Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

EFFECT OF COATING ON THE PHYSICAL AND MORPHOLOGICAL QUALITY OF FRESH HEN EGG DURING STORAGE Maulida Hayuningtyas; Christina Winarti; Sari Intan Kailaku; Hoerudin Hoerudin
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v18n2.2021.93-104

Abstract

Hen egg is the most consumed animal food due to its high nutritional content, affordable and easy to obtain. However, eggs have the disadvantage for their short shelf life of about 7 days at room temperature. An effort to extend the shelf life of eggs including storing at low temperatures and/or coating. The research objective was to determine changes in the physical quality and morphology of chicken eggs coated with two material coating stored at room (25–29 °C) and AC/low (18–22 °C) temperature. The treatments tested were two kinds of coatings, namely gelatin and lime solution, and two storage temperature conditions, namely room and low temperature for 30 days. The study was conducted with three replications, each replication was observed on 5 eggs. The parameters observed were weight loss, Egg white index, Egg yolk index, air cavity, Haugh Unit and surface morphology. The results showed that at the end of storage for 30 days the eggs quality still met the SNI standards I to III. AC storage temperature was better than room temperature. The egg treated with coating produced better quality than without coating. The longer the storage, the lower the weight loss, HU, IPT and IKT. The best treatment was gelatin coating stored at AC temperature.
Pengaruh Pulsing, Lama Penyimpanan Stok Dan Suhu Peragaan Terhadap Masa Kesegaran Bunga Potong Alpinia purpurata Ira Mulyawanti; Christina Winarti; nFN Widaningrum; nFN Yulianingsih; Dwi Amiarsi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v7n2.2010.94-102

Abstract

Bunga potong Alpinia purpurata mempunyai sifat mudah layu dan rusak, yaitu dengan masa kesegaran yang hanya mampu bertahan 4-5 hari. Salah satu cara untuk mempertahankan kesegaran bunga potong adalah dengan penggunaan larutan perendam (pulsing) dan holding. Penyimpanan dingin juga dapat dijadikan alternatif dalam mempertahankan kesegaran bunga polong. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pulsing dan lama penyimpanan dingin terhadap masa peragaan bunga Alpinia yang diperagakan di suhu ruang (29-30°C) dan suhu 20-22°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pulsing terhadap bunga potong Alpinia purpurata dapat meningkatkan masa peragaannya dibandingkan dengan tanpa pulsing, yaitu 16,3 hari dengan pulsing sukrosa (pa), 13,5 hari dengan pulsing gula dan 10,7 hari dengan tanpa pulsing. Sedangkan lama penyimpanan stok bunga pada pendingin suhu 15°C dan tempat peragaannya tidak mernberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rnasa kesegaran bunga potong Alpinia purpurata, namun semakin lama bunga disimpan pada suhu 15°C kemekarannya menjadi terhambat. Influence Of Pulsing, Stock Storage And Display Temperature On The Vase Life Cut Of Alpinia purpurataAlpinia purpurata cut flowers have withered and easily damaged, and the freshness only 4-5 days. One way to maintain the freshness of cut flowers is using pulsing and holding solution. Cold storage can also be used as an alternative in maintaining the freshness of cut flowers. The research aims to determine the influence of pulsing and cold storage for vase life period of Alpinia purpurata flower on the display at ambient (29-30°C) and temperature 20-22°C. The results showed that the pulsing of cut flowers Alpinia purpurata can improve its display period (16.3 days on sucrose pa pulsing, 13.5 on sugar pulsing and 10.7 all no pulsing). While, the stock period in the cold room (l5°C) and temperature of the display room gave no difference effect on the flower freshness, the longer the flowers are stored in cold room, the bud opening are delayed.
Formulasi Dan Karakterisasi Shampo Anti Jamur Dengan Penambahan Ekstrak Lengkuas Merah Christina Winarti; nFN Hernani; Rini Budiarti
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v4n2.2007.97-104

