Tri Handayani
Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Keragaman Genetik dan Heritabilitas Beberapa Karakter Utama pada Kedelai Sayur dan Implikasinya untuk Seleksi Perbaikan Produksi Tri Handayani; Iteu Margaret Hidayat
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 4 (2012): Desember 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n4.2012.p327-333

Abstract

Salah satu tujuan seleksi pada kegiatan pemuliaan kedelai sayur ialah produksi polong tinggi. Kegiatan seleksi dalam program pemuliaan membutuhkan keragaman genetik dan heritabilitas yang tinggi dari karakter-karakter produksi.  Penelitian bertujuan mengetahui keragaman genetik dan fenotip, serta menduga nilai heritabilitas beberapa karakter produksi kedelai sayur. Penelitian dilaksanakan di Tawangmangu, Jawa Tengah, dari Bulan Oktober 2011 sampai dengan Januari 2012.  Materi tanaman berupa 12 genotip kedelai sayur yang ditanam di lapangan dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong per tanaman, berat polong per tanaman, berat per polong, berat polong per plot, dan produksi polong segar memiliki keragaman genetik maupun fenotip yang tinggi.  Nilai duga heritabilitas tinggi dijumpai pada semua karakter kecuali persentase biji keras. Kombinasi keragaman genetik dan nilai duga heritabilitas tinggi dijumpai pada karakter  tinggi tanaman (pada fase R1 dan R5), jumlah cabang per tanaman, jumlah polong per tanaman, berat polong per tanaman, berat per polong, berat polong per plot, dan produksi polong.  Seleksi pada karakter-karakter tersebut dapat dilakukan secara langsung berdasarkan penampilan fenotipiknya di lapangan.  
Respon dan Seleksi Tanaman Kentang Terhadap Kekeringan (Response and Selection of Potato Plants to Drought) Tri Handayani; nFN Kusmana; Helmi Kurniawan
Jurnal Hortikultura Vol 28, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v28n2.2018.p163-174

Abstract

Kekeringan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kentang. Persilangan dengan tujuan toleran kekeringan telah dilakukan dan dilanjutkan dengan seleksi terbatas. Tujuan penelitian untuk mempelajari respon tanaman kentang terhadap kekeringan dan melakukan seleksi klon-klon hasil persilangan untuk sifat toleran kekeringan. Materi yang digunakan adalah 78 nomor hasil seleksi progeni kekeringan tahun 2015. Penelitian dilakukan dengan membandingkan antara tanaman pada kondisi kekeringan dan pengairan normal di dalam Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, pada tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman kekeringan berpengaruh terhadap karakter pertumbuhan dan hasil. Pada kondisi kekeringan, vigor tanaman menurun dan menunjukkan gejala layu, menguning, serta daun menggulung ke atas. Kekeringan juga menyebabkan penurunan pada diameter batang (41,4%), jumlah batang (6,63%), tinggi tanaman (22,43%), diameter kanopi (18,76%), luas daun (53,7%), jumlah ubi pertanaman (17,54%), berat ubi pertanaman (70,35%), panjang ubi (44,45%) serta diameter ubi (42,85%). Respon tanaman terhadap kekeringan yang lain ditunjukkan oleh peningkatan kadar prolin daun dan klorofil. Seleksi berdasarkan perubahan karakter morfologi, pertumbuhan vegetatif serta produksi ubi, diperoleh 26 genotipe yang berpotensi memiliki sifat toleran terhadap kekeringan. Genotipe terseleksi tersebut memiliki kisaran jumlah ubi per tanaman 1,67 – 12,25, berat ubi per tanaman 26,45 – 80,775 g, panjang ubi 2,05 – 3,4 cm serta diameter ubi 1,43 – 3,06 cm. Hasil dari seleksi kekeringan ini akan dilanjutkan ke seleksi di lapangan untuk mendapatkan klon unggul kentang toleran terhadap kekeringan. Ketersediaan klon kentang toleran kekeringan dapat menjawab ancaman menurunnya produksi kentang akibat perubahan iklim.KeywordsSolanum tuberosum L.; Produksi ubi; Prolin; Toleran kekeringan   AbstractDrought is very influential towards the growth and production of the potato crop. A crossing to drought-tolerant genotypes was conducted and continued with a progeny selection. The aims of this study were to study the response of the potato plant to drought stress and to select potato clones resulted from conventional crossing for drought tolerant. The genetic materials tested were 78 progenies resulted from drought selection in 2015. The study was conducted by comparing plants in drought and normal irrigation conditions in the Greenhouse of the Indonesian Vegetable Research Institute, Lembang, in 2016. Results showed that drought stress affected potato growth as well as tuber yield. On drought conditions, potato plants tend to be poor of plant vigor, showed wilting symptom, yellowing leaves and roll up of the leaves. Drought stress caused the decline of stem diameter of (41.4%), main stem number (6.63%), plant height (22.43%), canopy diameter  (18.76%), leaf area  (53.7%), per plant tuber number (17.54%), per plant tuber weight (70.35%), tuber length (44.45%) and tuber diameter (42.85%). Another response to drought was the increasing level of proline and chlorophyll in leaf. Based on morphological character changes, vegetative growth and tuber production, 26 genotypes demonstrated potential drought tolerance. The selected genotypes will be used to the next selection in the field to get stable drought-tolerant potato clones. The availability of drought-tolerant potato clones can respond to the threat of reduced potato production due to climate change. 
Toleransi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum) Terhadap Suhu Tinggi Berdasarkan Kemampuan Berproduksi di Dataran Medium [Heat Stress Potato (Solanum tuberosum) Tolerance Based on Tuber Production in Medium Altitude] Diny Djuariah; Tri Handayani; Eri Sofiari
Jurnal Hortikultura Vol 27, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v27n1.2017.p1-10

