Adhitya Marendra Kiloes
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Perilaku Kewirausahaan dan Dampaknya Terhadap Kinerja Usaha Petani Anggrek (Effect of Internal and External Factors Towards the Enterpreneurial Behavior of Orchid Growers) nFN Puspitasari; Rita Nurmalina; Anna Fariyanti; Adhitya Marendra Kiloes
Jurnal Hortikultura Vol 28, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v28n2.2018.p299-310

Abstract

Perkembangan agribisnis anggrek nasional masih rendah, salah satunya disebabkan kurangnya kompetensi yang dimiliki petani anggrek. Peningkatan perilaku kewirausahaan diharapkan mampu meningkatkan kinerja usaha komoditas anggrek di Indonesia. Penelitian perilaku kewirausahaan petani anggrek dilakukan dengan tujuan menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap perilaku kewirausahaan petani anggrek dan menganalisis pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usaha anggrek. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Gunung Sindur, Parung, dan Serpong, dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan sebagian besar sentra anggrek di Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan jumlah sampel 115 orang. Data terkumpul dianalisis dengan metode SEM menggunakan program Lisrel 8.3. Hasil pengujian dengan SEM menunjukkan faktor internal, yaitu peningkatan skala usaha, intensi berwirausahatani, motivasi berprestasi dan persepsi terhadap usaha yang tinggi, dan dapat meningkatkan perilaku kewirausahaan. Faktor eksternal yang terdiri atas bahan input, penyuluhan, bantuan modal, promosi, regulasi, kekompakan di antara petani anggrek, dan akses informasi secara signifikan berpengaruh negatif. Perilaku kewirausahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja usaha, artinya bahwa ketekunan, ketanggapan terhadap peluang usaha, inovatif, keberanian mengambil risiko dan kemandirian dalam menjalankan usahatani anggrek berperan penting dalam peningkatan kinerja usaha. Dengan demikian, untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan petani anggrek, pemerintah perlu memberikan dukungan berupa fasilitas yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh petani, seperti pelatihan untuk perbanyakan dengan kultur jaringan, teknologi untuk mempersingkat masa pemeliharaan, pembangunan pasar untuk memperpendek rantai pasar, dan penyediaan benih berkualitas sesuai dengan preferensi pasar.KeywordsPerilaku kewirausahaan; Kinerja usaha; Petani anggrek; Structural equation models (SEM)AbstractThe performance of Indonesian orchid industry is still low due to the lack of farmers competencies. The improvement of entrepreneurial behavior of orchid farmers could hopely increase the orchid bussiness performance. The study of farmers entrepreneurial behaviour was conducted to analyse the influence of internal and external factors on entrepreneurial behavior, and to analyse the influence of entrepreneurial behavior on bussiness performance. This research used 115 data of orchid farmers. The data were analized by SEM using Lisrel 8.3 programs. The results of testing with SEM showed that internal factors, including increasing the scale of business, entrepreneurial intentions, achievement motivation and high perceptions of business, can enhance entrepreneurial behavior. External factors, which consist of input material, counseling, capital assistance, promotion, regulation, compactness among orchid growers, and access to information have a significant negative effect. Entrepreneurial behavior has a significant and positive effect on business performance, meaning that perseverance, responsiveness to business opportunities, innovation, courage to take risks and independence in running orchid farming play an important role in improving business performance. To improve the entrepreneurial behavior of orchid farmers the government needs to provide support in facilities that are in accordance with farmers need, such as training for propagation by tissue culture, technology to shorten the maintenance period, market development to shorten the marketing chain, and provision of quality seeds according with consumer preferences.
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA SOLOK, SUMATERA BARAT Puspitasari Puspitasari; Adhitya Marendra Kiloes
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v24n3.2021.p275-288

