Noir Primadona Purba
Universitas Padjadjaran

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Variabilitas Angin dan Gelombang Laut Sebagai Energi Terbarukan di Pantai Selatan Jawa Barat Noir Primadona Purba
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1129.332 KB)

Abstract

Wilayah selatan Jawa Barat yang langsung berhubungan dengan samudra Hindia memiliki potensi pengembangan energi yang berasal dari angin dan gelombang laut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif pemenuhan energi yang berasal dari minyak bumi dan batubara. Pola angin dan gelombang memiliki hasil tunggang yang besar dimana pola kecepatan angin berkisar antara 5,305 – 12,604 m/s. Ketinggian gelombang dalam satu tahun didapatkan pada bulan Maret yaitu antara 1,95m sampai dengan 3,1m dan yang terkecil didapatkan pada bulan Februari yaitu antara 0,54m sampai dengan 1,04m. Nilai tunggang yang besar ini dikarenakan pola angin maupun gelombang mengikuti pola musiman (triwulan) akibat monsunal.
Kondisi Perairan Teluk Ekas Lombok Timur pada Musim Peralihan Friska F. Marpaung; Widodo S. Pranowo; Noir Primadona Purba; Lintang Permata Sari Yuliadi; Mega Laksmini Syamsudin; Nur A. R. Setyawidati
Jurnal Akuatika Vol 6, No 2 (2015): Jurnal Akuatika Vol. VI. No. 2/September 2015
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.907 KB)

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan semi-tertutup dari karakteristik fisika dan kimia. Penelitian dilaksanakan pada Musim Peralihan di Teluk Ekas, Lombok Timur, Indonesia. Lokasi perairan Teluk Ekas, Lombok Timur dilewati arus dari Samudera Pasifik yang menuju Selat Lombok dan di perairan teluk ditemukan dua muara sungai, yaitu Muara Sungai Awang dan Kelongkong serta banyaknya kegiatan budidaya biota pada perairan. Metode yang digunakan dengan pengambilan data lapangan secara langsung, pengolahan, visualisasi dan analisisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai DO berkisar 5 mg/l,[ZH1]  nilai kecerahan yang cukup optimal berkisar antara 0,391-18,5 meter, pH berkisarantara 8-9, salinitas berkisar antara 34-36 psu, suhu yang diperolehberkisarantara 28-30oC. Hasil ini menunjukkan bahwa perairan Teluk Ekas dipengaruhi oleh massa air yang berasal dari laut (atau daratan). Kemudian analisis terhadap kondisi kualitas air menunjukkan bahwa wilayah ini masih sesuai dengan standar baku Kementerian Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004 untuk biota laut. Kata kunci: Musim Peralihan, Parameter Fisis dan Kimia, Teluk Ekas
Pergerakan Larva Karang (Planula) Acropora Di Kepulauan Seribu, Biawak, dan Karimunjawa Berdasarkan Kondisi Oseanografi Vega K. Nurulita; Noir Primadona Purba; Yeni - Mulyani; Syawaludin Alisyahbana Harahap
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 9, No 2 (2018): Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. IX No. 2 /Desember 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (670.189 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pergerakan planula Acropora Kepulauan Seribu, Biawak, dan Karimunjawa berdasarkan kondisi oseanografi (arus, batimetri, dan pasang surut) Laut Jawa. Metode yang digunakan adalah simulasi hidrodinamika (HD) dan particle tracking (PT) yang dilakukan pada bulan Januari, April, Oktober, dan November 2016. Area penelitian meliputi 6 pulau di bagian timur Kepulauan Seribu; Pulau Biawak, Gosong, dan Candikian; dan 6 pulau di bagian barat Kepulauan Karimunjawa. Semua pulau mewakili zona inti, perlindungan, pemanfaatan, dan pemukiman. Data yang digunakan adalah data hidrodinamika yaitu angin, pasang surut, dan batimetri serta data partikel yaitu berat dan flux planula. Hasil simulasi model HD menunjukkan pergerakan arus di area model memiliki pengaruh yang kuat dari pasang surut dengan pola yang bolak-balik. Kecepatan arus berubah-ubah seiring kondisi air laut saat pasang dan surut. Hasil simulasi model PT menunjukkan pergerakan planula di Kepulauan Seribu memiliki pola bergerak ke utara dan selatan dengan pergerakan terjauh adalah 7,89 km; di Kepulauan Biawak polanya bergerak ke tenggara dan barat laut dengan pergerakan terjauh 5,93 km; di Kepulauan Karimunjawa polanya bergerak ke timur dan barat dengan pergerakan terjauh 9,32 km. Wilayah yang potensial untuk pertumbuhan planula adalah Pulau Tondan Barat, Tondan Timur, dan Menjangan Besar sehingga ketiga pulau yang termasuk zona pemanfaataan ini dapat dimanfaatkan untuk rehabilitasi atau direkomendasikan menjadi zona inti. Kepulauan Biawak yang merupakan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) memiliki Pulau Biawak sebagai daerah potensial pertumbuhan karang dan dapat dijadikan wilayah rehabilitasi.
POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN PADA KASUS PEMBENTUKAN TANAH TIMBUL PULAU PUTERI KABUPATEN KARAWANG Andi W. Dwinanto; Noir Primadona Purba; Syawaludin Alisyahbana Harahap; Mega Laksmini Syamsudin
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 8, No 2 (2017): Jurnal Perikanan dan Kelautan
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (897.946 KB)

