Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

REVIEW: EFEK TANAMAN OBAT PADA BIODISTRIBUSI DAN RADIOLABELING SENYAWA RADIOFARMAKA GITA WIDI SETYOWATI; HOLIS ABDUL HOLIK
Farmaka Vol 17, No 1 (2019): Farmaka (Supplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.699 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i1.22185

Abstract

Radiofarmaka merupakan salah satu modifikasi obat-obatan yang dapat digunakan sebagai agen terapi dan diagnostik pada beberapa penyakit. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa radiofarmaka dapat dipengaruhi oleh adanya tanaman obat dalam tubuh. Hal-hal yang dapat dipengaruhi oleh tanaman obat, yaitu biodistribusi, radiolabeling, dan farmakokinetik dari radiofarmaka melalui interaksi antarobat dengan mekanisme yang berbeda-beda. Adanya tanaman obat dalam tubuh dapat mengubah biodistribusi, radiolabeling, dan penyerapan radiofarmaka dalam tubuh. Dengan perubahan tersebut dapat terjadi kesalahan diagnosis dan terapi. Dalam review ini, akan dijelaskan mengenai tanaman obat yang dapat memengaruhi biodistribusi, radiolabeling, dan penyerapan radiofarmaka dengan mekanisme yang berbeda. Dari beberapa penelitian yang ada, interaksi antarobat tersebut dapat berupa interaksi dengan protein dalam sel darah merah di situs pengikatan yang sama, aksi dengan ion pertechnetate dan stannat, serta reaksi oksidasi dari sifat antioksidan tanaman obat. Tanaman obat tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan biodistribusi, radiolabeling, dan penyerapan radiofarmaka dalam tubuh. Oleh karena itu, dibutuhkan pencegahan mengenai penggunaan radiofarmaka dengan tanaman obat yang bersamaan pada penerapan diagnosis maupun terapi.Kata kunci: radiofarmaka, tanaman obat, biodistribusi, radiolabeling, dan penyerapan.
GALLIUM-68 dan PENGKHELAT GALLIUM-68 SEBAGAI AGEN RADIOFARMAKA TARGET SPESIFIK UTARI YULIA ALFI; HOLIS ABDUL HOLIK
Farmaka Vol 17, No 2 (2019): Farmaka (Agustus)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (969.562 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i2.22081

Abstract

Gallium-68 adalah radioisotop pemancar positron yang dihasilkan dari generator 68Ge / 68Ga yang mudah digunakan dan meniadakan kebutuhan siklotron. Peptida berlabel Gallium-68 telah diakui sebagai kelas baru radiofarmasi yang menunjukkan lokalisasi target yang cepat. Penggunaan pengkhelat 68Ga juga membantu dalam spesifik target. 68Ga-DOTATOC, 68Ga-DOTATATE, 68Ga-DOTANOC, adalah radiofarmaka paling terkemuka yang saat ini digunakan untuk pencitraan berbagai subtipe reseptor somatostatin yang diekspresikan secara berlebihan pada banyak tumor neuroendokrin. Telah ada peningkatan luar biasa dalam jumlah studi klinis dengan 68Ga selama beberapa tahun terakhir di seluruh dunia. Dengan latar belakang itu, ulasan ini akan fokus pada aplikasi klinis radiofarmaka berbasis 68Ga.
PENGARUH JPH203 SEBAGAI INHIBITOR LAT1 DALAM TERAPI KANKER Yolanda Pertiwi; Holis Abdul Holik; Imam Adi Wicaksono
Farmaka Vol 17, No 1 (2019): Farmaka (Supplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.666 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i1.22142

Abstract

Radiofarmaka adalah obat yang bisa digunakan untuk diagnosis maupun terapi. Didalam radiofarmaka biasanya terkandung radioisotope yang sifatnya sangat tidak stabil sehingga akan memancarkan energy radioaktif agar mencapai bentuk stabil. Human L-type amino acid transporter 1 atau biasa disebut LAT1 merupakan asam amino esensial yang terekspresi pada sel normal, namun LAT1 ini terekspresi jauh lebih banyak pada sel kanker. Sedangkan JPH203 mempunyai kemampuan secara spesifik untuk menghambat LAT1 atau biasa disebut inhibitor, sehingga JPH203 ini biasanya digunakan dalam diagnosis maupun terapi pada kanker. Dalam beberapa penilitian membuktikan, pengobatan kanker dengan menggunakan JPH203 bisa dilakukan pada kanker mulut, kanker tiroid, osteosarcoma, dan medulloblastoma.Kata Kunci : JPH203, LAT1 inhibitor, kanker
Kemajuan Terkini dalam Radiofarmaka sebagai Agen Terapi Kanker Payudara Nur Alifa Agus; Holis Abdul Holik; Arifudin Achmad
Farmaka Vol 20, No 2 (2022): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v20i2.39356