Abstract

Strategy for Agricultural Technology Innovation-Based Agro-tourism Development in Solok City, West Sumatera. Agro-tourism area is an agricultural-based tourism area aimed at increasing the community income. One of the potential agro-tourism areas to be developed is the Payo agro-tourism area in Solok City, West Sumatra. The development of the Payo Agro-tourism Area aims to create a sustainable agro-tourism area and improve the economy and welfare of the community and farmers. Therefore, it is necessary to identify the factors of strengths and opportunities that can support and weaknesses and threats that can become obstacles in developing the agro-tourism area, then formulate an appropriate strategy for its development. This study aims to analyze the community-based agro-tourism development strategy in Solok City. The research was conducted in 2018, with the determination of research respondents carried out by purposive sampling, which is based on the criteria of respondents who are stakeholders or actors who have an interest in developing the Payo agro-tourism area in Solok. Data and information were analyzed using SWOT and QSPM to determine strategic priorities. The SWOT analysis results show 10 alternative strategies such as the development of superior fresh and processed products as agro-tourism icons, technical guidance on cultivation and post-harvest technology, promotion through social media, plant rejuvenation and technology application, the establishment of community institutions, arrange the production planning, arrange agro-tourism management planning, government budgeting support, build supporting facilities and infrastructure, managerial training for agro-tourism management. Based on the results of the QSPM analysis, the most appropriate strategy to prioritize is budgeting support from local governments in terms of promotion and improvement of the quality of tourism objects. Keywords: agro-tourism, strategy, SWOT, QSPM ABSTRAK Kawasan agrowisata merupakan kawasan wisata berbasis pertanian yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di dalam kawasan. Salah satu kawasan agrowisata yang potensial untuk dikembangkan adalah kawasan agrowisata Payo di Kota Solok, Sumatera Barat. Pengembangan Kawasan Agrowisata Payo ini bertujuan untuk menciptakan kawasan agrowisata yang berkelanjutan, serta meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dan petani. Oleh karena itu perlu diidentifikasi faktor-faktor kekuatan dan peluang yang dapat mendukung, serta kelemahan dan ancaman yang dapat menjadi hambatan dalam pengembangan kawasan agrowisata tersebut, kemudian dirumuskan suatu strategi yang tepat untuk pengembangannya.  Penelitian ini bertujuan untuk   menganalisis strategi pengembangan kawasan agrowisata berbasis masyarakat di Kota Solok. Penelitian dilakukan pada tahun 2018, dengan penentuan responden penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu berdasarkan kriteria responden yang merupakan stakeholders yang berkepentingan terhadap pengembangan kawasan agrowisata Payo di Kota Solok. Data dan informasi dianalisis menggunakan SWOT dan  QSPM untuk mengetahui prioritas strategi. Dari hasil perumusan analisis SWOT diperoleh 10 alternatif strategi yaitu pengembangan produk segar dan olahan unggulan sebagai ikon agrowisata, bimbingan teknis mengenai teknologi budidaya dan pasca panen, promosi melalui media sosial, peremajaan tanaman dan penerapan teknologi, pembentukan kelembagaan masyarakat, penyusunan rencana produksi, pembuatan rencana manajemen pengelolaan agrowisata, dukungan  penganggaran dari pemerintah, melengkapi sarana dan prasarana, serta pelatihan manajerial bagi SDM pengelola agrowisata. Berdasarkan hasil analisis QSPM strategi yang paling tepat untuk diprioritaskan adalah dukungan penganggaran dari pemerintah daerah dalam hal promosi dan peningkatan kualitas obyek wisata. Kata kunci: agrowisata, strategi, SWOT, QSPM,   
Studi Ex-Ante Teknologi Produksi Lipat Ganda Cabai Merah pada Musim Hujan: Studi Kasus di Kabupaten Garut, Jawa Barat (Ex-ante Study of Chili Multiple Production Technology in the Rainy Season: Case Study in Garut District, West Java) nFN Puspitasari; nFN Hardiyanto; Witono Adiyoga; Adhitya Marendra Kiloes
Jurnal Hortikultura Vol 29, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v29n2.2019.p257-268