Abstract

         Tanah timbul adalah salah satu fenomena yang diakibatkan oleh pengendapan sedimen. Keberadaan tanah timbul akan menyebabkan perubahan pola sirkulasi arus dimana akan menyebabkan perubahan kecepatan arus dan gelombang, sedimentasi maupun kedalaman. Perubahan sirkulasi arus menyebabkan efek yang berantai terhadap suatu ekosistem. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola pasang surut, karakteristik pola arus, dan transpor sedimen sebelum dan sesudah Pulau Puetri terbentuk. Hasil penelitian karakteristik pola arus perairan Pulau Puteri sebelum terbentuk saat surut terendah dengan kecepatan arus tertinggi berkisar antara 0,266 hingga 0,293 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah timur dan arah barat menuju utara pantai Cikiong. Pada saat pasang tertinggi, kecepatan arus tertinggi berkisar di antara 0,32 hingga 0,346 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah barat menuju timur pantai Cikiong. Karakteristik pola arus perairan Pulau Puteri setelah terbentuk saat surut terendah dengan kecepatan arus tertinggi berkisar di atas 0,373 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah selatan menuju utara Pulau Puteri. Pada saat pasang tertinggi, kecepatan arus tertinggi berkisar di antara 0,346 hingga 0,373 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah selatan dan barat bergerak menuju arah timur Pulau Puteri. Pengendapan sedimen tertinggi pada saat sebelum Pulau Puteri terbentuk berada di sekitar area muara sungai, sedangkan pengendapan sedimen tertinggi pada saat setelah Pulau Puteri terbentuk berada di sekitar selatan Pulau Puteri.
KONDISI THERMAL FRONT DITINJAU DARI EL NIÑO, DAN ARLINDO DI PERAIRAN SELATAN JAWA TIMUR DAN BALI PADA MUSON TIMUR Ayu Libiaty Ahmad; Mega Laksmini Syamsudin; Noir Primadona Purba
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Perikanan dan Kelautan Unpad
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh El Niño   terhadap pembentukan thermal front di perairan selatan Jawa Timur dan Bali dan hubungannya dengan ARLINDO. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah SPL yang berasal dari AquaMODIS, Indeks Nino 3.4 yang berasal dari CPC NOAA, dan Arus Geostrofik dari AVISO. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan analisis secara spasial dan temporal. Front dideteksi pada data citra raster SPL menggunakan algoritma Cayulla Cornilon 1992 dengan kategori kuat dengan perbedaan SPL >= 0.5 OC dan lemah dengan perbedaan SPL 0.3 – 0.49 OC. Hasil penelitian menunjukan front yang terbentuk di perairan selatan Jawa dan Bali merupakan front sementara dengan kekuatan lemah dan kuat. Adanya fenomena El Niño berpengaruh terhadap pembentukan thermal front dimana lebih banyak terbentuk pada saat El Niño daripada keadaan normal dan El Niño ini berpengaruh terhadap transpor ARLINDO.
ANALISIS PERUBAHAN GEOMORFOLOGI DASAR LAUT AKIBAT PENAMBANGAN PASIR LAUT DI PERAIRAN TIMUR PULAU KARIMUN BESAR PROVINSI KEPULAUAN RIAU Isnaini Sofiyani; Ankiq Taofiqurrohman; Noir Primadona Purba
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 3, No 4 (2012)