Abstract

Lengkuas merah (Alpinia galanga) sudah terbukti berkhasiat sebagai anti jamur dengan bahan aktif seperti eugenol, kaemferol, galangin, dan asetokavikol asetat. Penggunaan ekstrak lengkuas merah dalam prod uk sampo diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah lengkuas merah selain sebagai upaya penemuan altematif sumber sediaan obat yang lebih aman bagi penderita infeksi kulit kepala. Penelitian ini bertujuan untuk, (I) mengetahui efektivitas sampo dengan penambahan ekstrak lengkuas merah terhadap jamur penyebab infeksi kulit kepala, (2) mengetahui pengaruh penambahan ekstrak lengkuas merah terhadap karakteristik produk sampo, dan (3) untuk mengetahui kesukaan konsumen terhadap produk sampo dengan penambahan ekstrak lengkuas merah. Pada penelitian ini dilakukan formulasi sampo dengan penambahan bcberapa konsentrasi ekstrak lengkuas merah. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dengan 4 variasi konsentrasi ekstrak lengkuas merah yaitu D,S %, 1%, 2% dan 3 %. Sebagai kontrol dibuat formula tanpa penambahan ekstrak lengkuas. Parameter yang diamati meliputi pH, kadar air, kadar alkali bebas, stabilitas emulsi, viskositas, uji daya hambat dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampo dengan penambahan ekstrak lengkuas merah cukup efektif menghambat jamur Tricophyton mentagropytes dan Microsporum canis dengan diameter daerah hambat masing-masing 29-34 mm dan 32,3-36 mm. Penambahan ekstrak lengkuas merah ternyata mempengaruhi karakterisrik sampo, nilai pH, kadar air, kadar alkali bebas, dan stabilitas emulsi lengkuas merah memenuhi standar (SNI 06-2692-1992). Berdasarkan karakteristik sampo, stabilitas produk dan uji preferensi, maka formula sampo ekstrak lengkuas merah yang disarankan adalah dengan konsentrasi ekstrak lengkuas merah 0,5 % Formulation and characterization of antifungal shampoo containing red galangal (Alpinio galanga) extractRed galangal has been proven as antifungal containing bioactive compounds such as eugenol, kaempferol, galangin, and I'-Acetoxychavicol Acetate. Incorporation of red galangal extract into shampoo is a promising approach to increase added value of red galangal which mostly used as spices. Besides, antifungal shampoo with red galangal extract is safer than those with synthetic antifungal active material. The aims of the research were to find out (J) effectiveness of red galangal shampoo in inhibiting scalp-infecting fungi, (2) effect of addition of red galangal extract on the characteristics of shampoo, and (3) preferences of red galangal shampoo. Experiments were conducted by incorporating red galangal extract into shampoo added at four different concentrations (0.5%, 1%, 2% and 3 %). Shampoo without galangal extract was used as a control. Research was performed using Single Factor Completely Randomized Design with four levels of red galangal extract concentrations. The response parameters measured included pH, moisture content, free alkali, emulsion stability, viscosity, inhibitory test and preference test of the shampoo. Result showed that red galangal shampoo effectively inhibited T mentagropytes and M. canis with inhibition zone of 29-34 mm and 32.3-36 mm, respectively. Addition of red galangal extract affected the characteristics of shampoo. Value of pH, moisture content, free alkali, and emulsion stability of the shampoo with red galangal extract were in the range of Indonesian National Standard for shampoo (SNI 06-2692-1992). The viscosity of shampoo with 3 % extract addition was higher than that of Indonesian National Standard. Statistical analysis showed that the level of addition of red gal an gal extract influenced pH value, moisture content, viscosity, and emulsion stability of shampoo. Shampoo with O.S % red galangal extract was recommended.
Kajian Status Pengembangan Agroindustri Minyak Nilam Terhadap Tingkat Kepuasan Petani Di Majalengka Christina Winarti; M.P. Laksmanahardja; Djajeng Sumangat
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 2 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n2.2005.84-92

