Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Jenis dan Populasi Artropoda dan Dampaknya terhadap Kerusakan Polong Kacang Hijau Yuliantoro Baliadi; Yusmani Prayogo
Buletin Palawija Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v16n1.2018.p17-26

Abstract

Tingkat keragaman artropoda sangat menentukan dinamika jenis dan populasi hama, musuh alami dan artropoda berguna pada pertanaman kacang hijau (Vigna radiata L.). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kelimpahan populasi artropoda dan dampaknya terhadap kerusakan polong kacang hijau. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Ngale, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada musim kemarau (MK) II 2015, menggunakan varietas Vima 1, rancangan acak kelompok dengan ulangan lima kali. Lima perlakuan waktu aplikasi pestisida kimia yang diuji adalah; P1 (aplikasi insektisida kimia mulai umur 14 hari setelah tanam (HST) hingga panen); P2 (aplikasi insektisida kimia mulai umur 8 dan 35 HST hingga panen); P3 (aplikasi insektisida kimia mulai umur 8, 14, 21, 28, dan 35 HST); P4 (tanpa aplikasi insektisida kimia); dan P5 (aplikasi insektisida kimia mulai awal pertumbuhan hingga panen). Pengamatan jenis dan populasi artropoda dilakukan melalui pengamatan langsung, pitfall trap, sticky trap dan sweep net mulai umur 14 HST hingga panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan populasi artropoda di pertanaman kacang hijau sangat beragam tergantung fase pertumbuhan kacang hijau dan aplikasi insektisida kimia. Lima ordo sebagai musuh alami potensial di lahan kacang hijau yaitu: Araneida, Collembola, Coleoptera, Hymenoptera dan Diptera, sedangkan empat ordo yang berfungsi sebagai hama adalah: Diptera, Homoptera, Hemiptera, dan Orthoptera. Artropoda hama utama di fase awal pertumbuhan adalah Ophiomyia phaseoli, di fase vegetatif adalah Bemisia tabaci dan Aphis sp., sedangkan di fase pembentukan polong adalah Riptortus linearis, Nezara viridula, Piezodorus hybneri, dan Maruca testulalis yang dapat menyebabkan penurunan hasil 9,35-26,03%.
Karakterisasi Potensi Gembili (Dioscorea esculenta L.) Lokal Asal Papua Sebagai Alternatif Bahan Pangan Pokok Muhamad Sabda; Heppy Suci Wulanningtyas; Mariana Ondikeleuw; Yuliantoro Baliadi
Buletin Plasma Nutfah Vol 25, No 1 (2019): June
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v25n1.2019.p25-32

Abstract

Papua memiliki kekayaan sumber daya genetik yang sangat beragam, salah satunya adalah gembili. Gembili memiliki nilai spritual dan kultural yang tinggi di Papua, khususnya pada suku Kanum di Merauke. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan karakterisasi dan konservasi gembili lokal asal Papua yang diharapkan dapat memberikan informasi dalam kegiatan pemuliaan untuk meningkatkan mutu genetik gembili sebagai pangan alternatif. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui potensi gembilisebagai alternatif makanan pokok pengganti nasi. Karakterisasi dilakukan pada delapan aksesi gembili lokal Papua hasil eksplorasi dari Kabupaten Merauke dan Jayapura pada bagian daun, batang, dan umbi dengan 28 karakter pengamatan. Hasil karakterisasi menunjukkan penampilan tujuh karakter daun gembili dari tiga belas karakter yang diamati adalah sama. Penampilan batang tanaman gembili pada semua karakter yang diamati umumnya sama. Penampilan umbi gembili pada sepuluh karakter menunjukkan hasil yang beragam. Tujuh aksesi memiliki bentuk umbi yang sama yaitu lonjong, sedangkan satu aksesi (Orofe) memiliki bentuk umbi lonjong melingkar. Warna kulit luar umbi secara umum adalah cokelat, sedangkan warna kulit ari dan daging umbi adalah beragam, yaitu putih (putih, putih-kuning, putih-ungu) dan ungu (ungu muda, ungu tua, merah ungu). Aksesi Yara Hasai memiliki jumlah dan bobot umbi tertinggi dibanding aksesi lainnya. Gembili memiliki kandungan karbohidrat yang hampir sama atau lebih tinggi dari kandungan karbohidrat nasi, yaitu 22,5–31,3% dan berpotensi menjadi sumber makanan pokok pengganti nasi.
Keragaman Morfologi Talas (Colocasia esculenta L.) Lokal Papua Heppy Suci Wulanningtyas; Muhamad Sabda; Mariana Ondikeleuw; Yuliantoro Baliadi
Buletin Plasma Nutfah Vol 25, No 2 (2019): December
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v25n2.2019.p23-30

