Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PEMBENTUKAN PLANLET MUTAN TEBU TOLERAN NATRIUM KLORIDA DENGAN MUTASI DAN SELEKSI IN VITRO / Mutant Planlet Formation of Sugarcane Tolerant Sodium Chloride Through In Vitro Selection and Mutation Rossa Yunita; RR. Sri Hartati; Sri Suhesti; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v25n1.2019.37-44

Abstract

The needs of sugarcane continue to increase so extensification of farming is needed to meet the demand. However, the available land is the sub-optimal land such as saline land. For this reason, salinity tolerant varieties are needed. To used create sugarcane varieties that are tolerant to salinity stress induction mutation technology using gamma rays combined with in vitro selection using NaCl can be used. The purpose of this study was to obtain sugarcane mutant planlets which were tolerant to the salinity resulted from the induction mutations and in vitro selection. The plant material used in this study were PS862 and PSJT941 sugarcane varieties. The environmental design used in this study was a completely randomized design. This study consisted of four main stages of activity namely (1) mutation induction using gamma ray irradiation (5, 10, 15 20, 25.30 and 35 Gy) and in vitro selection on media containing NaCl; (2) bud regeneration in MS medium + BA 3 mg / l + Zeatin 0.3 mg / l + Proline 100 mg / l for sugarcane callus PS862 and MS varieties + BA 3 mg / l + Zeatin 0.1 mg / l + Proline 100 mg / l for sugarcane callus PSJT941 and (3) root induction on MS + IBA 1 mg / l. The results of this study were 122 mutant plantlets originating from the PS862 variety and 66 mutant planlets originating from PSJT941 which were tolerant to NaCl salt stress. The mutants obtained were salinity tolerant because they were able to grow on media containing NaCl. To produce a population that is salinity tolerant, it is necessary to test it in a greenhouse and in the field that is gripped by salinity.Keywords : Salt stress, iradiation, PS862, PSJT941, Saccharum sp AbstrakKebutuhan komoditas tebu terus meningkat, sehingga diperlukan ekstensifikasi untuk memenuhinya dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi. Namun demikian, lahan yang tersedia adalah lahan sub optimal seperti lahan salin, untuk itu diperlukan varietas toleran salinitas.  Untuk merakit varietas tebu yang toleran terhadap cekaman salinitas dapat mengunakan teknologi mutasi induksi dengan menggunakan sinar gamma yang dikombinasikan dengan seleksi in vitro, Sedangkan untuk menyeleksi kalus secara in vitro digunakan NaCl. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan   planlet-planlet mutan tebu toleran salinitas hasil mutasi induksi dan seleksi in vitro. Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kalus tebu varietas PS862 dan PSJT941. Rancangan lingkungan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap.  Penelitian ini yang  terdiri  atas empat tahap  kegiatan utama yaitu (1) induksi mutasi dengan menggunakan iradisi sinar gamma  (5, 10, 15 20, 25,30 dan 35 Gy) dan seleksi in vitro pada media yang mengandung NaCl;  (2) regenerasi tunas pada media MS + BA 3 mg/l + Zeatin 0,3 mg/l + Prolin 100 mg/l untuk kalus tebu varietas PS862  dan MS + BA 3 mg/l + Zeatin 0,1 mg/l + Prolin 100 mg/l untuk kalus tebu PSJT941dan (3) induksi akar pada media MS + IBA 1 mg/l. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah  122  planlet mutan  yang berasal dari varietas PS862 dan 66 planlet mutan yang berasal dari PSJT941 yang toleran cekaman garam NaCl. Mutan yang diperoleh memiliki sifat toleran salinitas karena mampu tumbuh pada media yang mengadung NaCl.  Untuk menghasilkan populasi yang toleran salinitas perlu dilakukan pengujian di rumah kaca dan di lapang yang tercekam salinitas.Kata Kunci :  Cekaman garam, iradiasi, PS862, PSJT941, Saccharum sp.
INDUKSI EMBRIO SOMATIK SEKUNDER KOPI ARABIKA DAN DETEKSI KERAGAMAN SOMAKLONAL MENGGUNAKAN MARKA SSRs / Induction of Secondary Somatic Embryos of Arabica Coffee and Detection Somaclonal Variation Using SSRs Marker Meynarti Sari Dewi Ibrahim; Rr. Sri Hartati; Reflinur Reflinur; Sudarsono Sudarsono
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v24n1.2018.11-20