Abstract

Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditas ekspor yang penting bagi Indonesia karena 90% minyak nilam dunia berasal dari Indonesia. Nilam merupakan salah satu komoditas unggulan ran ani an perkebunan dalam pengembangan agroindustri Majalengka. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji pengaruh pengembangan agroindustri nilam rerhadap ringkat kepuasan petani nilam di kabuparen Majalengka. Penelitian dilakukan dengan cara survai dan wawancara dengan pembagian kuesioner kepada perani nilam dan non nilam dari lima kecamatan di kabuparen Majalengka. Hasil penelirian menunjukkan bahwa ada berbagai faktor baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi pengembangan nilam di daerah tersebut. Perseruase pendaparan yang diperoleh dari mengusahakan nilam hanya sekitar 22%. Luas lahan yang dimiliki perani rata-rata adalah O,S ha, sedangkan lahan pertanaman nilam rata-rata 0,3 ha. Produktivitas terna (daun dan ranting) nilam yang dihasilkan juga masih sangar rendah yairu rata-rata 16.470 kg/halrh. Tingkar kepuasan perani terhadap beberapa parameter yang diuji terkait dengan pengembangan nilam sebagian besar adalah sedang (nilai sekirar 3) sedangkan kepuasan rerhadap produksi dan harga nilam adalah rendah (tidak puas). Pengusahaan agroindustri nilam secara ekonomi sangat menguntungkan dengan NPV Rp. 48 jura, IRR 42%, BEP Rp. 19.826.700 dan masa pengembalian modal 2,64 tahun. Study of status of patchoully oil agroindustrial development on the satisfaction level of farmers in MajalengkaParchoully is one of the most important export commodities of Indonesia, because 90 % of the patchoully oil in the world market comes from Indonesia. In the Majalengka regency, patchoully has become one of the main objectives of agro-industrial development. The aim of the research was investigate the impact of developing patchoully oil agro-industry in district of Majalengka. West Java on the satisfaction level of the farmer. The research was carried out based on the data collected from survey and interviews by distributing   questionnaires to farmers. The questionnaires were distributed to patchoully farmers and non-parchoully farmers in the five districts of the case study area. The result showed that there were some internal and external factors affecting the development of patchoully oil agroindustry in Majalengka. The contribution of patchoully cultivation on the farmers' total income was 22.25 percent on average. The yield and productivity of patchoully plantation 111 this region, however, is very low with the average yearly productivity of patchoully crop is 16,470 kilogram per hectare per year. The satisfaction level of the farmers on the studied parameters about patchoully development were mostly average level (about scale 3), whereas the satisfaction on the yield and price of patchoully were low (scale 2). Developing of patchoully oil agroindustry were very feasible financially with NPV Rp, 48 million, IRR 42%, BEP Rp. 19.826.700 and payback period 2.64 year.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Hewan Uji nFN Hernani; Christina Winarti; Tri Marwati
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.54-61

Abstract

Daun belimbing wuluh secara tradisional dimanfaatkan untuk mengobati sakit perut, encok dan demam, sedangkan buahnya untuk gejala darah tinggi. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kasar dan ekstrak yang telah dimurnikan dari daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada hewan uji kucing. Metode penelitian dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu pengolahan bahan baku, pembuatan ekstrak, pemurnian ekstrak dan uji anti hipertensi terhadap hewan uji kucing. Pembuatan ekstrak kasar dilakukan secara maserasi dengan perlakuan ukuran partikel daun belimbing wuluh (40, 50 dan 60 mesh) terhadap rendemen yang dihasilkan. Untuk pemurnian ekstrak kasar menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut heksan 80 %. Uji aktivitas antihipertensi terhadap hewan uji kucing dengan metode berdarah. Hasil pernbuatan ekstrak kasar rnenunjukkan bahwa rendemen ekstrak yang tertinggi dari ukuran partikel 50 mesh, yaitu 16,17%. Rendemen ekstrak hasil pemurnian adalah 70,5%. Uji anti hipertensi terhadap hewan uji menunjukkan bahwa ekstrak yang telah dimurnikan ternyata mempunyai efek penurunaan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan ekstrak kasar. Untuk durasi penurunan tekanan darah, ekstrak yang telah dimurnikan mempunyai waktu lebih lama dibandingkan ekstrak kasar. Ekstrak daun belimbing wuluh yang telah dimurnikan mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai obat antihipertensi; karena obat yang dikembangkan dari bahan alam dinilai cukup aman bila dibandingkan obat antihipertensi sintetik yang mempunyai efek samping yang tidak diinginkan. Effect Of Bilimbi Leaf Extracts On Decrease Blood PressureTraditionally, the leaves of bilirnbi has been used for stomach ache, rheumatism and fever, while the fruits used for blood pressure symptom. The aim of the research was to find out the effect of crude and purified extracts of bilimbi leaves on animal testing (cat) blood pressure. The method of research was divided in to several stages, such as processing of raw material, extract preparation, extracts purification and anti hypertension tested with animal. Extraction was done by maceration with treatment of particle size of bilimbi leaves (40, 50 and 60 mesh) to the yield of extract. Extract purification used extraction method using 80% hexane as a solvent. Anti hypertension testing used blood methods and cat as tested animal. The result showed that the highest yield of extract gave from 50 mesh particle size (16.17%). Then, the higher yield of purified extract was found 70.5%. Anti hypertension testing indicated that pure extract was higher than crude extract in decreasing of cat blood pressure. The duration of blood pressure decreasing was found longer in pure extract than crude extract. Purified extract of bilimbi leaf has a potential for antihypertensive medicine because medicine which is developed from natural product should be safely compared with synthetic antihypertensive drugs.
Pemilihan Pelarut pada Pemurnian Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga) secara Ekstraksi nFN Hernani; Tri Marwati; Christina Winarti
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v4n1.2007.1-8