Abstract

Talas (Colocasia esculenta L.) merupakan salah satu makanan pokok penduduk asli Papua dan tersebar di hampir semua wilayah Papua. Untuk menjaga kelestarian dan mencegah punahnya aksesi lokal talas, BPTP Balitbangtan Papua melakukan eksplorasi dan karakterisasi sumber daya genetik (plasma nutfah) talas di enam kecamatan yang menyebar di empat kabupaten/kota dan terkumpul sepuluh aksesi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengoleksi dan mengarakterisasi aksesi talas lokal Papua. Kegiatan terdiri dari koleksi, karakterisasi, dan dokumentasi. Pengumpulan data awal aksesi meliputi nama lokal, manfaat bagi masyarakat lokal dan umur panen diperoleh melalui wawancara ke penduduk setempat, sedangkan pengamatan karakter tanaman dilakukan melalui karakterisasi dan dokumentasi. Karakterisasi dilakukan berdasarkan Descriptors for Taro dari International Plant Genetic Resources Institute dan Panduan Karakterisasi dan Evaluasi Plasma Nutfah Talas dari Komisi Nasional Plasma Nutfah meliputi rentang tanaman, tinggi tanaman, jumlah stolon, panjang daun, lebar daun, rasio panjang pelepah/panjang petiol, warna helai daun, warna tulang daun, pola tulang daun, bentuk permukaan helai daun, irisan melintang petiol, lapisan lilin, bentuk umbi, warna kulit ari, warna daging umbi, panjang umbi, lebar umbi, dan bobot umbi. Berdasarkan hasil eksplorasi diperoleh sepuluh aksesi talas lokal Papua dengan ciri-ciri umum warna batang hijau, ungu dan merah yang yang memiliki umur panen yang sama, yaitu 6–9 bulan. Warna daun dominan hijau dengan warna tulang daun yang bervariasi yaitu putih, kuning, hijau, merah muda, dan ungu. Keseluruhan pola tulang daun berbentuk ”Y” dengan bentuk permukaan helai daun secara dominan tegak dengan ujung ke bawah. Delapan aksesi memiliki irisan melintang petiol tertutup dan tidak ada lapisan lilin pada permukaan daun. Sepuluh aksesi tersebut memiliki warna daging umbi yang berbeda-beda seperti putih, krem, putih keunguan dan ungu muda. Bentuk umbi adalah silindris, elips, kerucut, dan membulat. Tujuh aksesi memiliki tinggi tanaman >1 meter, enam aksesi memiliki jumlah stolon >5 dan berpotensi untuk dibudidayakan dalam skala luas. Panjang umbi berkisar antara 10–23 cm dengan lebar 5–10 cm. Satu aksesi memiliki bobot umbi yang tergolong tinggi yaitu 800 gram dan berpotensi menghasilkan tepung yang lebih banyak.
Pengembangan Kedelai Di Papua: Potensi Lahan, Strategi Pengembangan, Dan Dukungan Kebijakan Siti Raodah Garuda; Yuliantoro Baliadi; Martina S. Lestari
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 36, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v36n1.2017.p47-58

