Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Disolusi Terbanding Tablet Acetaminophen Produk Generik Berlogo dan Produk Bermerek Tuti Sri Suhesti; Eka Prasasti Nur Rachmani
Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo Vol 6 No 2 (2018): Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo
Publisher : Pharmacy Department, Faculty of Health Sciences, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.028 KB) | DOI: 10.20884/1.api.2018.6.2.2160

Abstract

Asetaminofen/parasetamol adalah obat analgetik-antipiretik yang populer dan banyak digunakan. Sediaan asetaminofen dalam bentuk tablet, selain dengan nama generik juga tersedia dengan nama dagang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekivalensi in vitro terhadap mutu produk dagang dan generik berlogo tablet asetaminofen yang beredar di pasaran. Pada penelitian ini dilakukan uji disolusi terbanding asetaminofen produk obat generik berlogo dan produk bermerek dalam media disolusi berupa larutan dapar fosfat pH 5,8. Penentuan laju disolusi asetaminofen dilakukan menggunakan metode paddle (dayung) dengan kecepatan pengadukan 50 rpm, pada suhu 370C ± 0,50C. Sampel cuplikan diambil pada menit ke 5, 10, 15, 20, 30 dan 45. Parameter uji yang diamati adalah kadar obat terlarut pada saat t=30 menit (C30) dengan parameter standar baku C30 menunjukkan hasil tidak boleh kurang dari 80% kadar obat. Hasil penelitian didapatkan bahwa disolusi tablet asetaminofen masing-masing produk baik obat generik berlogo maupun produk bermerek menunjukkan gambaran profil disolusi yang berbeda. Dari 8 sampel diperoleh 5 produk paten dan 3 produk generik semuanya menunjukkan hasil disolusi dengan nilai C30 yang memenuhi syarat (>80).
Identifikasi Interaksi Obat Pada Pasien Stroke di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas Nurmahmudah Nurmahmudah; Tuti Sri Suhesti; Esti Dyah Utami
Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo Vol 4 No 1 (2016): Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo
Publisher : Pharmacy Department, Faculty of Health Sciences, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.907 KB)

Abstract

Pasien stroke sering memperoleh lebih dari dua macam obat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian interaksi obat pada pasien stroke rawat inap di unit stroke RSUD Banyumas berdasarkan buku Drug Interaction Facts. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 62 pasien stroke terdapat 26% pasien yang mengalami interaksi obat. Jumlah interaksi obat yang paling banyak terjadi adalah 1 jenis interaksi obat (74%). Jenis interaksi obat yang sering terjadi pada pasien stroke yaitu interaksi obat antara Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) dengan KCl sebanyak 18,18%. Mekanisme interaksi obat yang paling banyak terjadi adalah unknown (36%). Tingkat signifikansi 4 paling banyak terjadi yaitu 50%, dengan onset interaksi obat adalah delayed (57%) dan tingkat keparahan moderate yaitu sebanyak 57%. Dokumentasi interaksi obat yang paling banyak terjadi adalah possible (50%).
DETEKSI KANDUNGAN KIMIA DAN UJI AKTIVITAS EKSTRAK KULIT BATANG MAHONI (Swietenia. mahagoni Jacg) TERHADAP Artemia Salina Leach DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST Eka Prasasti Nur Rachmani; Tuti Sri Suhesti; Nuryanti Nuryanti
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 09 No. 01 April 2012
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v9i1.687

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang deteksi kandungan kimia dan uji aktivitas ekstrak kulit batang mahoni (Swietenia. mahagoni Jacg) terhadap Artemia Salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai komoditi kulit batang mahoni, agar dapat digunakan sebagai antikanker. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: penyediaan sampel dan ekstraksi kulit batang mahoni menggunakan pelarut metanol dan kloroform, uji kandungan senyawa bioaktif, dan uji sitotoksisitas ekstrak terhadap Artemia Salina Leach. Hasil uji BST terhadap Artemia Salina Leach, diperoleh: fraksi kloroform tidak mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik, dengan harga LC 50 = 1034,246 ppm. Fraksi metanol mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik, dengan harga LC 50 sebesar 609,910 ppm. Hasil analisis dengan GCMS diperoleh kandungan senyawa aktif ekstrak kloroform dari kulit batang mahoni adalah Asam palmitat, Asam linoleat, n-heneikosana, 1-oktadekanol, Tetrakontana, (3α, 5 α)-3-tiosianat koleston, stigmasterol, F-sitosterol, sitostenon dan ekstrak metanol dari kulit batang mahoniadalah o-metoksi fenol, 1,2-benzenadiol, 4-metil-1,2-benzenadiol, 2,6-dimetoksi fenol, 1,2,3-benzenatriol, 1,3,5 benzenatriol, 4-propil-1,3-benzenadiol, 1.3,4,5-tetrahidroksi sikloheksana karboksilat, 2-hidroksi-4-metil benzaldehid. Hal itu menunjukkan bahwahanya ekstrak metanol kulit batang mahoni bersifat toksik akut terhadap larva Artemia Salina Leach, yang ini berkorelasi dengan aktifitasnya sebagai antikanker. Kata kunci: kulit batang mahoni (Swietenia mahahoni Jacq.), Artemia Salina Leach, GCMS.
Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) nanosuspension repairs spatial white albino wistar strains’ spatial memory degeneration after sleep deprivation Rangga Wisnu Wardana; Tuti Sri Suhesti; Fitranto Arjadi
Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi Vol 10 No 1 (2022)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Sci and Tech, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/bio.v10i1.26488

Abstract

.
STUDI EFFEKTIVITAS NANOEMULSI PURWOCENG PADA PERBAIKAN FUNGSI REPRODUKSI TIKUS PUTIH JANTAN PASCA INDUKSI SLEEP DEPRIVATION: Study of the Effectiveness of Purwoceng Ethanol Extract Nanoemulsion on Improvement of the Reproductive Function of Male White Rats Post Sleep Deprivation Induction Denok Tri Hardiningsih; Tuti Sri Suhesti; Dody Novrial; Fitranto Arjadi
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 16 No. 1 (2023): July 2023
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jtoi.v16i1.594

Abstract

Paradoxical sleep deprivation (PSD) or sleep disorders can affect sexual function and potentially reduce fertility rates. The active substance of Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.), namely flavonoid and tannin compounds can improve the quality of function. Drug nanoemulsion is expected to increase the therapeutic effect and reduce toxicity. This study aims to determine the effect of purwoceng nanoemulsion on serum testosterone levels, testicular volume and testicular histopathology of male Wistar rats after stress induction of paradoxical sleep deprivation for 96 hours. This research is an experimental study with a post-test only design with a control group. A total of 24 rats were divided into 6 treatment groups. Group A was given PSD, group B was given PSD and sleep recovery, group C was given PSD and purwoceng extract 25 mg/300 gBW/day, group D was given PSD and purwoceng nanoemulsion 25 mg/300 gBW/day, group E was given PSD and purwoceng nanoemulsion. 50 mg/300 gBW/day, and group F was given PSD and purwoceng nanoemulsion 75 mg/300 gBW/day. Serum testosterone levels were measured by the ELISA method, testicular volume and histopathology determined using Image J software and data were analyzed by One Way ANOVA test and followed by Post Hoc Bonferroni test. Statistical analysis showed that there were significant differences in serum testosterone levels, testicular volume and testicular histopathology (p<0.005). Administration of purwoceng nanoemulsion affects serum testosterone levels, testicular volume, and testicular histopathology after PSD induction