Abstract

The secondary somatic embryogenesis of coffee plant can be used to propagate superior varieties, plant resulted from genetic transformation and mutation. Present study aimed to obtain the best media composition for induction of secondary somatic embryos in solid or semi-solid media, and to evaluate the possibility of somaclonal variations occurrence in the resulting plantlets. Primary somatic embryos torpedo phase of the AS2K variety were used as explant sources. Types of cytokines i.e. 2-iP (4.54 and 9.08 μM), kinetin (9.30 μM) and BAP (BAP 17.76 and 1.33 μM) and medium density (solids and semi-solid) were used as treatments. A total of 20 SSRs marker were used in molecular analysis of plantlets with 10 replication per treatment. The results showed that the media with the addition of BAP 17.76 μM resulted in the highest percentage (75.50%), the highest number of secondary somatic embryos (10.63), the tertiary, quarter and quiner somatic embryos. Number of secondary somatic embryos produced in a dense media was higher than those in the semi-solid media.. Based on molecular analysis, planlets on all treatment were relatively homogenous except on medium with 17.76 μM BAP which indicated by one allelle changing at ssrR209 locus. These findings indicated that the use of culture medium with supplemented with 9.08 μM 2-iP is advisable to induce the secondary somatic embryos due to its capacity to produce high number of somatic embryos and exhibited no somaclonal variations occurred among the plantlets.Keywords: Coffea arabica, tertiary somatic embryos, quarter somatic embryos, quiner somatic embryos, semi solid media AbstrakEmbriogenesis somatik sekunder pada tanaman kopi dapat digunakan untuk memperbanyak varietas unggul, hasil transformasi dan mutasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi media terbaik dalam menginduksi embrio somatik sekunder dalam media padat maupun semi padat, dan mengevaluasi kemungkinan terjadinya variasi somaklonal pada planlet yang dihasilkan. Eksplan yang digunakan adalah embrio somatik primer fase torpedo dari varietas AS2K. Perlakuan yang diuji adalah jenis sitokinin yaitu: 2-iP (4,54 dan 9,08 μM), kinetin (9,30 μM) dan BAP (BAP 17,76 μM dan 1,33 μM) dan kepadatan media (padat dan semi padat). Analisis molekuler menggunakan 20 primer marka SSRs dengan jumlah ulangan 10 planlet per perlakuan. Hasil penelitian memperlihatkan media dengan penambahan BAP 17,76 μM menghasilkan persentase embrio somatik sekunder tertinggi (75,50%), embrio somatik sekunder terbanyak (10,63), embrio somatik tersier, kuarter dan kuiner. Jumlah embrio somatik sekunder yang dihasilkan pada media padat lebih banyak dibandingkan semi padat. Berdasarkan analisis molekuler, planlet yang dikulturkan pada semua perlakuan relatif seragam, kecuali pada perlakuan BAP 17,76 μM yang menunjukkan telah terjadi perubahan satu alel pada lokus ssrR209. Temuan ini memperlihatkan bahwa penggunaan media kultur dengan 2-iP 9,08 μM lebih dianjurkan untuk menginduksi embrio somatik sekunder karena dapat menghasilkan jumlah embrio somatik cukup banyak dan tidak memperlihatkan adanya variasi somaklonal pada planlet yang dihasilkan.Kata kunci: Coffea arabica, embrio somatik tersier, embrio somatik kuarter, embrio somatik kuiner, media semi-padat
EFISIENSI MEDIA KULTUR DAN APLIKASI TEMPORARY IMMERSION SYSTEM PADA EMBRIOGENESIS SOMATIK KOPI ARABIKA / Efficiency of Culture Media and Aplication Temporary Immersion Systemon on Somatic Embryogenesis Arabica Coffee Meynarti Sari Dewi Ibrahim; RR. Sri Hartati; Rubiyo Rubiyo; Agus Purwito; Sudarsono Sudarsono
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v23n1.2017.45-54