Abstract

ABSTRAKKanker payudara merupakan salah satu kanker paling mematikan bagi wanita dan kanker dengan jumlah kasus terbanyak di Indonesia dengan persentase sebesar 18,6%. Manajemen kanker secara tradisional dilakukan berdasarkan identifikasi lesi tumor melalui tahapan pencitraan diagnostik yang kemudian diikuti dengan kemoterapi hingga pembedahan. Tetapi perawatan seperti ini terdapat adanya kerugian seperti toksisitas yang tidak sesuai target, konsentrasi obat yang rendah pada penyakit, serta adanya penetrasi obat yang terbatas. Hal tersebut menjadikan terapi dengan radiofarmaka dan radionuklida menjadi pilihan terapi yang paling disukai baru-baru ini karena memiliki toksisitas minimal dibandingkan dengan pengobatan kanker lainnya. Artikel ini bertujuan untuk merangkum penelitian-penelitian terkini mengenai radiofarmaka sebagai manajemen terapi untuk kanker payudara dalam lima tahun terakhir. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu studi tinjauan pustaka (literature review) pada sumber basis data PubMed dan Google Scholar. Dari hasil tinjauan pustaka diperoleh 19 agen terapi target dengan radiofarmaka yang telah diteliti dan menunjukkan hasil yang potensial sebagai terapi kanker payudaraKata kunci: Kanker payudara, Terapi, Radiofarmaka, Radionuklida
EVALUASI KESESUAIAN PENANGANAN PRODUK PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR DI SALAH SATU PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) X DI BANDUNG Fidi Yuliani; Ade Irma Mulyasyari; Holis Abdul Holik
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 13 No. 3 (2025): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5455/nutricia.v13i3.11352

Abstract

Pedagang Besar Farmasi (PBF) berperan penting dalam pengadaan, penyimpanan, dan distribusi obat dalam jumlah besar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PBF pusat dan cabang memiliki kewajiban untuk mengirim psikotropika dan prekursor hanya berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani oleh apoteker penanggung jawab. Dalam distribusinya, PBF harus mematuhi Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) guna memastikan kualitas, efikasi, dan keamanan obat sampai ke konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan CDOB dalam penanganan psikotropika dan prekursor di PBF X Cabang Bandung, serta memastikan kesesuaian dengan regulasi yang ada. Berdasarkan observasi langsung dan wawancara dengan apoteker penanggung jawab (APJ), PBF X Cabang Bandung telah memenuhi seluruh aspek operasional CDOB, dengan persentase kesesuaian 100% pada 19 poin aspek yang mencakup pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan dokumentasi. Hal ini menunjukkan bahwa PBF X Cabang Bandung telah melaksanakan prosedur distribusi psikotropika dan prekursor dengan sangat baik sesuai dengan peraturan yang ditetapkan, sehingga dapat dijamin bahwa kualitas obat tetap terjaga dan aman bagi konsumen.
Ketertelusuran Rantai Pasok Bahan Baku Farmasi Sebagai Upaya Peningkatan Kualifikasi dan Keamanan Pemasok Alvita Labiibah Machsus; Holis Abdul Holik
An-Najat Vol. 3 No. 1 (2025): An-Najat: Jurnal Ilmu Farmasi dan Kesehatan
Publisher : STIKes Ibnu Sina Ajibarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59841/an-najat.v3i1.2356

Abstract

The case of pediatric oral liquid formulations in Indonesia found to contain Ethylene Glycol (EG) and Diethylene Glycol (DEG) contaminants exceeding permissible limits was traced to propylene glycol excipients with inadequate supply chain traceability, resulting from pharmaceutical manufacturers' failure to implement proper supplier qualification in accordance with established standards. The aim of this study is to identify the stages in ensuring supply chain traceability and compare various national and international regulations related to supply chain traceability as part of supplier qualification. Based on the literature review conducted, it was found that there are still gaps between regulations in Indonesia and international regulations. Although regulations in Indonesia have made significant progress, there is still room for improvement and development in several areas such as risk management, evaluation systems, and documentation to enhance the safety and quality of pharmaceutical raw materials used in Indonesia.