Yoga Pratama
Food Technology Study Program, Faculty Of Animal And Agricultural Sciences, Universitas Diponegoro, Semarang 50275, Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ANTIOXIDANT ACTIVITY, DEXTROSE EQUIVALENT, TOTAL DISSOLVED SOLIDS, AND VISCOSITY OF MALTED RED RICE MILK AT DIFFERENT ENZYME CONCENTRATIONS Yoga Pratama; Dina Yulia Anggraeni; Yasmin Aulia Rachma; Lita Lusiana Surja; Siti Susanti
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v18n2.2021.57-62

Abstract

Rice milk is a plant-based milk-like product that can be an alternative for people who have an allergy to bovine milk and lactose intolerance. Malting and enzymatic hydrolysis can bring out the natural sweetness of the rice milk product and thus minimize the use of sweeteners. The current research aimed to determine the total value of dissolved solids, viscosity, dextrose equivalent, and antioxidant activity in malted red rice milk with the addition of glucoamylase at different concentrations. The red rice was malted for 48 hours before drying and milling. The resulted malt powder was then diluted and added with glucoamylase enzyme at the concentration of 0%, 1%, 2%, and 3%. Enzymatic hydrolysis occurred at 60°C for 3 hours. Completely Randomized Design was used for the parameters of total soluble solids, viscosity, and dextrose equivalent while the antioxidant activity parameter was analyzed descriptively. The result showed that the addition of glucoamylase significantly (p<0.05) increased the total soluble solids, viscosity, and dextrose equivalent. The highest values were 9.960 °Brix, 1620 cP, and 1.872 for total dissolved solids, viscosity, and dextrose equivalent, respectively. Increasing antioxidant activity was also observed from 6.094% at 0% glucoamylase to 10.762% at 3% glucoamylase addition.
Characteristics of Yogurt Ice Cream Fortified with Red Dragon Fruit Puree as Anti-Obesity Functional Food Siti Susanti; Anang M. Legowo; Sri Mulyani; Yoga Pratama
Jurnal Gizi dan Pangan Vol. 17 No. 2 (2022)
Publisher : Food and Nutrition Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.594 KB) | DOI: 10.25182/jgp.2022.17.2.115-122

Abstract

This study aimed to determine the effect of Red Dragon Fruit Puree (RDP) added to yogurt ice cream on its sensory, physical and chemical characteristics as well as its anti-obesity effect on mice fed with high-fat diet. To obtain the optimal addition level, RDP was added to the yogurt-based ice cream dough in various proportions: 0 (control), 10, 20, 30, and 40%. The sensory evaluation signifies that 30% RDP addition results in the best yogurt ice cream because it produces favorable flavor, attractive color (purplish pink), and the most preferable taste for the panelist. Data on physical and chemical characteristics showed that RDP yogurt ice cream has lower overrun, total solid, fat, carbohydrate, and calorie content than non-RDP yogurt ice cream (p<0.05). The animal test identified that consumption of RDP yogurt ice cream for 14 days could reduce the mice’s (a xenograft model) body weight under normal and high-fat diet conditions (p<0.05). Thus, RDP yogurt ice cream with specific physical and chemical characteristics potentially results in anti-obesity effects in pre-clinic setting. RDP yogurt ice cream merits further studies, especially for clinical test, before the commercialization stage.
“Pengaruh Variasi Konsentrasi Sukrosa terhadap Total Bakteri Asam Laktat, pH, Aktivitas Antioksidan dan Organoleptik Kefir Sari Buah Naga Merah (Hyloreceus polyrhizus)” Septi Hardini; Yoga Pratama; Heni Rizqiati
Jurnal Teknologi Pangan Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.417 KB) | DOI: 10.14710/jtp.2018.20516