Abstract

In vitro culture requires sucrose as carbon source and seaweed gel for condensing media.  The price of sucrose and agar were quite expensive, causing difficulties in plant propagation using somatic embryogenesis technique. The purpose of this study was to examine the possibility to utilize sugar and commercial agar in somatic embryogenesis of Arabica coffee. The study was conducted in the Agricultural Superior Seed Development Unit, Indonesian Center Estate Crops Research and Development from May 2013 to June 2015.The first stage, calli were transferred into regeneration  medium with tested added sucrose 35 g L-1+phytagel 2.5g L-1, and sugar 35 g L-1 +(phytagel 2.5 g L-1 or commercial agar 9 g L-1). In the second one, torpedo stage embryos transfered into media germination with examined sucrose 40 g L-1+ phytagel (2.5g L-1or 1.5g L-1), sugar40 g L-1 + (phytagel 2.5g L-1 or commercial agar 9 g L-1). The third stage,torpedos transferred into Temporary Immersion System (RITA), treatment examined sucrose and sugar.Experiments were arranged in completely randomized design with 10, 20 and 3 replication. The first stage, results showed  sugar and commercial agar couldnot substitute sucrose and phytagel on regeneration media because it can reduce calli fresh weight and number of somatic embryos. The germination stage, sugar + phytagel (2.5 and 1.5 g L-1) can still be recommended, but not for sugar + commercial agar. Sugarin RITA may be used because had no significant effect on all parameters observed.Key words : Coffea  arabika L., somatic embryogenesis, sugar, commercial agar, RITA. AbstrakPerkembangan dan pertumbuhan embriogenesis somatik memerlukan sukrosa sebagai sumber karbon, dan agar untuk memadatkan media. Harga sukrosa dan phytagel yang mahal merupakan kendala dalam perbanyakan tanaman menggunakan teknik embriogenesis somatik. Penelitian bertujuan untuk mengkaji kemungkinan penggunaan gula pasir dan agar komersial dalam embriogenesis somatik kopi Arabika. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Unit Pengembangan Benih Unggul Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia dari Mei 2013 sampai Juni 2015. Tahap pertama, kalus disubkultur pada media regenerasi. Perlakuan yang digunakan pemberian sukrosa 35 g L-1 +  phytagel2,5 g L-1dan gula pasir 35 g L-1 + (phytagel 2,5 g L-1atau agar komersial  9 g L-1). Tahap kedua, embrio fase torpedo disubkultur pada media perkecambahan. Perlakuan yang digunakan pemberian sukrosa 40 g L-1 + phytagel (2,5 g L-1 atau 1,5 g L-1),dan gula pasir 40 g L-1  + (phytagel 2,5  g L-1atau agar komersial 9 g L-1). Tahap ketiga adalah subkultur torpedo ke Temporary Immersion System (RITA). Perlakuan yang digunakan adalah pemberian sukrosa dan gula pasir. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 10, 20 dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gula pasir dan agar komersial tidak dapat menggantikan sukrosa dan phytagel pada media regenerasi kalus kopi Arabika karena dapat menurunkan bobot basah kalus dan jumlah embrio somatik. Pada media perkecambahan pemberian gula pasir + phytagel  (2,5 dan 1,5 g L-1) masih dapat direkomendasikan, tetapi tidak untuk  penggunaan gula pasir + agar komersial. Pemakaian gula pasir pada RITA dapat digunakan karena tidak memberikan hasil yang berbeda nyata untuk semua peubah yang diamati.Kata kunci : Agar komersial, Coffea arabika L., embriogensis somatik, gula pasir, RITA 
Pengaruh Sitokinin, Jenis Eksplan, dan Genotipe terhadap Embriogenesis Somatik Kakao Nur Ajijah; RR. Sri Hartati
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n2.2016.p71-82

