Witono Adiyoga
Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Deteksi Penyakit Virus Pada Bawang Merah Asal Kabupaten Brebes dan Cirebon dan Daerah Pencarnya Menggunakan Teknik RT-PCR (Detection of Viral Diseases on Shallot from Brebes and Cirebon Districts and their Spread Using the RT-PCR Techniques) Neni Gunaeni; Asih K Karyadi; Witono Adiyoga
Jurnal Hortikultura Vol 28, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v28n2.2018.p229-238

Abstract

Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) merupakan salah satu komoditas penting sayuran. Salah satu masalah yang dihadapi dalam budidaya bawang merah adalah adanya penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Penelitian bertujuan mengetahui kelompok virus yang menginfeksi bawang merah dan daerah pencarnya di Kabupaten Brebes dan Cirebon. Kegiatan dilakukan dengan pengambilan sampel tanaman pada bulan September 2013 (musim kemarau) dan April 2014 (musim hujan). Identifikasi virus dilakukan di Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Sayuran menggunakan teknik RT-PCR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingginya insiden gejala virus bergantung pada pola tanam, penggunaan varietas, umur tanaman, dan kondisi lingkungan di sekitar tanaman, (2) umumnya petani di Kabupaten Brebes dan Cirebon menanam bawang merah varietas Bima Curut, (3) daerah pencar kelompok Potyvirus, Allexivirus, dan Carlavirus cukup luas di Kabupaten Brebes dan Cirebon, (4) terdeteksi dari kelompok sampel Kabupaten Brebes Potyvirus 92,30%, Allexivirus 92,50%, dan Carlavirus 99%, dan (5) terdeteksi dari kelompok sampel asal Kabupaten Cirebon Potyvirus 96,43%, Allexivirus 96,15%, dan Carlavirus 93%. Implikasi dari infeksi ketiga kelompok virus tersebut pada tanaman bawang merah dapat menurunkan produksi 21,57–54,90%.KeywordsAllium cepa var. ascalonicum; Deteksi; Potyvirus; Allexivirus; CarlavirusAbstractShallot (Allium cepa var. ascalonicum) is one of the important vegetable commodity. The problems encountered in the cultivation of shallot is the disease caused by a virus which can reduce the quality and yield quantity. This study aimed to determine the group of viruses that infect shallot and geographycal distribution in Brebes and Cirebon Districts. The activities carried out by plant sampling in September 2013 (dry season) and April 2014 (rainy season). Identification of virus carried in the Virology Laboratory of Indonesian Vegetables Research Institute to perform testing using RT-PCR. The results showed that: (1) the high incidence of viral symptoms depend on cropping patterns, use of improved varieties, plant age, environmental conditions around the plant, (2) generally famers in Brebes and Cirebon Districts planted Bima Curut varieties, (3) geographycal distribution Potyvirus group, Allexivirus, and Carlavirus quite extensive in Brebes and Cirebon regions, (4) detected viruses from samples of Brebes District : Potyvirus group 92.30%, Allexivirus 92.50%, and Carlavirus 99%, and (5) detected viruses from samples of Cirebon District : Potyvirus group 96.43%, Allexivirus 96.15%, and Carlavirus 93%. The implications of the infection of the above three groups of viruses on the plant can decrease the production of shallots 21.57–51.90%.
Kepentingan Relatif Atribut Produk dan Preferensi Kios/Toko Bunga terhadap Anthurium, Lily, dan Anggrek Dendrobium Witono Adiyoga; Nurmalinda Nurmalinda
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 3 (2013): September 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n3.2013.p276-290

