Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

INTERELASI HINDU DENGAN BUGIS: MENGGALI AJARAN SANATANA DHARMA DALAM KEPERCAYAAN TOLOTANG Sugiarti Sugiarti
Maha Widya Bhuwana: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/bhuwana.v3i2.951

Abstract

Tolotang or Towani Tolotang is a Hindu community found in South Sulawesi. This community is part of the Bugis ethnicity, but there are differences with Bugis in general, because it still maintains old beliefs. This belief is similar to the teachings influenced by Hinduism, which developed in the Indonesian archipelago, especially in the use of offerings in rituals. The mention of the Supreme Deity, Dewata Seuwae also bears a resemblance to the god Shiva in Hinduism, the terms Batara Guru, Sangiang or Sangeng Serri, pèrètiwi are deities contained in Hinduism. Although at the level of tradition, Tolotang is different from Bali and India, but in essence contains similarities. His recognition of being a Hindu is not solely to maintain the existence and recognition of the state, but also to use Hinduism as a "spirit" in developing and maintaining his "Tolotang". The differences in Tolotang's traditions and customs from Bali, India, and other areas that were once influenced by Hinduism were not to be polemic, because these differences were mostly on the "casing" level. Differences in customs and traditions are natural, given the Ashwalayana Grihyasuta Book also advocates this; there are various customs that apply in this world, both in the villages or in cities, all of which must be carried out in accordance with the generally accepted customs in the place. This study shows that there is a relationship between the teachings of Sanatana Dharma or Hinduism in Tolotang beliefs. The recognition of the Tolotang community as adherents of Sanatana Dharma is basically giving guidance to Towani Tolotang to better understand the teachings of its parent, namely Sanatana Dharma.
DINAMIKA HINDU DI JAWA TIMUR Sugiarti .
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 6 No 2 (2015): Widya Genitri
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama Hindu masuk ke kepulauan Nusantara diterima dengan mudah, karena memiliki persamaan dengan unsur-unsur kepercayaan yang dimiliki oleh nenek moyang bangsa Indonesia, khususnya Jawa. Keberadaan agama Hindu justru menyuburkan kepercayaan dan budaya yang telah berkembang. Selain itu perpaduan antara budaya Hindu dan budaya asli telah melahirkan budaya baru. Sejak agama Hindu masuk ke wilayah kepulauan Nusantara, nenek moyang bangsa Indonesia mengenal huruf. Zaman Hindu telah mengakhiri zaman prasejarah dan memasuki zaman sejarah di Nusantara, khususnya Pulau Jawa. Bahkan, secara secara lebih luas, agama Hindu telah memberikan kontribusi pada budaya dunia, yang terbagi dalam semua bidang ilmu dan pengetahuan. Agama Hindu datang ke wilayah kepulauan Nusantara sejak permulaan abad pertama tarikh masehi. Pada masa kejayaan kerajaan Majapahit, Hindu menjadi agama kerajaan. Perkembangannya pesat, karya-karya besar telah disusun oleh pujangga-pujangga besar yang pada saat itu keberadaanya mendapat perhatian khusus dari kerajaan. Setelah kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa mengalami keruntuhan, maka agama Hindu pun mengalami kemunduran. Hal ini terjadi pada abad ke-15 adan 16.
PEMBINAAN UMAT HINDU DI JAWA TIMUR Sugiarti .
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 8 No 2 (2017): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.195 KB) | DOI: 10.36417/widyagenitri.v8i2.225

Abstract

Pembinaan terhadap umat Hindu di berbagai tempat, khususnya di wilayah Kecamatan Ampelgading, Malang tergolong masih kurang. Salah satu faktor penyebabnya adalah lemahnya organisasi keumatan Hindu, dan kurangnya petugas pelaksana pembinaan. Kekurangan yang dimaksud menyangkut dua hal, yakni kurang secara kuantitas, dan kurang secara kualitas. Adanya kekurangan secara kuantitas karena orang-orang yang memiliki ketertarikan dan kemampuan dalam bidang pembinaan agama belum banyak. Kekurangan secara kualitas, secara umum tokoh-tokoh Hindu yang berperan sebagai pembina, baik yang duduk dalam kepengurusan parisada, pemangku, serathi, kelian adat, dan sebagainya; tidak banyak yang memiliki pengetahuan secara komprehensif dalam bidang agama. Pengetahuan agama yang dimiliki sebatas pada tatacara beritual yang didasarkan pada tradisi dan adat istiadat, ataupun pengenalan terhadap budaya baru dalam ritual keagamaan; yang kadang-kadang terdapat perbedaan antara daerah satu dengan daerah yang lain. Tidak jarang hal ini justru menjadi polemik yang akhirnya menjadi bibit permasalahan dalam masyarakat Hindu, terutama di wilayah Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
PERAN ORANG TUA DALAM MENGANTISIPASI SEKS BEBAS REMAJA HINDU DI DESA LILIMORI ni nyoman juliastuti; Sugiarti Sugiarti; I Wayan Mudita
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 11 No 2 (2020): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v11i2.321