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan geomorfologi dasar laut dan volume pasir laut yang ditambang di wilayah Perairan Timur Pulau Karimun Besar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pasang surut, kedalaman, peta batimetri, sebaran sedimen, wilayah kuasa penambangan, dan rekaman seismik. Metode yang digunakan adalah metode observasi, dengan cara pengumpulan data. Data dianalisis secara deskriptif, dengan membandingkan tiga tahun pengukuran batimetri, analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), analisis rekaman seismik, dan studi pustaka. Terjadi perubahan geomorfologi dasar laut akibat penambangan pasir laut, yang ditunjukkan dengan morfologi dasar laut yang tidak beraturan dan terjadi perubahan kedalaman sekitar 5-30 meter selama tahun 1955, 1998, dan 2005. Volume pasir laut yang ditambang pada tahun 1955 sampai dengan 1998 adalah 26.672.232,82 m3 dan pada tahun 1998 sampai dengan 2005 terjadi kenaikan yang signifikan, hingga mencapai jumlah sebanyak 62.580.425,44 m3.
Variabilitas Lapisan Termoklin Terhadap Kenaikan Mixed Layer Depth (MLD) di Selat Makassar Maria F Hutabarat; Noir Primadona Purba; Sri Astuty; Mega Laksmini Syamsudin; Anastasia R.T.D Kuswardani
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 9, No 1 (2018): Jurnal Perikanan Dan Kelautan Vol. IX No. 1 /Juni 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1535.601 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi suhu, MLD, variabilitas ENSO, dan arus yang mempengaruhi lapisan termoklin di Selat Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis temporal dan spasial serta deskriptif komparatif sehingga menghasilkan output berupa profil suhu vertikal. Suhu rata-rata pada kedalaman 0-500 m mencapai 25,8 dengan kisaran suhu 6,64-33,81. Pada tahun 2015 lapisan termoklin terbentuk pada kedalaman 50-400 m dengan kisaran suhu 9-28. Pada tahun 2016 lapisan termoklin mulai terbentuk pada kedalaman 50-300 m dengan kisaran suhu 9-27. Kedalaman MLD pada daerah tenggara Selat Makassar lebih tinggi. Kekuatan arus terkuat terjadi selama musim Barat dengan kecepatan rata-rata 0,06 m/s kearah selatan dan barat. El Nino terjadi pada November 2014 sampai Mei 2016 dengan El Nino terkuat pada 2015 menyebabkan nilai MLD kecil yaitu sebesar 50,30 m. Pada Agustus sampai Desember 2016 terjadi La Nina yang menyebabkan nilai MLD meningkat.
Kondisi Arus dan Variabilitas Suhu Permukaan Laut pada Musim Barat dan Kaitannya dengan Distribusi Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacores) Di Perairan Selatan Jawa Barat Febrry A. Putra; Zahidah Hasan; Noir Primadona Purba
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 7, No 2 (2016): Jurnal Perikanan dan Kelautan
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi arus dan variabilitas suhu terhadap hasil tangkapan ikan Tuna sirip kuning di daerah selatan Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan melihat kondisi arus dan variabilitas suhu di perairan selatan Jawa Barat pada musim barat selama tahun 2009-2013. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data arus dan suhu selama masa penelitian disertakan dengan data hasil tangkapan pada waktu yang sama. Data arus dan suhu permukaan laut didapatkan dari website opensource. Data kemudian diolah menggunakan software berbasis informasi geografis untuk melihat pola sebaran arus dan suhu. Data yang sudah diolah kemudian digunakan untuk perhitungan korelasi menggunakan persamaan korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan antara kondisi arus dan suhu permukaan laut memiliki hubungan yang lemah terhadap hasil tangkapan ikan Tuna Sirip Kuning dengan nilai korelasi sebesar 0,04552.
Variasi sebaran suhu dan klorofil-a akibat pengaruh Arlindo terhadap distribusi ikan cakalang di Selat Lombok Andry Nugroho Setiawan; Yayat Dhahiyat; Noir Primadona Purba
Depik Vol 2, No 2 (2013): August 2013
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1341.113 KB) | DOI: 10.13170/depik.2.2.723

