Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Bioinsecticides Production by Bacillus thuringiensis subsp. aizawai using Agroindustrial by-Product in Solid Fermentation Kirana Sanggrami Sasmitaloka; Titi Candra Sunarti; Mulyorini Rahayuningsih
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v13n1.2016.1-10

Abstract

Bacillus thuringiensis subsp. aizawai is one of well-known bioinsectiside resources, and utilized in organic farming for the replacement of chemical insecticide. The active compounds produced from fermentation process of B. thuringiensis subsp. aizawai are bacterial spores and protein crystal of δ-endotoxins, which are variously toxic to larvae of the Lepidoptera and Coleoptera. The use of bioinsecticides in Indonesia is still rarely because bioinsecticide marketed in Indonesia is still an import product so that price is relatively expensive. This problem can be overcome with producing bioinsecticide contain active B. thuringiensis using agroindustrial by product as a raw materials. This research compared the bioinsecticide production from several agroindustrial by product in solid fermentation of B. thuringiensis subsp. aizawai. This research aimed to find out the ability of B. thuringiensis subsp. aizawai using substrate combination of carbon source (cassava dregs, pulp of coffee, starch fractions of iles-iles, and sago dregs) and nitrogen source (tofu’s waste, peanut meal, palm kernel cake, and corn hominy) in bioinsecticides production using solid media cultivation. The research consisted of three stages, there were substrates characterization, microorganisms characterization, and bioinsecticides production. The main parameters to select the carbon and nitrogen sources are LC50 value and potential bioinsecticides products. The results showed that the best cultivation of B. thuringiensis subsp. aizawai contained in combination cassava dregs and palm kernel cake blends. This cultivation produced total cell counts 11.2 log CFU/g, viable spore counts 8.9 log CFU/g, LC50 0.04 μg/ ml and potential products 20000 IU/mg. Biopesticide produced can be used to kill Crocidolomia binotalis on cabbage. PRODUKSI BIOINSEKTISIDA OLEH Bacillus thuringiensis subs. aizawai PADA KULTIVASI MEDIA PADAT MENGGUNAKAN LIMBAH AGROINDUSTRI Bacillus thuringiensis subsp. aizawai merupakan salah satu bakteri yang digunakan untuk menghasilkan bioinsektisida dan digunakan pada pertanian organik untuk menggantikan pemakaian insektisida kimia. Komponen aktif yang diproduksi dari proses fermentasi B. thuringiensis subsp.aizawai adalah spora dan kristal protein δ-endotoksin, yang bersifat toksin terhadap larva Lepidoptera dan Coleoptera. Penggunaan bioinsektisida di Indonesia masih jarang karena biasanya berupa produk impor yang harganya mahal. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan memproduksi bioinsektisida menggunakan bahan aktif B. thuringiensis dan hasil samping agroindustri sebagai bahan baku. Penelitian ini bertujuan mengkaji kemampuan produksi B. thuringiensis subsp. aizawai pada beberapa jenis substrat sumber C (onggok, kulit kopi, fraksi pati iles-iles, dan ela sagu) dan sumber N (ampas tahu, bungkil kacang tanah, bungkil inti sawit, dan ampok jagung) dalam memproduksi bioinsektisida dari limbah agroindustri. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu karakterisasi substrat, karakterisasi isolat dan produksi bioinsektisida. Parameter utama untuk menetapkan sumber karbon dan nitrogen yang tepat adalah nilai LC50 dan potensi produk bioinsektisida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bioinsektisida yang terbaik terdapat pada kultivasi B. thuringiensis subsp. aizawai menggunakan kombinasi onggok dan bungkil inti sawit. Pada kultivasi ini dihasilkan jumlah sel hidup 11.2 log CFU/g, jumlah spora 8.9 log CFU/g, nilai LC50 0.04 μg/ ml dan potensi bioinsektisida 20000 IU/mg. Bioinsektisida yang dihasilkan dapat digunakan untuk membasmi larva Croccidolomia binotalis pada tanaman kubis.
Karakteristik Fisikokimia Dan Organoleptik Kacang Hijau Instan Dengan Teknologi Pembekuan Ermi Sukasih; Kirana Sanggrami Sasmitaloka; Sri Widowati
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v17n1.2020.37-47