Abstract

Kefir sari buah naga merah adalah salah satu produk minuman probiotik yang berasal dari buah naga merah. Buah naga merah mengandung β karoten, vitamin E, likopen serta oligosakarida. Bakteri asam laktat menjadikan oligosakarida sebagai prebiotik. Penelitian dilakukan dengan perlakuan variasi konsentrasi sukrosa yang berbeda (0%, 3%, 6%, 9%, 12%). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sukrosa yang tepat untuk menghasilkan kefir sari buah naga yang berkualitas baik dari segi kimiawi, mikrobiologi maupun organoleptik. Parameter yang diamati adalah total bakteri asam laktat, pH, aktivitas antioksidan dan organoleptik kefir sari buah naga merah. Analisis data diolah menggunakan aplikasi SPSS. Perlakuan terbaik kefir sari buah naga merah adalah dengan penambahan sukrosa 9% dimana menghasilkan pH paling rendah dan aktivitas antioksidan paling tinggi. Penambahan sukrosa tidak berpengaruh terhadap total bakteri asam laktat. Sedangkan untuk organoleptik perlakuan penambahan 12% merupakan perlakuan yang disukai panelis.Influence of Variation of Sucrose Concentrations to Total Lactic Acid, pH, Antioxidant Activity and Organoleptic Kefir of Red Dragon Fruit Juice (Hyloreceus polyrhizus)Kefir red dragon fruit juice is one of the prebiotic drink product derived from fruits. The dragon fruits contens β karoten, vitamin E, lycopene, and oligosaccharides. Lactic acid bacteria make oligosaccharides as prebiotics. Research was done with variation of additions of different concertration of sucrose (0%, 3%, 6%, 9%, 12%). This research was cobducted to find out the right concentration of sucrose for product kefir quality in terms of chemical, microbiological and organoleptic. The parameters observed were total lactic acid bacteria, pH, antioxidant activity and organoleptic kefir red dragon fruit juice. Data analysis is processed using SPSS aplications. The best treatment of the kefir dragon fruit juice is by the addition of 9% sucrose which produces the lowest pH dan antioxidant activity the highest. The additions of sucrose no effect on total acid bacteria. As for the organoleptic treatment of additions of 12% sucrose is the most preferred treatment. 
Pengaruh Proporsi Kemangi terhadap Aktivitas Air (Aw) dan Kadar Air Kerupuk Kemangi Mentah Tsurayya Ulfah; Yoga Pratama; Valentinus Priyo Bintoro
Jurnal Teknologi Pangan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.872 KB) | DOI: 10.14710/jtp.2018.20360

Abstract

Aktivitas air (aw) dan kadar air merupakan karakteristik yang dapat menentukan kualitas kerupuk. Kerupuk kemangi adalah makanan ringan yang terbuat dari bahan baku tepung tapioka dan kemangi yang diolah dengan cara dikukus, diiris tipis, dikeringkan, kemudian digoreng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kemangi terhadap aw dan kadar air kerupuk kemangi mentah. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yaitu T1 (10% kemangi, 90% tapioka), T2 (15% kemangi, 85% tapioka), T3 (20% kemangi, 80% tapioka), dan T4 (25% kemangi, 75% tapioka). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerupuk kemangi mentah dengan perlakuan T1, T2, T3, dan T4 memiliki aw masing-masing sebesar 0,444±0,023; 0,446±0,027; 0,434±0,026; dan 0,439±0,021 serta kadar air masing-masing sebesar 8,55±0,32; 8,78±0,38; 8,74±0,32; dan 8,82±0,41. Variasi proporsi kemangi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap aw dan kadar air kerupuk kemangi mentah. Water activity (aw) and water content determine the quality of cracker. Basil cracker is snacks made from tapioca starch and basil. It is processed by steaming, slicing, drying, and deep frying. This study aimed to determine the effects of basil addition to aw and water content of raw basil cracker. Complete Randomized Design was used in this research with 4 treatments and 5 replications i.e. T1 (10% basil, 90% tapioca), T2 (15% basil, 85% tapioca), T3 (20% basil, 80% tapioca), and T4 (25% basil, 75% tapioca). The research showed that raw basil crackers had aw equal to 0,444±0,023; 0,446±0,027; 0,434±0,026; 0,439±0,021 and water content equal to 8,55±0,32; 8,78±0,38; 8,74±0,32; 8,82±0,41 for T1, T2, T3, and T4 respectively. Variation of basil proportion do not give real effects to aw and water content of raw basil crackers.
Preferensi Konsumen terhadap Bakso Analog Tepung Kacang Koro Pedang dengan Penambahan Tepung Maizena sebagai Bahan Pengikat Lisa Harmi Susanti; Yoga Pratama; Nurwantoro Nurwantoro
Jurnal Teknologi Pangan Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.679 KB) | DOI: 10.14710/jtp.2017.17290

