Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PEMURNIAN AIR RAKSA SEBAGAI DASAR PENCAPAIAN KEBEBASAN I KETUT SUPARTA
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 14 No 1 (2023): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v14i1.284

Abstract

Air raksa merupakan unsur logam yang sangat penting dalam teknologi abad modern. Air raksa adalah unsur yang mempunyai nomor atom (Na=80) mempunyai masa molekul relatif (MR=200,59), diberikan symbol kimia Hg berasal dari bahasa Yunani; Hidrargyricum yang berarti cairan perak. Dalam dunia pengetahuan modern Air raksa lebih dominan dipandang sebagai zat yang berbahaya dan mencemari lingkungan. Disisi lain sesungguhnya Air raksa juga memiliki manfaat yang banyak dalam kehidupan manusia salah satunya adalah untuk pembebasan (moksa) dalam ajaran agama Hindu. Untuk itulah penting dilaksanakan kajian tentang Air raksa dalam pandangan parawidya dan aparawidya berdasarkan pandangan dalam Agama Hindu. Kajian ini memberikan pandangan bahwa segala sesuatu ciptaan Tuhan terkandung dua hal yang berbeda (Rwa Bhinedha) sebagaimana pandangan Agama Hindu tentang hukum alam (Rta). Artikel ini merupakan artikel konseptual, proses penyusunan artikel disusun dengan memuat gagasan dan ide-ide maupun hasil riset yang dilakukan oleh orang lain, sehingga konsepnya adalah mengikuti data yang sudah ada. Hasil pembahasan menunjukan bahwa Air raksa dalam kajian aparawidya memiliki manfaat dan bahaya di dalam kehidupan duniawi. Selanjutnya pada kajian parawidya dengan pandangan Siwa Raseswara yang telah mengkaji jauh sebelum pengetahuan modern menyatakan bahwa pemurnian air raksa secara spiritual sebagai dasar cara untuk pencapaian kebebasan (moksa). Relevansi air raksa dalam tataran aparawidya dengan parawidya menunjukan bahwa adanya pemahaman kesetaraan antara agama dan ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan air raksa sebagai zat atau unsur logam yang dibutuhkan dalam tubuh menuju badan abadi sebagai cara untuk pembebasan dan dengan memahami pengetahuan tentang Air Raksa dapat terbebas dari bencana kemanusiaan sebagaimana bahaya yang dapat ditimbulkan akibat kesalahan penggunaan Air raksa.
POLA ADAPTASI PELAKU KONVERSI AGAMA DARI NON HINDU KE HINDU MELALUI PERKAWINAN Gusti Ayu Satiawati; I Ketut Suparta; Ni Ketut Ratini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 2 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i2.338

Abstract

Pelaku konversi agama memiliki pemahaman dan pengetahuan yang kurang dibandingkan dengan umat yang memang sejak lahir beragama Hindu. Namun beberapa pelaku konversi agama lebih memiliki pemahaman dan pengetahuan dari segi bebantenan. Pelaku terlihat aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keteguhan melaksanakan ajaran Agama Hindu. Pokok permasalahan:(1)Bagaimanakah pola adaptasi pelaku konversi agama dari non Hindu ke Hindu melalui perkawinan di Kota Palu?. (2)Apakah strategi yang digunakan oleh pelaku konversi agama non Hindu melalui perkawinan di Kota Palu?. Tujuan dari penelitian ini yaitu:(1)Untuk mengetahui pola adaptasi pelaku konversi.(2) Untuk mengetahui Strategi pelaku konversi Agama. Metode pengumpulan data observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan: Reduksi data, model data, penarikan dan verifikasi kesimpulan. Dapat disimpulkan bahwa: Pola adaptasi pelaku konversi agama dari non Hindu ke Hindu melalui perkawinan di Kota Palu yaitu: (1)Melakukan Sudhiwadani, (2)kesulitan dalam memahami tatacara hindu, (3)berusaha tidak menyerah, (4)melakukan upaya penyesuaian, (5)Mampu melaksanakan ritual agama. Sedangkan strategi yang digunakan pelaku yaitu: (1)belajar dari buku, (2)belajar dari mertua dan suami, (3)belajar dari lingkungan, (4)belajar ritual agama, (5)belajar dari media sosial.
PEMAHAMAN MASYARAKAT HINDU TERHADAP UPACARA MEGEDONG-GEDONGAN DI DESA KAYU CALLA KECAMATAN KAROSSA KABUPATEN MAMUJU TENGAH PROVINSI SULAWESI BARAT I Ketut Subadi; I Ketut Suparta; I Wayan Mudita
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 3 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i3.359