Abstract

Abstract. The movement ofthewater mass affected Indonesian waters characterisicaretraversedbyIndonesian Throughflow which one of them in Lombok Strait. This study conductedtodetermine Indonesian Throughflow effectagainsttemperature distribution,chlorophyll-a variation and also distribution ofskipjackin theLombokStrait in 2008. The studyarealocated atcoordinate115˚E-116˚Eand8˚S-9˚S. The dataused weretemperature, chlorophyll-a, sea surfacecurrentsandalsosupported withskipjackcatches data. Visualizationresultshowed westseason,seasurface temperaturehigh enough withranged between26.62-31.12oC andchlorophyll-a concentrationby0.05596-0.9778mg(m-3)-1withthe current directiontend to lead to the northeastwith a speed ranged of0.0250-0.4439ms-1. In thefirsttransitiontemperature ofthe seasurfaceslightlydecreasedrangedbetween26.77-30.30oC andfollowed by arise chlorophyll-a concentrationby0.07302-0.7324mg(m-3)-1withthe current directiontend to leadto the eastwith a speed ranged0.0640-0.8123ms-1. In the east season,seasurfacetemperaturewas quitelow,ranged from24.30-29.33oC andfollowedwithan increased chlorophyll-a concentrationby0.1491-0.9897mg(m-3)-1 withthe current directiontend to leadto the southeastwith a speed ranged by0.4351-1.1813 ms-1. In thesecondtransition, seasurfacetemperature rised back withranged25.12-31.05oC andfollowed bydecreased concentration ofchlorophyll-a by0.09565-0.9456mg(m-3)-1withthe current directiontend to leadto the southeastwith a speed ranged by0.1129-0.7336ms-1. The relationship betweentemperatureandchlorophyll-a resultshowedvariationbutona warmtemperatureandfairlyhigh chlorophyll-a, catchedarehigh enoughinSeptember-November.Keywords: Indonesian Throughflow; Lombok Strait; Skipjack Abstrak.Pergerakan ARLINDO yang melalui perairan Indonesia berpengaruh pada karakteristik perairan di timur Indonesia dimana salah satunya adalah Selat Lombok. Kajian ini menekankan pengaruh Arlindo terhadap variasi sebaran suhu dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan ikan cakalang di Selat Lombok pada periode tahun 2008. Data yang digunakan yaitu suhu, klorofil-a, arus permukaan dan hasil tangkapan ikan cakalang. Hasil visualisasi menunjukkan pada musim barat, suhu permukaan lautnya cukup tinggi yaitu berkisar 26,62-31,12oC dan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,056-0,978mg (m-3)-1 dengan arah arus cenderung ke timur laut dengan kecepatan 0,0250-0,4439 m/detik. Pada musim peralihan I suhu permukaan lautnya sedikit mengalami penurunan yaitu berkisar 26,77-30,30oC dan dan diikuti dengan kenaikan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,073-0,732mg (m-3)-1 dengan arah arus cenderung ke timur dengan kecepatan 0,0640-0,8123 m/detik. Pada musim timur suhu permukaan lautnya cukup rendah yaitu berkisar 24,30-29,33oC dan dan diikuti dengan kenaikan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,149-0,989mg (m-3)-1 dengan arah arus ke tenggara dengan kecepatan 0,4351-1,1813 m/detik. Pada musim peralihan II suhu permukaan lautnya kembali naik yaitu berkisar 25,12-31,05oC dan dan diikuti dengan penurunan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,096-0,946mg (m-3)-1 dengan arah arus ke tenggara dengan kecepatan 0,1129-0,7336 m/detik. Hubungan antara suhu dan klorofil-amenunjukkan adanya variasi akan tetapi pada suhu yang hangat dan klorofil-a yang cukup tinggi terdapat hasil tangkapan yang cukup tinggi yaitu pada bulan September-November.Kata kunci : Arlindo; Selat Lombok;  Ikan Cakalang 
Hubungan variabilitas mixed layer depth kriteria ∆T=0,5 oC dengan sebaran tuna di Samudera Hindia bagian timur Dessy Teliandi; Otong Suhara Djunaedi; Noir Primadona Purba; Widodo Setiyo Pranowo
Depik Vol 2, No 3 (2013): December 2013
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.631 KB) | DOI: 10.13170/depik.2.3.978

