Noir Primadona Purba
Universitas Padjadjaran

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Perikanan Kelautan

Pergerakan Larva Karang (Planula) Acropora Di Kepulauan Seribu, Biawak, dan Karimunjawa Berdasarkan Kondisi Oseanografi Vega K. Nurulita; Noir Primadona Purba; Yeni - Mulyani; Syawaludin Alisyahbana Harahap
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 9, No 2 (2018): Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. IX No. 2 /Desember 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (670.189 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pergerakan planula Acropora Kepulauan Seribu, Biawak, dan Karimunjawa berdasarkan kondisi oseanografi (arus, batimetri, dan pasang surut) Laut Jawa. Metode yang digunakan adalah simulasi hidrodinamika (HD) dan particle tracking (PT) yang dilakukan pada bulan Januari, April, Oktober, dan November 2016. Area penelitian meliputi 6 pulau di bagian timur Kepulauan Seribu; Pulau Biawak, Gosong, dan Candikian; dan 6 pulau di bagian barat Kepulauan Karimunjawa. Semua pulau mewakili zona inti, perlindungan, pemanfaatan, dan pemukiman. Data yang digunakan adalah data hidrodinamika yaitu angin, pasang surut, dan batimetri serta data partikel yaitu berat dan flux planula. Hasil simulasi model HD menunjukkan pergerakan arus di area model memiliki pengaruh yang kuat dari pasang surut dengan pola yang bolak-balik. Kecepatan arus berubah-ubah seiring kondisi air laut saat pasang dan surut. Hasil simulasi model PT menunjukkan pergerakan planula di Kepulauan Seribu memiliki pola bergerak ke utara dan selatan dengan pergerakan terjauh adalah 7,89 km; di Kepulauan Biawak polanya bergerak ke tenggara dan barat laut dengan pergerakan terjauh 5,93 km; di Kepulauan Karimunjawa polanya bergerak ke timur dan barat dengan pergerakan terjauh 9,32 km. Wilayah yang potensial untuk pertumbuhan planula adalah Pulau Tondan Barat, Tondan Timur, dan Menjangan Besar sehingga ketiga pulau yang termasuk zona pemanfaataan ini dapat dimanfaatkan untuk rehabilitasi atau direkomendasikan menjadi zona inti. Kepulauan Biawak yang merupakan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) memiliki Pulau Biawak sebagai daerah potensial pertumbuhan karang dan dapat dijadikan wilayah rehabilitasi.
POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN PADA KASUS PEMBENTUKAN TANAH TIMBUL PULAU PUTERI KABUPATEN KARAWANG Andi W. Dwinanto; Noir Primadona Purba; Syawaludin Alisyahbana Harahap; Mega Laksmini Syamsudin
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 8, No 2 (2017): Jurnal Perikanan dan Kelautan
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (897.946 KB)