Abstract

ABSTRACTSoybean is one of startegies and important food crops in Indonesia. Soybean products are used for human consumption, animal feed, and a variety of non-food consumer and industrial products. They are considered a complete source of plant base protein because all of the essential amino acids are supplied. Soybean can be grown in a wide variety of soil and climate. More than 60% of Indonesia’s soybean consumption still needs to be imported from a broad in case of Papua, about 25% soybean demands is originated from Java island. To meet the needs that important to enhance domestic soybean production. There foreadditional plantations will have to be develop outside Java island such as Papua. Papua hasmany assets favouring soybean growing. Notable  among these are significan 2,75 million ha land area. A highly favorable climate with abundant rainfall, farmers with ample know-how, availability high yielding varieties, existing market potential and a satisfactory economic and government institutional support. In the utilization of land farmer’s need to get coaching and accompanied by an intensively both in land preparation, cultivating maintenance harvesting and post-harvesting by agricultural extension by implementing a specific technology innovation particularly good or sertified seeds of high yielding adapted soybean variety. In line with those, the strategy priorties are development of a seed sector, rehabilitation of all the site previously developed for food crops growing areas, agricultural advice, mechanization at production and technology transfer, support for processing and marketing local price.Key words : Land potential, Papua, production, soybean, strategyABSTRAKKedelai adalah salah satu tanaman pangan yang startegis dan penting di Indonesia. Produk kedelai digunakan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan berbagai produk olahan dan produk industri. Kedelai merupakan sumber protein nabati lengkap karena semua asam amino esensial yang terkandung didalamnya. Kedelai dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah dan iklim. Lebih dari 60% dari konsumsi kedelai di Indonesia masih perlu diimpor dari luar negeri. Di Papua, sekitar 25% kebutuhan kedelai didatangkan dari pulau Jawa. Memenuhi kebutuhan kedelai tersebut yang terpenting adalah meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Oleh karena itu peningkatan budidaya kedelai perlu dikembangkan di luar pulau Jawa seperti Papua. Papua memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan kedelai. Adanya potensi lahan sekitar 2,75 juta ha, iklim yang sangat menguntungkan dengan curah hujan yang melimpah, tingkat pengetahuan petani yang cukup, ketersediaan varietas unggul, potensi pasar yang menjanjikan, kepuasan ekonomi dan dukungan lembaga pemerintah. Dalam pemanfaatan lahan, petani membutuhkan pembinaan dan pendampingan yang intensif mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen oleh penyuluh pertanian dengan menerapkan inovasi teknologi spesifik lokasi, khususnya benih yang baik atau bersertifikat dari varietas kedelai yang memiliki adaptasi yang tinggi. Sejalan dengan itu, strategi prioritas adalah juga pengembangan melalui sektor perbenihan, perbaikan lahan pengembangan  tanaman pangan terlantar, perluasaan areal tanam, mekanisasi produksi dan transfer teknologi untuk mendukung proses produksi dan pemasaran. Kata kunci : Potensi lahan, Papua, produksi, kedelai, strategi.
Jenis dan Populasi Artropoda dan Dampaknya terhadap Kerusakan Polong Kacang Hijau Yuliantoro Baliadi; Yusmani Prayogo
Buletin Palawija Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.555 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v16n1.2018.p17-26

Abstract

Tingkat keragaman artropoda sangat menentukan dinamika jenis dan populasi hama, musuh alami dan artropoda berguna pada pertanaman kacang hijau (Vigna radiata L.). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kelimpahan populasi artropoda dan dampaknya terhadap kerusakan polong kacang hijau. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Ngale, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada musim kemarau (MK) II 2015, menggunakan varietas Vima 1, rancangan acak kelompok dengan ulangan lima kali. Lima perlakuan waktu aplikasi pestisida kimia yang diuji adalah; P1 (aplikasi insektisida kimia mulai umur 14 hari setelah tanam (HST) hingga panen); P2 (aplikasi insektisida kimia mulai umur 8 dan 35 HST hingga panen); P3 (aplikasi insektisida kimia mulai umur 8, 14, 21, 28, dan 35 HST); P4 (tanpa aplikasi insektisida kimia); dan P5 (aplikasi insektisida kimia mulai awal pertumbuhan hingga panen). Pengamatan jenis dan populasi artropoda dilakukan melalui pengamatan langsung, pitfall trap, sticky trap dan sweep net mulai umur 14 HST hingga panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan populasi artropoda di pertanaman kacang hijau sangat beragam tergantung fase pertumbuhan kacang hijau dan aplikasi insektisida kimia. Lima ordo sebagai musuh alami potensial di lahan kacang hijau yaitu: Araneida, Collembola, Coleoptera, Hymenoptera dan Diptera, sedangkan empat ordo yang berfungsi sebagai hama adalah: Diptera, Homoptera, Hemiptera, dan Orthoptera. Artropoda hama utama di fase awal pertumbuhan adalah Ophiomyia phaseoli, di fase vegetatif adalah Bemisia tabaci dan Aphis sp., sedangkan di fase pembentukan polong adalah Riptortus linearis, Nezara viridula, Piezodorus hybneri, dan Maruca testulalis yang dapat menyebabkan penurunan hasil 9,35-26,03%.