Abstract

Teknologi Produksi Lipat Ganda (Proliga) cabai merah merupakan paket teknologi yang terdiri atas beberapa komponen teknologi yang dirangkai sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas cabai merah hingga 20 ton/ha. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi awal mengenai sifat inovasi dan potensi adopsi paket teknologi Proliga cabai merah berdasarkan persepsi petani. Sebuah demplot teknologi Proliga cabai merah dilakukan di Kecamatan Banyuresmi, Kabupten Garut, Jawa Barat. Demplot tersebut melibatkan 30 orang petani partisipatif untuk dapat melihat seluruh komponen teknologi dari awal pesemaian hingga panen. Setelah demplot dipanen, petani selanjutnya ditanya mengenai persepsi mereka terhadap paket teknologi yang diperkenalkan berdasarkan dimensi-dimensi karakteristik inovasi, yaitu: keunggulan relatif, kesesuaian, kerumitan, kemudahan untuk diamati, dan kemudahan untuk diuji coba. Selain itu juga ditanyakan mengenai sejauh mana potensi adopsi dari masing-masing komponen teknologi oleh petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan jawaban positif terhadap komponen-komponen teknologi yang diperkenalkan berdasarkan lima dimensi karakteristik inovasi. Meskipun terdapat responden yang memiliki sikap negatif terutama pada dimensi kesesuaian, secara keseluruhan komponen-komponen teknologi yang diperkenalkan memiliki karakteristik inovasi yang tinggi dan sangat tinggi. Mayoritas petani menyatakan sikap yang positif terhadap potensi adopsi paket teknologi Proliga cabai merah.KeywordsCabai merah; Produksi lipat ganda; Sifat inovasi; Persepsi petaniAbstractMultiple Production Technology (Proliga) of chili is a technology package consisting of several technological components so that it can increase the productivity of chili up to 20 tons/ha. This study aims to conduct an initial survey of the characteristics of innovation and the potential for adoption of the chili’s Proliga technology package. A demonstration plot for chili’s Proliga technology was conducted in Banyuresmi Subdistrict, at Garut District, West Java. The demonstration plot involved 30 participatory farmers in being able to see all technological components from the beginning of the nursery until harvested. After the demonstration plot is completed, farmers will be asked about their perceptions of the technological package introduced based on the dimensions of innovation characteristics, such as relative advantage, suitability, complexity, easiness to observe, and trialability. It was also asked about the extent of the potential adoption of each component of technology by farmers. The results showed that the majority of respondents gave definite answers to the components of technology that were introduced based on the five dimensions of innovation characteristics, although there were still many respondents who had negative attitudes especially in the dimensions of suitability. Overall the technology components introduced have high and very high innovation characteristics. The majority of farmers expressed a positive attitude towards the potential adoption of the chili’s Proliga technology package.
ANALISIS REGRESI PENAMPILAN BAWANG PUTIH SANGGA SEMBALUN DAN LUMBU KUNING SELAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU RUANG Anna Sulistyaningrum; Adhitya Marendra Kiloes; Darudriyo Darudriyo
JURNAL AGRONIDA Vol. 6 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.708 KB) | DOI: 10.30997/jag.v6i1.2599

Abstract

Bawang putih merupakan komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu maupun obat. Bawang putih banyak mengalami perubahan baik secara nutrisional maupun penampakannya selama penyimpanan, sehingga dibutuhkan penanganan pascapanen yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas bawang putih Sangga Sembalun dan Lumbu Kuning yang disimpan dalam suhu ruang baik untuk konsumsi maupun benih serta mengetahui kualitas bawang putih dalam bentuk konde maupun rogol selama penyimpanan. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan terdiri dari 6 ulangan. Perlakuan pertama adalah varietas (V) yang terdiri dari varietas Sangga Sembalun dan varietas Lumbu Kuning, sementara perlakuan kedua adalah bentuk (B) yang terdiri dari bentuk rogol dan konde. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penurunan bobot bawang putih tertinggi yaitu pada saat 1 minggu penyimpanan dengan  penurunan sebesar  33,2% dengan susut diamater sebesar  6,98%, karena pada kondisi tersebut kandungan air dari komoditas hortikultura masih sangat tinggi. Bawang putih untuk konsumsi segar (penyimpanan hingga 2 bulan) dalam bentuk konde memiliki tingkat penurunan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bentuk rogol yaitu sebesar 21,45% varietas Lumbu Kuning dan 19,88% untuk varietas Sangga Sembalun. Demikian halnya dengan penyimpanan selama 6 bulan, bawang putih dalam bentuk konde memiliki tingkat kehilangan air yang lebih rendah, serta memiliki penampakan kesegaran yang lebih baik (tidak cepat keriput dan layu) serta kerusakan akibat mikroorganisme dapat lebih diminimalisir.