Abstract

Produksi dan produktivitas tanaman kentang menjadi salah satu yang terdampak oleh kenaikan suhu akibat pemanasan global. Untuk itu, diperlukan upaya adaptasi budidaya dengan penggunaan kultivar yang toleran terhadap suhu tinggi. Penelitian untuk melihat toleransi tanaman kentang terhadap suhu tinggi telah dilakukan di dataran medium Majalengka (550 m dpl), pada bulan September sampai November 2014. Sepuluh klon, yaitu Klon 1 (397077.16), Klon 2 (397073.7), Klon 3 (392781.1), Klon 4 (391846.5), Klon 5 (395195.7), Klon 6 (394613.139), Granola, Atlantik, Merbabu-17 dan Tenggo,  ditanam menggunakan rancangan acak kelompok, 3 kali ulangan, dengan sistem doble row. Hasil penelitian menunjukkan Klon 5 toleran  terhadap suhu tinggi di dataran medium Majalengka dan mampu berproduksi dengan baik, ditunjukkan dengan rerata produksi ubi yang mencapai 430 gram per tanaman, rerata jumlah ubi 8,70 ubi per tanaman dan perkiraan hasil yang mencapai 19,37 ton per hektar. Klon 5 ini memiliki keunikan dibandingkan klon-klon lainnya pada karakter batang yang berwarna hijau keunguan, ubi berbentuk oval memanjang dengan kulit dan daging yang berwarna putih. Berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh Klon 5 di pengujian ini, maka Klon 5 dapat direkomendasikan sebagai klon unggul di dataran medium dan dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan tanaman kentang untuk tujuan ketahanan terhadap suhu tinggi.KeywordsSolanum tuberosum; Kemampuan berumbi; Suhu tinggi AbstractProduction and productivity of potato plants to be one affected by temperature rising due to global warming. Therefore, adaptation of cultivation with using of heat tolerant cultivars is required. Research for testing the potato crop tolerance to high temperatures based on tuber production has been done in medium altitude Majalengka (550 m asl.), from September to November 2014. Ten clones, i.e. clone 1 (397077.16), clone 2 (397073.7), clone 3 (392781.1), clone 4 (391846.5), clone 5 (395195.7), clone 6 (394613.139), Granola, Atlantik, Merbabu-17, and Tenggo were planted using a randomized block design, three replications, with the double row systems. The results showed that clone 5 was tolerant to high temperatures in medium altitude Majalengka and produce well, as indicated by the average potato production reached 430 g per plant, average of tuber number 8.70 per plant and potential yield reached 19.37 tons per hectare. In addition, clone 5 was unique compared to other clones in color stem character i.e. purplish green, and tuber characters i.e. elongated oval shaped with the white skin and flesh. Based on its superiority in this research, then clone 5 can be recommended as superior clone in medium altitude and can be used in a breeding program high temperature tolerance. 
Pengujian Stabilitas Membran Sel dan Kandungan Klorofil untuk Evaluasi Toleransi Suhu Tinggi pada Tanaman Kentang Tri Handayani; Panjisakti Basunanda; Rudi Hari Murti; Erri Sofiari
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n1.2013.p28-35

