Basita Ginting
Program Studi KMP, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Gedung FEM Lt. 5, Jl. Kamper Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Water Resource Management Discourse in Indonesia (Case Studi 2002-2015) Agus Susilo, Dwi; Sarwoprasodjo, Sarwititi; Hubeis, Musa; Ginting, Basita
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 4 No. 3 (2016): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.014 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v4i3.14430

Abstract

ABSTRACTThe discourse of water resources management that occurred in Indonesia for more than a decade involving governments and civil society be interesting to watch. The purpose of this study is to interpret and analyze the discourse and argumentation conflicting parties in the public sphere in water resource management in Indonesia in 2002-2015. Benefits of theoretical research is to increase the variety of discourse analysis method. This critical research paradigm using the theory of Communicative Action Habermas who developed the concept of discourse. Using the method of DHA Wodak as a method of discourse rooted in the critical theory of Habermas researchers managed to see the interests behind the making of Law No. 7 of 2004 on Water Resources and arguments used to use legal rationality and everyday language. Water Resources Law 2004 born of global importance that took the interests of katas ha of water and water privatization. Through discourse with distortion-free communication, guarantees the rationality, where the best reliable arguments to challenge oppressive power and hegemonic ideology.Keywords: argumentation, critique, discourse, privatization, public sphere, water rightABSTRAKDiskursus pengelolaan sumber daya air yang terjadi di Indonesia lebih dari satu dekade yang melibatkan pemerintah dan masyarakat sipil menarik untuk diamati. Tujuan penelitian ini adalah menafsirkan dan menganalisis diskursus dan argumentasi pihak-pihak yang berkonflik di ruang publik dalam pengelolaan sumber daya air di Indonesia tahun 2002-2015. Manfaat penelitian secara teoretis adalah untuk menambah variasi   metode analisis diskursus. Penelitian berparadigma kritis ini menggunakan teori Tindakan Komunkatif Habermas yang mengembangkan konsep diskursus. Menggunakan metode DHA Wodak sebagai metode diskursus yang berakar pada teori kritis Habermas peneliti berhasil melihat kepentingan di balik pembuatan UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan argumentasi yang digunakan menggunakan rasionalitas hukum dan bahasa sehari-hari. UU SDA lahir dari kepentingan global yang membawa kepentingan hak atas air dan privatisasi air. Melalui diskursus dengan komunikasi bebas distorsi menjamin lahirnya rasionalitas, dimana argumentasi terbaik dapat diandalkan untuk menantang kekuasaan yang menindas dan ideologi yang hegemonik.Kata kunci: argumentasi, kritik, diskursus, privatisasi, ruang publik, hak atas air
Public Sphere and Dialogue Communication about Conservation in Kepulauan Seribu National Park Swarnawati, Aminah; Saleh, Amiruddin; Ginting, Basita; Soetarto, Endriatmo; Satria, Arif
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 6 No. 2 (2018): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.24 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v6i2.23669

Abstract

Conservation programs in Kepulauan Seribu National Park (TNKpS) need communication space in order to attract target group participation, It is necessary for for community of fisherman to talk each regarding conservation policies addressed to.Public sphere defines asa freepolitical and economic domination elements space, existing public sphere in TNKpS have physical or non-physical characteristics, actors either co-opted or not co-opted, and their political public sphere either authentic or un-authentic.There was a two-way dialogical communicatio in public sphere. Dialogue in the public sphere was seen from five types: technical dialogue, debate, genuine dialogue, reconciliation and critical, the results show only the genuine dialogue that occurred.Five obstacles in dialogical communication did not occurred to traditional small fishermen, they were not protective nor defensive to information and were mostly concerned with appropriate information, the time for dialogue is enough. Obstacles tendency to evaluate occurs in critical fishermen.Keyword: conservation, dialogue communication, environmental communication,national park, public sphereABSTRAKProgram konservasi di Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) membutuhkan ruang komunikasi supaya bisa menarik partisipasi kelompok sasaran, untuk itu diperlukan ruang publik bagi warga untuk saling berdialog membicarakan masalah terkait kebijakan konservasi yang ditujukan kepada mereka. Ruang publik sebagai ruang yang bebas dari unsur dominasi politik maupun ekonomi, baik yang bersifat fisik maupun non fisik, aktornya baik yang dikooptasi maupun tidak dikooptasi, dan ruang publik politiknya baik yang autentik maupun tidak autentik. Dalam ruang publik terjadi komunikasi dialogis yang bersifat dua arah. Dialog yang terjadi di ruang publik dilihat dari tiga jenis: dialog teknis, debat dan dialog asli. Dua elemen penting komunikasi dialogis yaitu listening dan understanding. Ada lima kendala dalam komunikasi dialogis: protektif, defensif, kecenderungan mengevaluasi, ekspektasi yang tidak sesuai dan kurangnya waktu. Penelitian berparadigm kritis dengan pendekatan kualitatif ini menggunakan teori kritis Habermas mengenai ruang publik dan teori tindakan komunikatif dalam perspektif komunikasi lingkungan.Kata kunci: komunikasi dialogis, komunikasi lingkungan, konservasi, ruang publik, taman nasional