Abstract

Lengkuas (Alpinia galanga) merupakan salah satu tanaman biofarmaka. Secara farmakologis, ekstrak lengkuas mempunyai aktivitas sebagai anti jamur, anti kanker, anti tumor, antioksidan, sitotoksik, karminatif, dan anti ulcer. Untuk mendapatkan produk biofarmaka dari ekstrak murni lengkuas diperlukan proses pemurnian, antara lain dengan ekstraksi pelarut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memilih jenis pelarut yang tepat untuk pemurnian ekstrak lengkuas secara ekstraksi pelarut, dengan mempelajari parameter rendemen, mutu dan kadar senyawa aktif dari ekstrak murni yang dihasilkan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan 2 jenis pelarut yaitu heksan dan toluen dengan konsentrasi 60, 70 dan 80 % yang disusun dalam rancangan acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasar analisis rendemen, mutu dan kadar bahan aktif ekstrak murni, pelarut yang paling sesuai untuk pemurnian ekstrak lengkuas adalah heksan 80%. Rendemen ekstrak murni lengkuas yang dihasilkan dari pelarut tersebut adalah 57,84 %, dengan komponen mutu yaitu pH 3,94 ; total padatan terlarut 82,89%; sisa pelarut 0,18 % dan kadar senyawa aktif 1’-asetoksikhavikol asetat adalah 0,88 %.Selection of solvent on purification of galangal (Alpinia galanga) extract by solvent extractionGalangal is one of the medicinal plants since its extract pharmacologically acts as antifungal, anti cancer, anti tumor, antioxidant, cytotoxic, carminative, and anti ulcer. To produce biopharmacological product from galangal extract need a further purification process such as solvent extraction. The aim of the research was to find out the proper solvent on galangal extract purification by solvent extraction. Parameters observed were yield, quality and active compound content of the purified extract. The experiments used two solvents, i.e hexane and toluene with the concentration of 60, 70 and 80% and arranged using completely randomized design. The result showed that based on yield, quality and active compound content analyses of purified extract, the proper solvent on extraction process was 80% hexane. By those solvent, purified extract gave 57.84% on yield, quality component such as pH 3.94; 82.89% total soluble solid; 0.18% solvent residue and 0.88% l' -acetoxychavicol acetate content as active compound
Application of starch-based edible coating enriched with lemongrass oil as antimicrobials to improve shelf life of red-bell pepper nFN Widaningrum; nFN Miskiyah; Christina Winarti
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v13n1.2016.11-20