Abstract

Cekaman suhu tinggi memengaruhi proses fisiologis tanaman dan stabilitas membran sel. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi sifat toleran terhadap cekaman suhu tinggi pada  kentang dengan menguji stabilitas membran sel dan kandungan klorofil. Pengujian terhadap 13 varietas dan tujuh klon kentang dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Laboratorium Fisiologi Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Sayuran dari Bulan April sampai Juli 2012. Uji stabilitas membran sel dilakukan melalui pengukuran pelepasan elektrolit akibat kerusakan membran sel oleh suhu tinggi, sedangkan kandungan klorofil diukur menggunakan metode spektrofotometri. Pengujian menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Cipanas, serta klon CIP 390663.8, CIP 392781.1, CIP 394613.139, dan CIP 395195.7 (planlet dan tanaman di rumah kasa), Merbabu 17 (planlet), serta klon CIP 394614.117 dan varietas Ping 06 (tanaman di rumah kasa) mengalami kerusakan membran sel di bawah 40%. Cekaman suhu tinggi juga menyebabkan penurunan kandungan klorofil.  Penurunan total klorofil yang tinggi (60,20–69,15%) terjadi pada varietas Erika, Manohara, Margahayu, Repita, dan Tenggo, serta klon N.1. Klon CIP 395195.7 dan varietas Ping 06 memiliki kandungan total klorofil yang tinggi pada kondisi suhu tinggi, dengan penurunan total klorofil akibat suhu tinggi yang kecil. Genotip-genotip yang memiliki persentase kerusakan membran sel kecil, kandungan total klorofil yang tinggi, dan penurunan kandungan klorofil yang kecil, diduga memiliki sifat toleran terhadap cekaman suhu tinggi.
Perubahan Morfologi dan Toleransi Tanaman Kentang Terhadap Suhu Tinggi Tri Handayani; Panjisakti Basunanda; Rudi Hari Murti; Eri Sofiari
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 4 (2013): Desember 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n4.2013.p318-328

Abstract

Cekaman suhu tinggi terjadi apabila suhu lingkungan melebihi suhu optimum yang diperlukan tanaman. Tanaman kentang mengalami berbagai perubahan morfologi tanaman dan umbi, serta penurunan produksi umbi, sebagai respons terhadap suhu tinggi. Penelitian bertujuan untuk mempelajari perubahan morfologi tanaman dan umbi kentang serta toleransi klon-klon kentang terhadap suhu tinggi, dilaksanakan pada Bulan Juli sampai Oktober 2012 di Lembang, 1.250 m dpl. (suhu rerata 20,4°C) dan Subang, 100 m dpl. (suhu rerata 30°C). Dua puluh klon kentang ditanam dalam rancangan acak kelompok lengkap, tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu tinggi menyebabkan tipe tumbuh tanaman lebih tegak, batang memanjang, ukuran daun mengecil, serta permukaan umbi tidak teratur. Toleransi terhadap cekaman suhu tinggi dapat dilihat dari perbedaan produksi umbi pada kondisi lingkungan normal dengan lingkungan tercekam suhu tinggi. Klon Atlantik M, CIP 395195.7, N.1, dan Ping 06 bersifat toleran terhadap cekaman suhu tinggi berdasarkan kecilnya perubahan produksi akibat suhu tinggi. Produksi umbi per tanaman keempat klon tersebut di Subang berturut-turut 188,28; 137,03; 122,58; dan 121,49 g. Klon-klon tersebut dapat dijadikan sebagai materi dalam perbaikan varietas toleran suhu tinggi maupun dalam perbaikan teknologi budidaya kentang di dataran medium.