Abstract

         Tanah timbul adalah salah satu fenomena yang diakibatkan oleh pengendapan sedimen. Keberadaan tanah timbul akan menyebabkan perubahan pola sirkulasi arus dimana akan menyebabkan perubahan kecepatan arus dan gelombang, sedimentasi maupun kedalaman. Perubahan sirkulasi arus menyebabkan efek yang berantai terhadap suatu ekosistem. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola pasang surut, karakteristik pola arus, dan transpor sedimen sebelum dan sesudah Pulau Puetri terbentuk. Hasil penelitian karakteristik pola arus perairan Pulau Puteri sebelum terbentuk saat surut terendah dengan kecepatan arus tertinggi berkisar antara 0,266 hingga 0,293 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah timur dan arah barat menuju utara pantai Cikiong. Pada saat pasang tertinggi, kecepatan arus tertinggi berkisar di antara 0,32 hingga 0,346 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah barat menuju timur pantai Cikiong. Karakteristik pola arus perairan Pulau Puteri setelah terbentuk saat surut terendah dengan kecepatan arus tertinggi berkisar di atas 0,373 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah selatan menuju utara Pulau Puteri. Pada saat pasang tertinggi, kecepatan arus tertinggi berkisar di antara 0,346 hingga 0,373 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah selatan dan barat bergerak menuju arah timur Pulau Puteri. Pengendapan sedimen tertinggi pada saat sebelum Pulau Puteri terbentuk berada di sekitar area muara sungai, sedangkan pengendapan sedimen tertinggi pada saat setelah Pulau Puteri terbentuk berada di sekitar selatan Pulau Puteri.
KONDISI THERMAL FRONT DITINJAU DARI EL NIÑO, DAN ARLINDO DI PERAIRAN SELATAN JAWA TIMUR DAN BALI PADA MUSON TIMUR Ayu Libiaty Ahmad; Mega Laksmini Syamsudin; Noir Primadona Purba
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Perikanan dan Kelautan Unpad
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh El Niño   terhadap pembentukan thermal front di perairan selatan Jawa Timur dan Bali dan hubungannya dengan ARLINDO. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah SPL yang berasal dari AquaMODIS, Indeks Nino 3.4 yang berasal dari CPC NOAA, dan Arus Geostrofik dari AVISO. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan analisis secara spasial dan temporal. Front dideteksi pada data citra raster SPL menggunakan algoritma Cayulla Cornilon 1992 dengan kategori kuat dengan perbedaan SPL >= 0.5 OC dan lemah dengan perbedaan SPL 0.3 – 0.49 OC. Hasil penelitian menunjukan front yang terbentuk di perairan selatan Jawa dan Bali merupakan front sementara dengan kekuatan lemah dan kuat. Adanya fenomena El Niño berpengaruh terhadap pembentukan thermal front dimana lebih banyak terbentuk pada saat El Niño daripada keadaan normal dan El Niño ini berpengaruh terhadap transpor ARLINDO.
ANALISIS PERUBAHAN GEOMORFOLOGI DASAR LAUT AKIBAT PENAMBANGAN PASIR LAUT DI PERAIRAN TIMUR PULAU KARIMUN BESAR PROVINSI KEPULAUAN RIAU Isnaini Sofiyani; Ankiq Taofiqurrohman; Noir Primadona Purba
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 3, No 4 (2012)
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan geomorfologi dasar laut dan volume pasir laut yang ditambang di wilayah Perairan Timur Pulau Karimun Besar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pasang surut, kedalaman, peta batimetri, sebaran sedimen, wilayah kuasa penambangan, dan rekaman seismik. Metode yang digunakan adalah metode observasi, dengan cara pengumpulan data. Data dianalisis secara deskriptif, dengan membandingkan tiga tahun pengukuran batimetri, analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), analisis rekaman seismik, dan studi pustaka. Terjadi perubahan geomorfologi dasar laut akibat penambangan pasir laut, yang ditunjukkan dengan morfologi dasar laut yang tidak beraturan dan terjadi perubahan kedalaman sekitar 5-30 meter selama tahun 1955, 1998, dan 2005. Volume pasir laut yang ditambang pada tahun 1955 sampai dengan 1998 adalah 26.672.232,82 m3 dan pada tahun 1998 sampai dengan 2005 terjadi kenaikan yang signifikan, hingga mencapai jumlah sebanyak 62.580.425,44 m3.
Variabilitas Lapisan Termoklin Terhadap Kenaikan Mixed Layer Depth (MLD) di Selat Makassar Maria F Hutabarat; Noir Primadona Purba; Sri Astuty; Mega Laksmini Syamsudin; Anastasia R.T.D Kuswardani
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 9, No 1 (2018): Jurnal Perikanan Dan Kelautan Vol. IX No. 1 /Juni 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1535.601 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi suhu, MLD, variabilitas ENSO, dan arus yang mempengaruhi lapisan termoklin di Selat Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis temporal dan spasial serta deskriptif komparatif sehingga menghasilkan output berupa profil suhu vertikal. Suhu rata-rata pada kedalaman 0-500 m mencapai 25,8 dengan kisaran suhu 6,64-33,81. Pada tahun 2015 lapisan termoklin terbentuk pada kedalaman 50-400 m dengan kisaran suhu 9-28. Pada tahun 2016 lapisan termoklin mulai terbentuk pada kedalaman 50-300 m dengan kisaran suhu 9-27. Kedalaman MLD pada daerah tenggara Selat Makassar lebih tinggi. Kekuatan arus terkuat terjadi selama musim Barat dengan kecepatan rata-rata 0,06 m/s kearah selatan dan barat. El Nino terjadi pada November 2014 sampai Mei 2016 dengan El Nino terkuat pada 2015 menyebabkan nilai MLD kecil yaitu sebesar 50,30 m. Pada Agustus sampai Desember 2016 terjadi La Nina yang menyebabkan nilai MLD meningkat.
Kondisi Arus dan Variabilitas Suhu Permukaan Laut pada Musim Barat dan Kaitannya dengan Distribusi Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacores) Di Perairan Selatan Jawa Barat Febrry A. Putra; Zahidah Hasan; Noir Primadona Purba
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 7, No 2 (2016): Jurnal Perikanan dan Kelautan
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi arus dan variabilitas suhu terhadap hasil tangkapan ikan Tuna sirip kuning di daerah selatan Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan melihat kondisi arus dan variabilitas suhu di perairan selatan Jawa Barat pada musim barat selama tahun 2009-2013. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data arus dan suhu selama masa penelitian disertakan dengan data hasil tangkapan pada waktu yang sama. Data arus dan suhu permukaan laut didapatkan dari website opensource. Data kemudian diolah menggunakan software berbasis informasi geografis untuk melihat pola sebaran arus dan suhu. Data yang sudah diolah kemudian digunakan untuk perhitungan korelasi menggunakan persamaan korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan antara kondisi arus dan suhu permukaan laut memiliki hubungan yang lemah terhadap hasil tangkapan ikan Tuna Sirip Kuning dengan nilai korelasi sebesar 0,04552.