Abstract

Kacang hijau memiliki tekstur yang sangat keras sehingga membutuhkan waktu pemasakan yang cukup lama. Kacang hijau instan diharapkan dapat menjadi solusi karena mampu mengurangi waktu rehidrasi menjadi lebih singkat. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan suhu dan waktu pembekuan yang tepat untuk menghasilkan kacang hijau instan yang baik. Penelitian terdiri dari dua tahap, tahap pertama untuk menentukan lama perendaman dan waktu pemasakan yang optimal, sedangkan tahap kedua adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu pembekuan terhadap karakteristik fisiko kimia kacang hijau instan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial, dengan dua perlakuan, yaitu suhu pembekuan (-4,-12, dan -20°C) dan lama pembekuan (8, 16, dan 24 jam) dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses optimal dalam produksi kacang hijau instan yaitu perendaman dengan sodium sitrat 5% selama 3 jam dengan waktu pemasakan menggunakan panci bertekanan (10,29 Psi, 110°C), selama 3 menit. Suhu dan waktu pembekuan berpengaruh nyata terhadap tekstur, jumlah biji pecah, waktu rehidrasi, kadar air, protein dan karbohidrat pada selang kepercayaan 5%, sedangkan terhadap densitas kamba dan kadar abu tidak signifikan. Kacang hijau instan terbaik adalah dengan suhu pembekuan -4°C, selama 24 jam. Kacang hijau instan ini memiliki karakteristik waktu rehidrasi 7,4 menit, jumlah biji pecah 10,47%, hardness 125,3 g/f dan densitas kamba 0,68 g/ml. Kacang hijau instan ini memiliki kadar air 6,67%, kadar abu 3,21% (bk), protein 24,47% (bk), karbohidrat 69,31% (bk), vitamin B12 131,74 ppm dan serat pangan sebesar 19,26%. Hasil uji sensori menunjukkan bahwa panelis menyukai warna dan tekstur dari kacang hijau instan. Physicochemical and Sensory Characteristics of Instant Mung Beans with Freezing Technology.Mung beans have a very hard texture that requires a long cooking time. Instant mung beans are expected to be a solution because they can reduce the cooking time to be shorter. This research aims to obtain the optimum temperature and freezing time to produce good instant mung beans. The study consisted of two stages, the first stage was to determine the optimal soaking and cooking time process, and the second stage was to determine the effect of freezing temperature and duration on the physicochemical characteristics of instant mung beans. The experiment was used as a Randomized Complete Design (CRD) with treatments of freezing temperature (-4, -12, and -20°C) and duration (8, 16, and 24 hours), with three replications. The results showed that the optimal process in the production of instant mung beans was by soaking of 5% sodium citrate for 3 hours and cooking with 10.29 Psi and 110°C of temperature, for 3 minutes. The temperature of freezing and duration were significantly different for the texture, the number of broken seeds, cooking time, water content, protein, and carbohydrate (p<0.01), while bulk density and ash content were not significant (p<0.01). The best temperature and freezing time for instant mung bean was -4°C for 24 hours. Characteristics of instant mung bean produced were cooking time of 7.4 minutes, the number of broken seeds of 10.47%, the hardness of 125.3 g/f, and a density of 0.68 g/ ml. These product contain of water 6.67%, ash 3.21% (dB), protein 24.47% (dB), carbohydrate 69.31% (dB), vitamin B12 131.74 ppm and dietary fiber 19.26%. The sensory characteristics showed that panelists liked the color and texture of instant mung beans.
PRODUKSI ASAM SITRAT OLEH Aspergillus niger PADA KULTIVASI MEDIA CAIR Kirana Sanggrami Sasmitaloka
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 6 NOMOR 3 JUNI 2017
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.965 KB) | DOI: 10.36055/jip.v6i3.1747

Abstract

Asam sitrat merupakan asam organik yang banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik, pertanian, dan kimia. Asam sitrat dapat diproduksi melalui proses fermentasi mikroorganisme penghasil asam sitrat. Aspergilus niger merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan pada proses produksi asam sitrat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses produksi asam sitrat oleh Aspergillus niger menggunakan kultivasi media cair. Pengamatan dilakukan terhadap pH, biomassa, gula sisa (substrat sisa), absorbansi, total asam dan rendemen (yield) yang dihasilkan. Sumber karbon yang digunakan adalah gula pasir, sedangkan sumber nitrogen yang digunakan adalah (NH4)2SO4. Hasil penelitian menunjukkan produksi asam sitrat maksimum sebesar 11,904 g/l pada hari ke-4, laju pertumbuhan spesifik maksimum sebesar 0,03 hari-1, Yp/x adalah 1,881 g asam sitrat/g biomassa, Yp/s adalah 1,881 g asam sitrat/ppm substrat, dan Yx/s adalah 0,016 g biomassa/ppm substrat.
KARAKTERISTIK MUTU GELATIN CEKER AYAM SEBAGAI ALTERNATIF GELATIN HALAL Miskiyah - Miskiyah; Kirana Sanggrami Sasmitaloka; Elmi Kamsiati; Juniawati Juniawati; Agus Budiyanto
JURNAL STANDARDISASI Vol 22, No 3 (2020)
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v22i3.850

Abstract

Gelatin merupakan bahan tambahan pangan asal hewani yang peranannya cukup penting dalam proses produksi pangan yang berfungsi sebagai pengemulsi, penstabil, memperbaiki tekstur produk pangan, dan pengental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mutu gelatin ceker ayam yang diekstraksi dengan perlakuan kombinasi basa dan asam. Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan jenis pelarut ekstraksi: Perendaman pada NaOH 0,2% dan asam asetat 5% (A); Perendaman pada NaOH 0,1% dan asam sitrat 5% (B); dan Perendaman pada NaOH 1% dan Asam sitrat 5% (C). Analisis produk gelatin meliputi kadar lemak, kadar protein, kekuatan gel, pH,dan kandungan logam. Penggunaan pelarut asam dan basa untuk menghidrolisis ceker ayam menghasilkan gelatin dengan karakteristik mutu yang berbeda nyata (p<0,05). Proses produksi gelatin menggunakan perlakuan perendaman NaOH 0,2% dan asam asetat 5% menunjukkan karakteristik yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.Gelatin tersebut mempunyai karakteristik yang memenuhi standar SNI gelatin (06-3735:1995) dan lebih baik dibandingkan gelatin komersial.