Abstract

Realitas yang terjadi di masyarakat ketika orang tua telah berupaya mendidik anak dengan baik, namun masih banyak remaja yang terlibat dalam berbagai kasus termasuk seks bebas. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang lebih dalam mengantisipasi seks bebas di kalangan remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai peran orang tua dalam mengantisipasi seks bebas pada remaja Hindu. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori peran, fungsional struktural, dan tindakan. Penentuan sumber data dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, dalam mengantisipasi seks bebas remaja Hindu orang tua harus berperan sebagai seorang penasihat, seorang teman (sahabat), dan menjadi teladan yang baik. kendala yang dihadapi oleh orang tua yaitu, remaja terlalu sensitif, kurangnya waktu berinteraksi dengan anak, berkembangnya pornografi pada sosial media, dan pergaulan bebas. Upaya yang dilakukan orang yaitu, memberikan pujian yang diselingi nasihat sekaligus menghindari kata-kata yang kasar, meluangkan waktu bersama anak, memberikan arahan dan batasan dalam menggunakan teknologi, memberikan pekerjaan rumah, dan mengikutsertakan dalam kegiatan pasraman.
PEMBELAJARAN AKSARA DEVANAGARI PADA SISWA HINDU DI SDN 2 TATURA PALU Catur Rahayu Ning Susanti; Sugiarti Sugiarti; Gede Merthawan
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 2 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i2.390

Abstract

Realitas yang terjadi adalah aksara Devanagari yang seharusnya dapat diperoleh anak sejak dini justru tidak diajarkan sama sekali di ketiga jenjang pendidikan yang ada (formal, informal dan non formal). Hal ini menyebabkan sebagian besar anak terkadang merasa asing dan bingung ketika pertama kali melihat kitab-kitab suci agama Hindu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pembelajaran aksara Devanagari pada siswa Hindu dan juga kendala yang dihadapi serta upaya yang dilakukan selama pembelajaran aksara Devanagari berlangsung. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori belajar kognitif dan teori belajar konstruktivisme. Penentuan sumber data menggunakan purposive sampling dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.
Dinamika Komunitas Hindu Towani Tolotang di Sulawesi Selatan Sugiarti Sugiarti
Purwadita : Jurnal Agama dan Budaya Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/purwadita.v4i1.537

Abstract

The Towani Tolotang community makes Hinduism its official religion. The integration of Towani Tolotang's belief into Hinduism is a long struggle to be able to maintain his existence as a Tolotang. Hinduism in the view of the Tolotang Towani Community is not only an official religion that provides legal protection for the Towani Tolotang community so that its tradition is sustainable and can appreciate the work and heritage of its ancestors, but also as a symbol of a long struggle to stay alive and survive until now. Choosing to become a Hindu is for him the struggle to become a Towani Tolotang. The joining of Towani Tolotang to Hinduism does not mean that the problem is considered over, the differences in the traditional system between the Tolotang Hindu community and Hindu traditions in other regions, especially in Bali, as if Towani Tolotang is considered as a tribal or local religion that only “hitches”  legal protection on Hinduism. In fact, it is the nature of Hinduism that does not adhere to the “law” of uniformity for its adherents, including regarding religious traditions for different ethnicities. Keywords: Dynamics, Towani Tolotang Hindu Community
DINAMIKA HINDU DI JAWA TIMUR Sugiarti Sugiarti
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 6 No 2 (2015): Widya Genitri
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama Hindu masuk ke kepulauan Nusantara diterima dengan mudah, karena memiliki persamaan dengan unsur-unsur kepercayaan yang dimiliki oleh nenek moyang bangsa Indonesia, khususnya Jawa. Keberadaan agama Hindu justru menyuburkan kepercayaan dan budaya yang telah berkembang. Selain itu perpaduan antara budaya Hindu dan budaya asli telah melahirkan budaya baru. Sejak agama Hindu masuk ke wilayah kepulauan Nusantara, nenek moyang bangsa Indonesia mengenal huruf. Zaman Hindu telah mengakhiri zaman prasejarah dan memasuki zaman sejarah di Nusantara, khususnya Pulau Jawa. Bahkan, secara secara lebih luas, agama Hindu telah memberikan kontribusi pada budaya dunia, yang terbagi dalam semua bidang ilmu dan pengetahuan. Agama Hindu datang ke wilayah kepulauan Nusantara sejak permulaan abad pertama tarikh masehi. Pada masa kejayaan kerajaan Majapahit, Hindu menjadi agama kerajaan. Perkembangannya pesat, karya-karya besar telah disusun oleh pujangga-pujangga besar yang pada saat itu keberadaanya mendapat perhatian khusus dari kerajaan. Setelah kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa mengalami keruntuhan, maka agama Hindu pun mengalami kemunduran. Hal ini terjadi pada abad ke-15 adan 16.
PEMBINAAN UMAT HINDU DI JAWA TIMUR Sugiarti Sugiarti
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 8 No 2 (2017): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v8i2.225