Abstract

Abstract. The Indian Ocean has an important role in the variability of aquatic ecosystems including fisheries resource. This study was conducted to determine the relationship between Mixed Layer Depth (MLD) criterion ∆T = 0.5 oC and distribution of tuna in the Eastern Indian Ocean. The study area was situated in the Eastern Indian Ocean at the coordinate 100 – 120oE dan 5 – 20oS. The data MLD criterion ∆T = 0.5 oC as well as data distribution and tuna catches which processed in the seasonal period were used in this study. Visualization result showed that the variation of MLD based on the depth value was inversely related to MLD variation based on temperature. MLD variations indicated that the depth of the shallowest MLD on the West Monsoon and deepest on the East Monsoon, while the highest temperature of MLD was recorded in Transitional Monsoon 1 and the lowest in Transitional Monsoon 2. The most widespread distribution of tuna were in Eastern Monsoon and the narrowest in Transional Monsoon 1. MLD variation relations with tuna catches have seen fairly high correlation of Pearson correlation value of 0.891 for tuna catches with depth MLD correlation and -0.927 for tuna catches correlation with temperature MLD.Keywords : Mixed Layer Depth (MLD); ∆T = 0.5 oC; Temperature; Depth; TunaAbstrak. Samudera Hindia merupakan salah satu perairan yang memiliki peranan penting dalam variabilitas ekosistem perairan termasuk didalamnya sumberdaya perikanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan Mixed Layer Depth (MLD) kriteria ∆T = 0,5 oC dengan sebaran Tuna di Samudera Hindia bagian Timur. Wilayah kajian penelitian ini adalah perairan Samudera Hindia bagian Timur dengan koordinat 100 – 120oBT dan 5 – 20oLS. Data yang digunakan adalah data MLD kriteria ∆T = 0,5 oC berdasarkan suhu dan kedalamannya, serta data sebaran dan tangkapan Tuna yang diolah dalam periode musiman. Hasil visualisasi menunjukkan bahwa variasi MLD berdasarkan kedalaman memiliki nilai berbanding terbalik dengan variasi MLD berdasarkan suhu. Variasi MLD menunjukkan bahwa kedalaman MLD paling dangkal berada pada Musim Barat yakni berkisar antara 22 – 60 dbar dan paling dalam berada pada Musim Timur dengan nilai berkisar antara 60 – 100 dbar, sedangkan suhu MLD tertinggi berada pada Musim Peralihan 1 yakni 28,5 – 29,5 oC dan terendah pada Musim Peralihan 2 dengan nilai berkisar antara 23 – 29 oC. Sebaran Tuna paling luas berada pada Musim Timur dan paling sempit berada pada Musim Peralihan 1. Hubungan variasi MLD dengan hasil tangkapan Tuna memiliki korelasi cukup tinggi yang terlihat dari nilai korelasi Pearson sebesar +0,891 untuk korelasi tangkapan Tuna dengan kedalaman MLD dan -0,927 untuk korelasi hasil tangkapan Tuna dengan suhu MLD.Kata kunci : Mixed Layer Depth; ∆T = 0,5 oC; Suhu; Kedalaman; Tuna