Abstract

AbstrakBakso analog tepung kacang koro pedang merupakan bakso yang terbuat dari bahan nabati yang dibuat menyerupai dengan bakso daging atau ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat organoleptik yang meliputi warna, kekenyalan, kelengketan, aroma dan kesukaan overall dari bakso analog yang terbuat dari bahan tepung serat dan protein kacang koro pedang dengan penambahan tepung maizena sebagai bahan pengikat. Percobaan dalam penelitian ini menggunakan metode Analisis Deskriptif Kuantitatif (Quantitive Descriptive Analysis) yang dianalisa dengan spiderweb dan pengujian hedonik dengan analisa Kruskal-Wallis Test. Perlakuan penelitian adalah T0 =  TKKP 90% dan tepung maizena 10%; T1 = TKKP fraksi protein 75%, fraksi serat 15% dan tepung maizena 10%; T2 =  TKKP fraksi protein 55%, fraksi serat 35% dan tepung maizena 10%; T3 = TKKP fraksi protein 35%, fraksi serat 55% dan tepung maizena 10%; dan T4 = TKKP fraksi protein 15%, fraksi serat 75% dan tepung maizena 10%. Parameter yang diamati adalah warna, kekenyalan, kelengketan, aroma, dan kesukaan overall. Sifat organoleptik dengan deskriptif didapatkan hasil bahwa pada atribut kekenyalan, kelengketan dan aroma sangat dipengaruhi oleh konsentrasi fraksi serat, namun pada atribut warna yang mempengaruhi yaitu fraksi protein. Sifat organoleptik dengan hedonik menunjukkan bahwa formulasi yang ideal yaitu pada T4 dengan konsentrasi fraksi protein 15%, serat 75% dan tepung maizena 10%.
Pengaruh Substitusi Kacang Tanah Dengan Biji Ketapang (Terminalia cattapa) Terhadap Sifat Fisik dan Organoleptik Selai Kacang satrio yudho widhiantoro; yoga pratama; Siti Susanti
Jurnal Teknologi Pangan Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (25.945 KB) | DOI: 10.14710/jtp.2019.23408

Abstract

Selai kacang merupakan salah satu produk olahan dengan bahan dasar kacang yang paling populer di dunia. Di Indonesia, konsumsi kacang tanah masih lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah produksinya, sehingga diperlukan peningkatan produksi ataupun diversifikasi dengan bahan lain yang memiliki sifat baik fisik ataupun kimiawi yang menyerupai kacang. Salah satu bahan yang memiliki kemiripan dengan kacang adalah biji ketapang (Terminalia catappa). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan substitusi kacang tanah dengan menggunakan biji ketapang terhadap sifat kimiawi selai kacang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor taraf substitusi kacang dengan biji ketapang yaitu T0=0%, T1=5%, T2=10% T3=15%, dan T4=20%. Parameter yang diamati adalah kadar air, nilai aW, kadar lemak dan kadar protein. Data kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA dengan taraf signifikansi 5% dan jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan substitusi kacang dengan biji ketapang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air, nilai aW, kadar lemak dan kadar protein dari selai kacang. Sehingga secara kimiawi, dapat dikatakan substitusi dapat dilakukan hingga taraf 20%.