Conny Surudani
Politeknik Negeri Nusa Utara

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

USIA DAN RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA BERISIKO TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI KAMPUNG PETTA SELATAN Jelita Siska Herlina Hinonaung; Iswanto Gobel; Meistvin Welembutu; Conny Surudani
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 2 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.313 KB)

Abstract

salah satu problem masalah kesehatan utama di negara maju adalah penyakit jantung koroner (PJK). Setiap 40 detik terdapat 1 orang meninggal akibat PJK di dunia (AHA, 2017). Di Indonesia PJK menempati urutan pertama penyakit kardiovaskular. Prevalensi PJK di Indonesia sebesar 1,5 persen yang terdiagnosis. Di Sulawesi Utara prevalensi PJK sebesar 1,7 persen atau diperkirakan sebesar 11,892 orang. Tujuan: mengetahui usia dan riwayat penyakit keluarga berisiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Metode: desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 32 responden yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berada pada kelompok umur 45-54 tahun sebanyak 14 responden (44 Persen), tidak ada riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung koroner sebanyak 28 responden (88 persen), tidak ada riwayat keluarga hipertensi sebanyak 20 responden (63 persen), tidak memiliki riwayat diabetes mellitus sebanyak 30 responden (30 persen). Kesimpulan: umur, riwayat keluarga penyakit jantung koroner, riwayat keluarga hipertensi, riwayat keluarga diabetes mellitus tidak berisiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK). Saran: perlu untuk memeriksakan diri secara teratur karena penyakit jantung koroner dapat menyebabkan kematian.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RUANGAN ANGGREK RSD LIUN KENDAGE TAHUNA Ira Besinung; astri juwita mahihody; conny surudani
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 3 No 1 (2019): Jurnal Imiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sering terjadi pada anak balita disebabkan sistem pertahanan tubuh anak yang rendah. Inflamasi pada anak dengan ISPA dapat menyebabkan terjadinya penyempitan jalan napas sehingga anak mengalami gangguan oksigenasi. Tujuan: Diketahuinya asuhan keperawatan gangguan kebutuhan oksigenasi pada anak dengan infeksi saluran pernapasan akut. Metode: Studi Kasus dengan pendekatan proses keperawatan, dengan subyek penelitian yaitu satu pasien anak yang didiagnosis ISPA. Hasil: Keluarga pasien mengatakan anaknya mengalami batuk berlendir dan mengalami kesulitan mengeluarkan lendir, N 120x/m, RR 32x/menit, dan SB 38oC. Implementasi berupa mengukur TTV, mengkaji batuk klien, menganjurkan minum air hangat, dan mengatur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi. Kesimpulan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari maka ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi. Saran: Sangat diharapkan bagi masyarakat khusus orang tua, untuk lebih berperan dalam mengatasi masalah kesehatan anak terutama ISPA. Background: Acute respiratory infections (ARI) often occur in children under five due to the child's low immune system. Inflammation in children with ARI can cause narrowing of the airway so that children experience oxygenation disorders. Objective: Identification of nursing care in children with acute respiratory infection in fulfilling oxygen needs. Methods: A case study with a nursing process approach, with research subjects being one child client diagnosed with ARI. Result: The client family said his child had a slimy cough and had difficulty passing mucus, HR 120x / m, RR 32x / m, and BT 38oC. Implementation involves measuring vital signs, assessing the client cough, encouraging drinking warm water, and adjusting the client position to maximize ventilation. Conclusion: After taking nursing intervention for three days, the ineffectiveness of the airway clearance can be overcome. Suggestion: It was desirable for the community specifically parents, to have more role in overcoming child health problems especially ARI.
HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI KAMPUNG PETTA SELATAN Jelita Siska Herlina Hinonaung; Iswanto Gobel; Meistvin Welembuntu; conny surudani
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 3 No 2 (2019): Jurnal Imiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di dunia setiap 40 detik terdapat satu orang meninggal akibat penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) menempati urutan pertama penyakit kardiovaskuler di Indonesia. Faktor risiko PJK yaitu faktor risiko yang dapat dikurangi, diperbaiki atau dimodifikasi dan faktor risiko yang bersifat alami atau tidak dapat dicegah. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko yang tidak dapat diubah sedangkan Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu faktor yang dapat dimodifikasi. Adanya faktor risiko menyebabkan seseorang akan menderita penyakit jantung koroner. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian tentang faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Tujuan: mengetahui jenis kelamin dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berisiko terhadap kejadian Penyakit Jantung Koroner. Metode: Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 32 responden yang diambil secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (59 persen) dan IMT dalam kategori normal (53 persen). Kesimpulan: jenis kelamin dan IMT tidak berisiko menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner. Saran: Diharapkan masyarakat adanya kesadaran untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan secara teratur. In the world every 40 seconds there be one person dying from coronary heart disease. Coronary heart disease (CHD) ranks first in cardiovascular disease in Indonesia. CHD risk factors are risk factors that can be reduced, corrected or modified and risk factors that are natural or cannot be prevented. Gender is one of the risks factors that cannot be changed while Body Mass Index (BMI) is one of the factors that can be modified. The existence of risk factors causes a person will suffer from coronary heart disease. Therefore, it is important to conduct research on risk factors that can cause coronary heart disease. Objective: To determine sex and body mass index (BMI) at the risk of coronary heart disease. Method: This research design used cross-sectional with a sample size of 32 respondents taken in total sampling. The results showed the majority of respondents were female (59 percent) and BMI in the normal category (53 percent). Conclusion: Gender and BMI have no risk of causing coronary heart disease. Suggestion: Hoped that the community will have awareness to check themselves into health facilities regularly.