Abstract

Preferensi kios/toko bunga pada dasarnya merupakan refleksi preferensi konsumen akhir. Penelitian diarahkan untuk menghimpun informasi menyangkut preferensi kios/toko bunga/tanaman hias terhadap Anthurium, lily, dan anggrek Dendrobium. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Bulan Agustus-Oktober 2009 di dua kota besar konsumen bunga/tanaman hias, yaitu Jakarta (DKI Jakarta) dan Bandung (Jawa Barat). Penelitian survai menggunakan kuesioner terstruktur dilaksanakan untuk mewawancarai 99 responden yang dipilih secara acak di kedua kota tersebut. Preferensi konsumen diidentifikasi menggunakan analisis konjoin – salah satu modul dalam program statistika SPSS (statistical program for social sciences). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengekspresikan preferensinya terhadap Anthurium yang bunganya berwarna bukan putih, berukuran besar, tahan disimpan 11–20 hari, dan harganya Rp1.000,00 – Rp1.999,00 per kuntum. Responden menganggap bahwa harga per kuntum merupakan faktor terpenting dalam menilai atau membeli Anthurium dan secara berturut-turut diikuti oleh faktor warna bunga, ukuran bunga, dan ketahanan simpan/pajang. Sementara itu, lily yang paling disukai responden ialah lily yang warna bunganya putih, berukuran > empat bunga per tangkai, tahan disimpan/dipajang 2 minggu, dan harganya Rp10.000,00 – Rp14.999,00 per kuntum. Urutan kepentingan atribut lily menurut persepsi responden secara berturut-turut ialah harga per kuntum, warna bunga, ketahanan simpan/pajang, dan ukuran bunga. Responden lebih menyukai anggrek Dendrobium yang warna bunganya putih, berukuran > 10 kuntum per tangkai, tahan disimpan/dipajang > 1 minggu, dan harganya Rp100,00 – Rp199,00 per kuntum. Dalam konteks atribut produk anggrek Dendrobium yang digunakan untuk mengukur preferensi, faktor terpenting yang berpengaruh dalam proses pengambilankeputusan ialah ketahanan simpan/pajang, harga per kuntum, jumlah kuntum per tangkai, dan warna bunga. Informasi preferensi konsumen terhadap atribut produk dapat digunakan sebagai acuan pengembangan varietas yang lebih berorientasi pasar. 
Studi Ex-Ante Teknologi Produksi Lipat Ganda Cabai Merah pada Musim Hujan: Studi Kasus di Kabupaten Garut, Jawa Barat (Ex-ante Study of Chili Multiple Production Technology in the Rainy Season: Case Study in Garut District, West Java) nFN Puspitasari; nFN Hardiyanto; Witono Adiyoga; Adhitya Marendra Kiloes
Jurnal Hortikultura Vol 29, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v29n2.2019.p257-268

Abstract

Teknologi Produksi Lipat Ganda (Proliga) cabai merah merupakan paket teknologi yang terdiri atas beberapa komponen teknologi yang dirangkai sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas cabai merah hingga 20 ton/ha. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi awal mengenai sifat inovasi dan potensi adopsi paket teknologi Proliga cabai merah berdasarkan persepsi petani. Sebuah demplot teknologi Proliga cabai merah dilakukan di Kecamatan Banyuresmi, Kabupten Garut, Jawa Barat. Demplot tersebut melibatkan 30 orang petani partisipatif untuk dapat melihat seluruh komponen teknologi dari awal pesemaian hingga panen. Setelah demplot dipanen, petani selanjutnya ditanya mengenai persepsi mereka terhadap paket teknologi yang diperkenalkan berdasarkan dimensi-dimensi karakteristik inovasi, yaitu: keunggulan relatif, kesesuaian, kerumitan, kemudahan untuk diamati, dan kemudahan untuk diuji coba. Selain itu juga ditanyakan mengenai sejauh mana potensi adopsi dari masing-masing komponen teknologi oleh petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan jawaban positif terhadap komponen-komponen teknologi yang diperkenalkan berdasarkan lima dimensi karakteristik inovasi. Meskipun terdapat responden yang memiliki sikap negatif terutama pada dimensi kesesuaian, secara keseluruhan komponen-komponen teknologi yang diperkenalkan memiliki karakteristik inovasi yang tinggi dan sangat tinggi. Mayoritas petani menyatakan sikap yang positif terhadap potensi adopsi paket teknologi Proliga cabai merah.KeywordsCabai merah; Produksi lipat ganda; Sifat inovasi; Persepsi petaniAbstractMultiple Production Technology (Proliga) of chili is a technology package consisting of several technological components so that it can increase the productivity of chili up to 20 tons/ha. This study aims to conduct an initial survey of the characteristics of innovation and the potential for adoption of the chili’s Proliga technology package. A demonstration plot for chili’s Proliga technology was conducted in Banyuresmi Subdistrict, at Garut District, West Java. The demonstration plot involved 30 participatory farmers in being able to see all technological components from the beginning of the nursery until harvested. After the demonstration plot is completed, farmers will be asked about their perceptions of the technological package introduced based on the dimensions of innovation characteristics, such as relative advantage, suitability, complexity, easiness to observe, and trialability. It was also asked about the extent of the potential adoption of each component of technology by farmers. The results showed that the majority of respondents gave definite answers to the components of technology that were introduced based on the five dimensions of innovation characteristics, although there were still many respondents who had negative attitudes especially in the dimensions of suitability. Overall the technology components introduced have high and very high innovation characteristics. The majority of farmers expressed a positive attitude towards the potential adoption of the chili’s Proliga technology package.