Ashol Hasyim
Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Cabai Merah untuk Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Wiwin Setiawati; Nani Sumarni; Yeni Koesandriani; Ashol Hasyim; Tinny Suhantini Uhan; Rahmat Sutarya
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 2 (2013): Juni 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n2.2013.p174-183

Abstract

Penelitian dilaksanakan atas dasar adanya peningkatan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang sangat tinggi akibat terjadinya perubahan iklim. Penggunaan pestisida yang intensif tidak mampu menekan serangan OPT tersebut. Sampai saat ini belum terformulasi langkah yang tepat untuk pengendalian OPT sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Oleh sebab itu diperlukan inovasi teknologi pengendalian OPT pada tanaman cabai merah secara terintegrasi. Penerapan teknologi PHT yang diperbaiki merupakan solusi terbaik. Tujuan penelitian ialah menghasilkan rakitan teknologi PHT untuk mitigasi perubahan iklim yang dapat menekan penggunaan pestisida > 50% dan mengurangi emisi CO2 > 10%. Penelitian dilaksanakan di Desa Kawali Mukti, Ciamis, Jawa Barat dari Bulan April sampai dengan September 2012. Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok terdiri atas lima perlakuan (rakitan berbagai teknologi PHT dibandingkan dengan teknologi konvensional) serta lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi PHT- 4 (penggunaan varietas Kencana yang ditanam secara monokultur, penggunaan mulsa plastik hitam perak, pemupukan (pupuk kandang sebesar 30 t/ha dan NPK sebanyak 700 kg/ha), dan penggunaan pestisida berdasarkan ambang kendali), dapat menekan penggunaan pestisida sebesar 73,33% dengan hasil panen tetap tinggi yaitu sebesar 15,46 t/ha. Selain itu rakitan teknologi tersebut mampu mengurangi suhu lingkungan mikro sebesar 0,890C dan emisi CO2 dapat dikurangi sebesar 38,76%. Teknologi PHT tersebut dapat direkomendasikan sebagai teknologi untuk mitigasi perubahan iklim (kemarau panjang) pada budidaya cabai merah.
Perilaku Memanggil Ngengat Betina dan Evaluasi Respons Ngengat Jantan terhadap Ekstrak Kelenjar Feromon Seks pada Tanaman Cabai Merah Ashol Hasyim; Wiwin Setiawati; Rini Murtiningsih
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n1.2013.p72-79

Abstract

Helicoverpa armigera merupakan hama penggerek buah pada tanaman cabai merah di Indonesia. Kehilangan hasil  akibat serangan H. armigera dapat mencapai 60%. Pengendalian yang umum dilakukan ialah menggunakan insektisida secara intensif, yang dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Feromon seks merupakan salah satu alternatif cara yang dapat digunakan untuk memonitor dan mengendalikan H. armigera. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perilaku kawin ngengat betina H. armigera dan untuk mengevaluasi respons ngengat jantan terhadap feromon seks dari kelenjar ngengat betina dara H. armigera  pada tanaman cabai merah. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Sayuran dan di lahan petani di Desa Pabedilan Kaler, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon dari Bulan April 2009 sampai dengan Maret 2010. Penelitian dilakukan pada tiga tahap kegiatan yaitu : (1) perilaku memanggil betina dara dilakukan dengan cara memasukkan 20 ekor betina dara ke dalam vial plastik (10 ml) dan diberi makan larutan sukrosa 10%. Perilaku memanggil diamati setiap jam sepanjang malam, dimulai dari saat periode gelap mulai pukul 18.00 – 06.00, perlakuan diulang tiga kali, (2) untuk mengetahui respons ngengat jantan terhadap feromon seks dilakukan menggunakan tabung olfaktometer. Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok terdiri atas lima perlakuan dan diulang lima kali, dan (3) evaluasi feromon seks  dilakukan di lahan petani di Kabupaten Cirebon. Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok terdiri atas enam perlakuan dan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku memanggil betina dara H. armigera mulai umur 1 hari mencapai maksimum pada hari ketiga pada periode 7 sampai 8 jam setelah scotophase. Respons ngengat jantan tertinggi terhadap feromon seks diperoleh dari ekstrak kelenjar feromon asal betina dara umur 4 hari sebesar 20,33% dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya kecuali dengan betina dara umur 2 dan 3 hari. Kerusakan buah cabai terendah dan berbeda nyata diperoleh dari perlakuan feromonoid seks + insektisida (9,25%) diikuti  feromon seks + insektisida (16,13%), dan insektisida (13,55%). Kerusakan buah cabai tertinggi (49,29%) diperoleh pada  perlakuan kontrol. Kombinasi antara penggunaan feromon dengan insektisida mampu menekan kehilangan hasil buah cabai merah akibat serangan H. armigera sebesar 61,10 – 62,18 % bila dibandingkan dengan kontrol. Feromon seks merupakan senyawa kimia yang efektif untuk memonitor dan mengendalikan populasi H. armigera pada tanaman cabai di lapangan.