Abstract

Red-bell peppers (Capsicum annuum var. Athena) is a perishable vegetable, so it is necessary to improve its shelf life. The edible coating technology can potentially be used to increase shelf life and improve microbiological quality of paprika. This study aimed to determine the effect of sago starch-based coating material with incorporation of natural antimicrobial lemongrass oil on the characteristics of red-bell pepper during storage at 20 and 8°C. The study included preparation of sago starch-based coating material with the addition of lemongrass oil as antimicrobial, their application on red-bell pepper and analysis of physical properties as well as the total microbial during storage. The research design used was factorial completely randomized design consisting of two factors (concentration of lemongrassoil as an antimicrobial and dipping time) with three replications. The results showed that the best treatment was dipping of red-bell peppers into coating formula containing lemongrass oil 0.2% for 5 minutes and storing at 8°C. This treatment provided enhancement of red-bell pepper shelf life up to 7 days with the acceptable total microbials and quite fresh conditions. APLIKASI BAHAN PENYALUT BERBASIS PATI SAGU DAN ANTIMIKROBA MINYAK SEREH UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN PAPRIKA (Capsicum Annum Var. Athena) MERAHPaprika (Capsicum annuum var. Athena) termasuk jenis bahan pangan yang mudah rusak, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan umur simpannya. Teknologi bahan penyalut potensial digunakan untuk meningkatkan masa simpan dan memperbaiki mutu mikrobiologis paprika. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan bahan penyalut berbasis pati sagu dengan inkorporasi antimikroba alami minyak sereh terhadap karakteristik paprika merah selama penyimpanan pada suhu 20 dan 8° C. Penelitian meliputi pembuatan bahan penyalut berbasis pati sagu dengan penambahan minyak sereh sebagai antimikroba, aplikasinya pada paprika merah, dan analisis sifat fisik serta total mikrobanya selama penyimpanan. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap pola faktorial yang terdiri atas dua faktor (konsentrasi minyak sereh sebagai antimikroba dan lama pencelupan) serta dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan paprika merah dengan pencelupan selama 5 menit dalam formula bahan penyalut yang ditambah minyak sereh sebagai antimikroba pada konsentrasi 0,2% dan disimpan pada suhu 8 °C. Pada perlakuan tersebut, paprika merah mampu meningkat masa simpannya sampai 7 hari dengan jumlah total mikroba yang masih dapat diterima dan kondisi yang cukup segar.
BIOKONVERSI BUAH SEMU JAMBU MENTE MENJADI KONSENTRAT PROTEIN MIKROBIAL Djajeng Sumangat; B. Sofianna Sembiring; Christina Winarti
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 14, No 2 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v14n2.2003.%p