Abstract

Upacara megedong-gedongan adalah upacara bayi dalam kandungan yang disucikan oleh umat Hindu. Masyarakat Hindu di Desa Kayu Calla Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah sebagian besar masyarakatnya tidak melaksanakan upacara megedong-gedongan tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pemahaman masyarakat Hindu terhadap upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat ?, 2. Apakah faktor penyebab masyarakat Hindu tidak melaksanakan upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat ?. Secara khusus tujuan diadakan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat Hindu terhadap upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat. 2. Untuk mengetahui faktor penyebab masyarakat Hindu tidak melaksanakan upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori persepsi dan teori perubahan social. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan objek penelitiannya pemahaman masyarakat Hindu terhadap upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Analisis data yang digunakanpenelitianinireduksi data, penyajian data, penarikan dan vrifikasi kesimpulan. Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukan hasil yaitu : 1. Pemahaman masyarakat Hindu terhadap upacara megedong-gedongan di DesaKayu Calla yaitu: a) Upacara pembersihan terhadap janin yang masih berada dalam kandungan b) Upacara janin dalam kandungan agar janin mendapatkan berkah, dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, 2. Faktor penyebab masyarakat Hindu tidak melaksanakan upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla adalah: a) Masyarakat tidak terbiasa melaksanakan upacara megedong-gedongan karena faktor orang tua yang tidak pernah melaksanakan pada saat masih tinggal di bali, b)Kurangnya pengetahuan masyarakat Hindu terhadap upacara megedong-gedongan, c)Kurangnya pembinaan dari tokoh-tokoh umat kepada masyarakat Hindu di Desa Kayu Calla.
Implementasi Ajaran Tri Hita Karana Dalam Mewujudkan Kerukunan Interen Umat Hindu Di Pura Giri Prajanatha Ni Ketut Ratini; Ni Luh Ayu Eka Damayanti; Ketut Yasini; Sugiarti Sugiarti; Nyoman Suparman; I Ketut Suparta
Sasambo: Jurnal Abdimas (Journal of Community Service) Vol. 6 No. 3 (2024): Agustus
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/sasambo.v6i3.2075

Abstract

Pengabdian kepada Masyarakat adalah salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh semua dosen dalam menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dengan adanya dilakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat oleh Tim Dari Kampus Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Sentana Sulawesi Tengah, Umat Hindu di Kabupaten Sigi khususnya merasa lebih tersentuh dan diperhatikan keberadaannya. Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk memberikan teori dan praktek mengenai keagamaan. Metode yang digunakan melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) seperti; penyuluhan (dharmawacana), pembinaan, kerja bakti, persembahyangan bersama, penyerahan dana punia, Cendramata berupa pakaian Pinandita, dan wastra untuk Pura. Waktu dan Tempat pelaksanaan pada tanggal 17-19 Juni 2023, di Pura Giri Prajanatha Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah, pada hari suci tilem, yang disambut dengan suka cita dan ramah oleh pengurus Pura, PHDI, Ketua kerukunan umat, dan Seluruh Umat Hindu Kabupaten Sigi. Hasil diperoleh dalam kegiatan Pengabdian kepda Masyarakat ini diantara peningkatan pemahaman, perubahan perilaku dan komunitas yang aktif. Implementation Of Tri Hita Karana Teachings In Realizing Internal Harmony Of The People At Giri Prajanatha Pura, Central Sulawesi  Community Service is one of the tasks that must be carried out by all lecturers in implementing the Tri Dharma of Higher Education. By carrying out Community Service activities by the Team from the Hindu Dharma Sentana College of Central Sulawesi, Hindus in Sigi Regency in particular feel more touched and cared for. its existence. The purpose of choosing this location is to provide theory or material regarding religion. The methods used are Community Service activities such as counseling (dharmawacana), coaching, community service, group prayers, handing over of punia funds, souvenirs in the form of Pinandita clothing, and wastra for temples. Time and place of implementation on June 17-19 2023, at Giri Prajanatha Temple, Sigi Regency, Central Sulawesi Province, on the holy day of tilem, which was welcomed with joy and friendliness by the temple administrators, PHDI, Head of Community Harmony, and all Hindus in Sigi Regency. The results obtained in this Community Service activity can be carried out in a sustainable manner, synergy can always be maintained well and smoothly.