Abstract

Information on the effect of cytokinins on cacao (Theobroma cacao L.) primary somatic embryogenesis and its interaction with explant types and genotypes is not yet known. This study aimed to evaluate the effect of cytokinins and its interaction with explant types and genotypes on cacao somatic embryogenesis. The study was conducted at tissue culture laboratory of IAARD, Bogor from April until December 2012 and October 2014 until February 2016. Three types of cytokinins i.e. kinetin (0.58, 1.16, and 2.32 μM), thidiazuron (0.01, 0.02, and 0.04 μM) and benzylaminopurine (0.55, 1.11, and 2.22 μM) in combination with 9 μM 2,4-D were tested for their effectiveness in inducing somatic embryogenesis from petals and staminoid explants of Cimanggu 1 genotype. Furthermore, three levels of kinetin (0.58, 1.16, and 2.32 μM) also in combination with 9 μM 2,4-D were evaluated for their influences on the somatic embryogenesis from petals and staminoid explants of three cacao genotypes i.e. Sulawesi 02, ICCRI 04 and Cimanggu 3. The result demonstrated that 2.32 μM kinetin and staminoids explant were more effective to induce cacao somatic embryogenesis of Cimanggu 1 genotype (7%, 0.23 embryos/explant). Additionally, there were interaction effects between the level of kinetin with explant types and genotype on the percentage of explants forming embryo at 12 weeks after culture. The highest percentage of somatic embryo formation was shown by ICCRI 04 genotype with the use of petals explant and a kinetin level of 1.16 μM (31.85%), but not significantly different from the level of kinetin 2.23 μM (25.55%). The formation of primary somatic embryos of cacao is largely determined by the type and level of cytokinins, type of explant, and genotype.
EFISIENSI MEDIA KULTUR DAN APLIKASI TEMPORARY IMMERSION SYSTEM PADA EMBRIOGENESIS SOMATIK KOPI ARABIKA / Efficiency of Culture Media and Aplication Temporary Immersion Systemon on Somatic Embryogenesis Arabica Coffee Meynarti Sari Dewi Ibrahim; RR. Sri Hartati; Rubiyo Rubiyo; Agus Purwito; Sudarsono Sudarsono
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1305.331 KB) | DOI: 10.21082/littri.v23n1.2017.45-54

Abstract

In vitro culture requires sucrose as carbon source and seaweed gel for condensing media.  The price of sucrose and agar were quite expensive, causing difficulties in plant propagation using somatic embryogenesis technique. The purpose of this study was to examine the possibility to utilize sugar and commercial agar in somatic embryogenesis of Arabica coffee. The study was conducted in the Agricultural Superior Seed Development Unit, Indonesian Center Estate Crops Research and Development from May 2013 to June 2015.The first stage, calli were transferred into regeneration  medium with tested added sucrose 35 g L-1+phytagel 2.5g L-1, and sugar 35 g L-1 +(phytagel 2.5 g L-1 or commercial agar 9 g L-1). In the second one, torpedo stage embryos transfered into media germination with examined sucrose 40 g L-1+ phytagel (2.5g L-1or 1.5g L-1), sugar40 g L-1 + (phytagel 2.5g L-1 or commercial agar 9 g L-1). The third stage,torpedos transferred into Temporary Immersion System (RITA), treatment examined sucrose and sugar.Experiments were arranged in completely randomized design with 10, 20 and 3 replication. The first stage, results showed  sugar and commercial agar couldnot substitute sucrose and phytagel on regeneration media because it can reduce calli fresh weight and number of somatic embryos. The germination stage, sugar + phytagel (2.5 and 1.5 g L-1) can still be recommended, but not for sugar + commercial agar. Sugarin RITA may be used because had no significant effect on all parameters observed.Key words : Coffea  arabika L., somatic embryogenesis, sugar, commercial agar, RITA. AbstrakPerkembangan dan pertumbuhan embriogenesis somatik memerlukan sukrosa sebagai sumber karbon, dan agar untuk memadatkan media. Harga sukrosa dan phytagel yang mahal merupakan kendala dalam perbanyakan tanaman menggunakan teknik embriogenesis somatik. Penelitian bertujuan untuk mengkaji kemungkinan penggunaan gula pasir dan agar komersial dalam embriogenesis somatik kopi Arabika. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Unit Pengembangan Benih Unggul Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia dari Mei 2013 sampai Juni 2015. Tahap pertama, kalus disubkultur pada media regenerasi. Perlakuan yang digunakan pemberian sukrosa 35 g L-1 +  phytagel2,5 g L-1dan gula pasir 35 g L-1 + (phytagel 2,5 g L-1atau agar komersial  9 g L-1). Tahap kedua, embrio fase torpedo disubkultur pada media perkecambahan. Perlakuan yang digunakan pemberian sukrosa 40 g L-1 + phytagel (2,5 g L-1 atau 1,5 g L-1),dan gula pasir 40 g L-1  + (phytagel 2,5  g L-1atau agar komersial 9 g L-1). Tahap ketiga adalah subkultur torpedo ke Temporary Immersion System (RITA). Perlakuan yang digunakan adalah pemberian sukrosa dan gula pasir. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 10, 20 dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gula pasir dan agar komersial tidak dapat menggantikan sukrosa dan phytagel pada media regenerasi kalus kopi Arabika karena dapat menurunkan bobot basah kalus dan jumlah embrio somatik. Pada media perkecambahan pemberian gula pasir + phytagel  (2,5 dan 1,5 g L-1) masih dapat direkomendasikan, tetapi tidak untuk  penggunaan gula pasir + agar komersial. Pemakaian gula pasir pada RITA dapat digunakan karena tidak memberikan hasil yang berbeda nyata untuk semua peubah yang diamati.Kata kunci : Agar komersial, Coffea arabika L., embriogensis somatik, gula pasir, RITA 
PEMBENTUKAN PLANLET MUTAN TEBU TOLERAN NATRIUM KLORIDA DENGAN MUTASI DAN SELEKSI IN VITRO / Mutant Planlet Formation of Sugarcane Tolerant Sodium Chloride Through In Vitro Selection and Mutation Rossa Yunita; RR. Sri Hartati; Sri Suhesti; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v25n1.2019.37-44