Abstract

Penelitian biokonversi buah semu jambu mente menjadi konsentrat protein mikrobial dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hasil, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat mulai bulan April 1999 sampai Maret 2000. Tujuan penelitian ada-lah untuk memproduksi konsentrat protein mikrobial dengan menggunakan buah semu jambu mente kering sebagai substratnya melalui proses fermentasi substrat padat. Perlakuan yang dicobakan adalah (A) amonium sulfat sebagai nutrien dengan konsentrasi 0, 1, 2 dan 3% dan (B) lama fermentasi yaitu 48, 72, 96, 120 dan 144 jam. Inokulan yang digunakan dalam fer-mentasi adalah Aspergillus niger. Rancang-an percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang disusun secara faktor tunggal, terdiri atas dua faktor dan tiga ulangan. Parameter pengamatan meliputi pertambahan bobot biomasa (%), kadar protein dari biomasa (konsentrat protein mikrobial) dan kandungan asam amino dari protein biomasa yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi amonium sulfat, maka kadar protein konsentrat mikrobialnya makin tinggi. Kadar protein tertinggi (17,001%) dicapai pada perlakuan konsen-trasi 3 % amonium sulfat dan lama fermen-tasi 72 jam. Konsentrat protein mikrobial yang dihasilkan mengandung beberapa asam amino esensial yaitu metionin, leusin, fenil alanin, treonin, valin, histidin, tapi tidak mengandung asam amino esensial lisin dan isoleusin. Pertambahan bobot biomasa (konsentrat protein mikrobial) yang tertinggi (0,63%) dihasilkan dengan perlakuan konsentrasi 2 % amonium sulfat dan lama fermentasi 96 jam.
PRODUKSI DAN APLIKASI PATI NANOPARTIKEL Christina Winarti; Titi Candra Sunarti; Nur Richana
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 7, No 2 (2011): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pati merupakan biopolimer alami yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri. Teknologi nanopartikel akan memperbaiki karakteristik pati sehingga memiliki viskositas suspensi rendah pada konsentrasi yang relatif tinggi, dan mempunyai kekuatan pengikatan yang tinggi karena luas permukaan aktif yang besar. Pati nanopartikel bisa diaplikasikan sebagai penguat bahan pengemas, komposit biodegradable, matriks pembawa bahan aktif pangan atau obat, coating (pelapis) dan perekat biodegradable. Produksi pati nanopartikel bisa dilakukan karena struktur pati memungkinkan membentuk nanopartikel secara spontan (self assembly) dengan cara hidrolisis asam atau enzim menghasilkan pati nanokristal, sedangkan presipitasi pembentukan kompleks dari pati tergelatinisasi atau emulsifikasi menghasilkan pati nanopartikel. Produksi nanokristal dengan hidrolisis asam kuat pada suhu di bawah suhu gelatinisasi akan menghasilkan kristalit berukuran nano yang digunakan sebagai penguat atau pengisi polimer lain seperti karet, plastik atau pati termoplastis. Nanopartikel yang dihasilkan dari pati tergelatinisasi menghasilkan pati berukuran nano yang lebih amorf dan berfungsi sebagai matriks pembawa bahan aktif. Dalam tulisan ini dipaparkan mengenai preparasi/ produksi, aplikasi serta peluang dan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pati nanopartikel.
Kontaminasi Patulin Pada Buah dan Produk Olahan Apel Christina Winarti; nFN Miskiyah; S Joni Munarso
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Patulin (4-hydroxy-4H-furo (3,2c) pyran-2(6H)-one) merupakan mikotoksin yang diproduksi sejumlah kapang yang terdapat pada buah dan produk olahan buah, terutama apel. Penelitian membuktikan bahwa patulin berpotensi menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan, antara lain hyperaemia, pendarahan, peradangan dan pembengkakan saluran cerna. Pada dosis tinggi patulin bersifat karsinogenik, imunotoksik dan neurotoksik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kadar patulin pada buah apel segar maupun jus apel, baik jenis lokal maupun impor. Sejumlah sampel diambil secara acak untuk pengujian kadar patulinnya.Buah apel sebanyak 15 sampel (12 sampel jenis Manalagi dan 3 sampel jenis Rome beauty), sedangkan untuk apel impor yaitu jenis Fuji dan Washington sebanyak 8 sampel yang diperoleh dari pedagang buah dan supermarket. Untuk produk olahan apel terdiri atas 20 sampel jus apel produk lokal dan 5 merk jus impor, serta masing-masing 2 sampel makanan bayi dan cider apel. Pengujian kadar kontaminan patulin dilakukan dengan HPLC dan sebelumnya dilakukan identifikasi jenis kapang pada buah segar. Hasil pengujian menunjukkan pada apel lokal var Manalagi teridentifikasi kapang Penicillium sp., Aspergillus sp., dan Fusarium sp., sementara pada apel Fuji hanya ditemukan Penicillium sp, Aspergillus sp. Hasil pengujian kadar patulin diketahui bahwa 33,3 % sampel apel lokal yang diuji positif terdeteksi mengandung patulin, sedangkan pada apel impor 37,5% positif terdeteksi patulin. Dari 5 sampel buah apel lokal yang positif tersebut 1 sampel mempunyai kadar patulin >50 mg/kg. Hasil pengujian terhadap produk olahan apel menunjukkan bahwa 17,6% sari apel lokal positif terdeteksi adanya patulin, sedangkan untuk sari apel impor 60% positif terdeteksi patulin dengan kadar > 50 mg/l. Pada produk makanan bayi semua sampel yang diuji tidak terdeteksi adanya patulin, sedangkan pada sampel cider apel, terdapat satu sampel positif mengandung patulin.