (r=0.849, P=0.000) dan troponin  (r=0.610, P=0.000), P-LCR dengan CKMB (r=0.903, p=0.000) dan troponin  (r=0.685, P=0.000). Tidak terdapat hubungan antara jumlah trombosit dengan CKMB(r=-0.0150, P=0.224), troponin (r=-0.045, P=0.715).Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara MPV, PDW, P-LCRdenganCKMB dan troponin. Tidak terdapat hubungan antarajumlah trombosit dengan CKMB dan troponin pada pasien sindrom koroner akut.Kata Kunci : Indeks trombosit, CKMB, troponin, sindrom koroner akut
HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH TERHADAP ESTIMASI LAJU FILTRASI GLOMERULUS PADA PASIEN DIABETES MELITUS Padaka Aji Basundoro; Purwanto Adhipireno
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.198 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18614

Abstract

Latar Belakang : Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Peningkatan kadar glukosa darah pada pasien dibetes melitus dapat mengakibatkan berbagai komplikasi salah satunya adalah organ ginjal.  Peningkatan glukosa yang berkepanjangan dapat merusak glomerulus pada ginjal sehingga menimbulkan penurunan estimasi laju filtrasi glomerulus. Tujuan : Membuktikan adanya hubungan kadar glukosa darah dengan estimasi laju filtrasi glomerulus pada pasien Diabetes Melitus.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional yang menghubungkan antara kadar glukosa darah dengan estimasi laju filtrasi glomerulus. Subjek penelitian sebanyak 46 sampel pada pasien diabetes melitus yang melakukan pemeriksaan laboratorium rawat jalan RSUD Kalisari Batang. Pengumpulan data dengan pencatatan. Data dianalisis dengan menggunakan korelasi pearson.Hasil : Hasil penelitian didapatkan rerata gula darah puasa 169 mg/dl dan rerata estimasi laju filtrasi glomerulus 45 ml/menit. Terdapat hubungan yang lemah antara kadar glukosa darah dengan estimasi laju filtrasi glomerulus pada pasien diabetes melitus (r = -0,302 ; p = 0,042).Kesimpulan : Terdapat hubungan yang lemah antara kadar glukosa darah dengan estimasi laju filtrasi glomerulus.
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN AGREGASI TROMBOSIT PADA MAHASISWA DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Aulia Mufidah; Purwanto Adhipireno
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.014 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14249

Abstract

Latar Belakang : Merokok merupakan faktor risiko beberapa macam penyakit. Salah satu mekanisme yang berperan penting adalah proses aterotrombosis. Proses ini dapat dipicu oleh agregasi trombosit. Nikotin dan senyawa oksidan yang terkandung dalam rokok merangsang ekskresi metabolit tromboksan dan menghambat pelepasan senyawa nitric oxide, yang memiliki peran dalam peningkatan aktivitas trombosit.Tujuan : Membuktikan hubungan antara lama merokok dengan agregasi trombosit serta hubungan antara jumlah batang rokok/hari dengan agregasi trombosit pada mahasiswa di lingkungan Universitas Diponegoro.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang. Subyek penelitian yaitu 22 pria perokok dari kalangan mahasiswa di lingkungan Universitas Diponegoro. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Pemeriksaan agregasi trombosit dilakukan dengan metode sediaan apus darah tepi. Pengambilan sampel darah dilakukan setelah 12 jam puasa. Analisis data penelitian menggunakan uji korelasi Pearson dan uji Spearman.Hasil : Terdapat 22 pria perokok yang sehat dengan rerata usia 21±2 tahun. Subyek merokok rata-rata sebanyak 10±6 batang per hari selama 54±32 bulan. Nilai rerata agregasi trombosit sebesar 68±8% dengan interpretasi normoagregasi. Hasil analisis uji Pearson antara lama merokok dengan agregasi trombosit tidak didapatkan hubungan yang bermakna (p=0,189, p>0,05). Hasil analisis uji Spearman antara jumlah rokok/hari dengan agregasi trombosit tidak didapatkan hubungan yang bermakna (p=0,439, p>0.05).Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama merokok dengan agregasi trombosit, serta tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah batang rokok/hari yang dikonsumsi dengan agregasi trombosit pada mahasiswa di lingkungan Universitas Diponegoro.
Perbedaan Kadar Glukosa, Kadar Insulin, Homa IR Dan Protein Scube2 Pada Penderita DM Tipe 2 Terkontrol Dan Tidak Terkontrol Nisa Julia Safarti; Budi - Santosa; Purwanto Adhipireno
THE JOURNAL OF MUHAMMADIYAH MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGIST Vol 6 No 1 (2023): The Journal Of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jmlt.v6i1.17683

Abstract

Chronic diabetes mellitus is carried on by a rise in blood glucose levels as a result of decreased insulin sensitivity to manage blood sugar levels. The purpose of this study was to analyze participants with controlled and uncontrolled type 2 diabetes in relation of blood glucose, insulin, Homa-IR, and SCUBE2 protein levels. This study has a cross-sectional design and is descriptive analytic research. The sample for this study was stored biological fluid which was collected by total sampling from the Roemani Muhammadiyah Hospital Semarang Laboratory Installation in September 2022 to October 2022. The T-Independent test and the Mann-Whitney U-test used to the data analysis. The results of the T-Independent test results suggest that there was no significant variance between the insulin levels in DMT2 patients who were in control and those who unable (p=0.820, p>0.05). According to the results of the Mann-Whitney U-test analysis, there was no significant difference in the levels of scube2 protein between controlled and uncontrolled T2DM, and there was a significant difference in the glucose levels and Homa-IR values between controlled and uncontrolled T2DM, including both.but there was a significant effect of differences in glucose levels and Homa-IR values. The conclusion is that there are differences in glucose levels and Homa-IR values in controlled and uncontrolled DMT2 and there is no difference in insulin and scube 2 protein levels in controlled and uncontrolled DMT2.  Keywords: Glucose, Insulin, Homa-IR, Protein Scube2