Abstract

The needs of sugarcane continue to increase so extensification of farming is needed to meet the demand. However, the available land is the sub-optimal land such as saline land. For this reason, salinity tolerant varieties are needed. To used create sugarcane varieties that are tolerant to salinity stress induction mutation technology using gamma rays combined with in vitro selection using NaCl can be used. The purpose of this study was to obtain sugarcane mutant planlets which were tolerant to the salinity resulted from the induction mutations and in vitro selection. The plant material used in this study were PS862 and PSJT941 sugarcane varieties. The environmental design used in this study was a completely randomized design. This study consisted of four main stages of activity namely (1) mutation induction using gamma ray irradiation (5, 10, 15 20, 25.30 and 35 Gy) and in vitro selection on media containing NaCl; (2) bud regeneration in MS medium + BA 3 mg / l + Zeatin 0.3 mg / l + Proline 100 mg / l for sugarcane callus PS862 and MS varieties + BA 3 mg / l + Zeatin 0.1 mg / l + Proline 100 mg / l for sugarcane callus PSJT941 and (3) root induction on MS + IBA 1 mg / l. The results of this study were 122 mutant plantlets originating from the PS862 variety and 66 mutant planlets originating from PSJT941 which were tolerant to NaCl salt stress. The mutants obtained were salinity tolerant because they were able to grow on media containing NaCl. To produce a population that is salinity tolerant, it is necessary to test it in a greenhouse and in the field that is gripped by salinity.Keywords : Salt stress, iradiation, PS862, PSJT941, Saccharum sp AbstrakKebutuhan komoditas tebu terus meningkat, sehingga diperlukan ekstensifikasi untuk memenuhinya dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi. Namun demikian, lahan yang tersedia adalah lahan sub optimal seperti lahan salin, untuk itu diperlukan varietas toleran salinitas.  Untuk merakit varietas tebu yang toleran terhadap cekaman salinitas dapat mengunakan teknologi mutasi induksi dengan menggunakan sinar gamma yang dikombinasikan dengan seleksi in vitro, Sedangkan untuk menyeleksi kalus secara in vitro digunakan NaCl. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan   planlet-planlet mutan tebu toleran salinitas hasil mutasi induksi dan seleksi in vitro. Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kalus tebu varietas PS862 dan PSJT941. Rancangan lingkungan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap.  Penelitian ini yang  terdiri  atas empat tahap  kegiatan utama yaitu (1) induksi mutasi dengan menggunakan iradisi sinar gamma  (5, 10, 15 20, 25,30 dan 35 Gy) dan seleksi in vitro pada media yang mengandung NaCl;  (2) regenerasi tunas pada media MS + BA 3 mg/l + Zeatin 0,3 mg/l + Prolin 100 mg/l untuk kalus tebu varietas PS862  dan MS + BA 3 mg/l + Zeatin 0,1 mg/l + Prolin 100 mg/l untuk kalus tebu PSJT941dan (3) induksi akar pada media MS + IBA 1 mg/l. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah  122  planlet mutan  yang berasal dari varietas PS862 dan 66 planlet mutan yang berasal dari PSJT941 yang toleran cekaman garam NaCl. Mutan yang diperoleh memiliki sifat toleran salinitas karena mampu tumbuh pada media yang mengadung NaCl.  Untuk menghasilkan populasi yang toleran salinitas perlu dilakukan pengujian di rumah kaca dan di lapang yang tercekam salinitas.Kata Kunci :  Cekaman garam, iradiasi, PS862, PSJT941, Saccharum sp.
INDUKSI EMBRIO SOMATIK SEKUNDER KOPI ARABIKA DAN DETEKSI KERAGAMAN SOMAKLONAL MENGGUNAKAN MARKA SSRs / Induction of Secondary Somatic Embryos of Arabica Coffee and Detection Somaclonal Variation Using SSRs Marker Meynarti Sari Dewi Ibrahim; Rr. Sri Hartati; Reflinur Reflinur; Sudarsono Sudarsono
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v24n1.2018.11-20