Abstract

Pembinaan terhadap umat Hindu di berbagai tempat, khususnya di wilayah Kecamatan Ampelgading, Malang tergolong masih kurang. Salah satu faktor penyebabnya adalah lemahnya organisasi keumatan Hindu, dan kurangnya petugas pelaksana pembinaan. Kekurangan yang dimaksud menyangkut dua hal, yakni kurang secara kuantitas, dan kurang secara kualitas. Adanya kekurangan secara kuantitas karena orang-orang yang memiliki ketertarikan dan kemampuan dalam bidang pembinaan agama belum banyak. Kekurangan secara kualitas, secara umum tokoh-tokoh Hindu yang berperan sebagai pembina, baik yang duduk dalam kepengurusan parisada, pemangku, serathi, kelian adat, dan sebagainya; tidak banyak yang memiliki pengetahuan secara komprehensif dalam bidang agama. Pengetahuan agama yang dimiliki sebatas pada tatacara beritual yang didasarkan pada tradisi dan adat istiadat, ataupun pengenalan terhadap budaya baru dalam ritual keagamaan; yang kadang-kadang terdapat perbedaan antara daerah satu dengan daerah yang lain. Tidak jarang hal ini justru menjadi polemik yang akhirnya menjadi bibit permasalahan dalam masyarakat Hindu, terutama di wilayah Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
PERAN ORANG TUA DALAM MENGANTISIPASI SEKS BEBAS REMAJA HINDU DI DESA LILIMORI Ni Nyoman Juliastuti; Sugiarti Sugiarti; I Wayan Mudita
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 11 No 2 (2020): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v11i2.321

Abstract

Realitas yang terjadi di masyarakat ketika orang tua telah berupaya mendidik anak dengan baik, namun masih banyak remaja yang terlibat dalam berbagai kasus termasuk seks bebas. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang lebih dalam mengantisipasi seks bebas di kalangan remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai peran orang tua dalam mengantisipasi seks bebas pada remaja Hindu. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori peran, fungsional struktural, dan tindakan. Penentuan sumber data dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, dalam mengantisipasi seks bebas remaja Hindu orang tua harus berperan sebagai seorang penasihat, seorang teman (sahabat), dan menjadi teladan yang baik. kendala yang dihadapi oleh orang tua yaitu, remaja terlalu sensitif, kurangnya waktu berinteraksi dengan anak, berkembangnya pornografi pada sosial media, dan pergaulan bebas. Upaya yang dilakukan orang yaitu, memberikan pujian yang diselingi nasihat sekaligus menghindari kata-kata yang kasar, meluangkan waktu bersama anak, memberikan arahan dan batasan dalam menggunakan teknologi, memberikan pekerjaan rumah, dan mengikutsertakan dalam kegiatan pasraman.
PEMBELAJARAN AKSARA DEVANAGARI PADA SISWA HINDU DI SDN 2 TATURA PALU Catur Rahayu Ning Susanti; Sugiarti Sugiarti; Gede Merthawan
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 2 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i2.390

Abstract

Realitas yang terjadi adalah aksara Devanagari yang seharusnya dapat diperoleh anak sejak dini justru tidak diajarkan sama sekali di ketiga jenjang pendidikan yang ada (formal, informal dan non formal). Hal ini menyebabkan sebagian besar anak terkadang merasa asing dan bingung ketika pertama kali melihat kitab-kitab suci agama Hindu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pembelajaran aksara Devanagari pada siswa Hindu dan juga kendala yang dihadapi serta upaya yang dilakukan selama pembelajaran aksara Devanagari berlangsung. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori belajar kognitif dan teori belajar konstruktivisme. Penentuan sumber data menggunakan purposive sampling dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.