Abstract

The secondary somatic embryogenesis of coffee plant can be used to propagate superior varieties, plant resulted from genetic transformation and mutation. Present study aimed to obtain the best media composition for induction of secondary somatic embryos in solid or semi-solid media, and to evaluate the possibility of somaclonal variations occurrence in the resulting plantlets. Primary somatic embryos torpedo phase of the AS2K variety were used as explant sources. Types of cytokines i.e. 2-iP (4.54 and 9.08 μM), kinetin (9.30 μM) and BAP (BAP 17.76 and 1.33 μM) and medium density (solids and semi-solid) were used as treatments. A total of 20 SSRs marker were used in molecular analysis of plantlets with 10 replication per treatment. The results showed that the media with the addition of BAP 17.76 μM resulted in the highest percentage (75.50%), the highest number of secondary somatic embryos (10.63), the tertiary, quarter and quiner somatic embryos. Number of secondary somatic embryos produced in a dense media was higher than those in the semi-solid media.. Based on molecular analysis, planlets on all treatment were relatively homogenous except on medium with 17.76 μM BAP which indicated by one allelle changing at ssrR209 locus. These findings indicated that the use of culture medium with supplemented with 9.08 μM 2-iP is advisable to induce the secondary somatic embryos due to its capacity to produce high number of somatic embryos and exhibited no somaclonal variations occurred among the plantlets.Keywords: Coffea arabica, tertiary somatic embryos, quarter somatic embryos, quiner somatic embryos, semi solid media AbstrakEmbriogenesis somatik sekunder pada tanaman kopi dapat digunakan untuk memperbanyak varietas unggul, hasil transformasi dan mutasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi media terbaik dalam menginduksi embrio somatik sekunder dalam media padat maupun semi padat, dan mengevaluasi kemungkinan terjadinya variasi somaklonal pada planlet yang dihasilkan. Eksplan yang digunakan adalah embrio somatik primer fase torpedo dari varietas AS2K. Perlakuan yang diuji adalah jenis sitokinin yaitu: 2-iP (4,54 dan 9,08 μM), kinetin (9,30 μM) dan BAP (BAP 17,76 μM dan 1,33 μM) dan kepadatan media (padat dan semi padat). Analisis molekuler menggunakan 20 primer marka SSRs dengan jumlah ulangan 10 planlet per perlakuan. Hasil penelitian memperlihatkan media dengan penambahan BAP 17,76 μM menghasilkan persentase embrio somatik sekunder tertinggi (75,50%), embrio somatik sekunder terbanyak (10,63), embrio somatik tersier, kuarter dan kuiner. Jumlah embrio somatik sekunder yang dihasilkan pada media padat lebih banyak dibandingkan semi padat. Berdasarkan analisis molekuler, planlet yang dikulturkan pada semua perlakuan relatif seragam, kecuali pada perlakuan BAP 17,76 μM yang menunjukkan telah terjadi perubahan satu alel pada lokus ssrR209. Temuan ini memperlihatkan bahwa penggunaan media kultur dengan 2-iP 9,08 μM lebih dianjurkan untuk menginduksi embrio somatik sekunder karena dapat menghasilkan jumlah embrio somatik cukup banyak dan tidak memperlihatkan adanya variasi somaklonal pada planlet yang dihasilkan.Kata kunci: Coffea arabica, embrio somatik tersier, embrio somatik kuarter, embrio somatik kuiner, media semi-padat