Mariana Ondikeleuw
BPTP Papua

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Karakterisasi Potensi Gembili (Dioscorea esculenta L.) Lokal Asal Papua Sebagai Alternatif Bahan Pangan Pokok Muhamad Sabda; Heppy Suci Wulanningtyas; Mariana Ondikeleuw; Yuliantoro Baliadi
Buletin Plasma Nutfah Vol 25, No 1 (2019): June
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v25n1.2019.p25-32

Abstract

Papua memiliki kekayaan sumber daya genetik yang sangat beragam, salah satunya adalah gembili. Gembili memiliki nilai spritual dan kultural yang tinggi di Papua, khususnya pada suku Kanum di Merauke. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan karakterisasi dan konservasi gembili lokal asal Papua yang diharapkan dapat memberikan informasi dalam kegiatan pemuliaan untuk meningkatkan mutu genetik gembili sebagai pangan alternatif. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui potensi gembilisebagai alternatif makanan pokok pengganti nasi. Karakterisasi dilakukan pada delapan aksesi gembili lokal Papua hasil eksplorasi dari Kabupaten Merauke dan Jayapura pada bagian daun, batang, dan umbi dengan 28 karakter pengamatan. Hasil karakterisasi menunjukkan penampilan tujuh karakter daun gembili dari tiga belas karakter yang diamati adalah sama. Penampilan batang tanaman gembili pada semua karakter yang diamati umumnya sama. Penampilan umbi gembili pada sepuluh karakter menunjukkan hasil yang beragam. Tujuh aksesi memiliki bentuk umbi yang sama yaitu lonjong, sedangkan satu aksesi (Orofe) memiliki bentuk umbi lonjong melingkar. Warna kulit luar umbi secara umum adalah cokelat, sedangkan warna kulit ari dan daging umbi adalah beragam, yaitu putih (putih, putih-kuning, putih-ungu) dan ungu (ungu muda, ungu tua, merah ungu). Aksesi Yara Hasai memiliki jumlah dan bobot umbi tertinggi dibanding aksesi lainnya. Gembili memiliki kandungan karbohidrat yang hampir sama atau lebih tinggi dari kandungan karbohidrat nasi, yaitu 22,5–31,3% dan berpotensi menjadi sumber makanan pokok pengganti nasi.
Keragaman Morfologi Talas (Colocasia esculenta L.) Lokal Papua Heppy Suci Wulanningtyas; Muhamad Sabda; Mariana Ondikeleuw; Yuliantoro Baliadi
Buletin Plasma Nutfah Vol 25, No 2 (2019): December
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v25n2.2019.p23-30

Abstract

Talas (Colocasia esculenta L.) merupakan salah satu makanan pokok penduduk asli Papua dan tersebar di hampir semua wilayah Papua. Untuk menjaga kelestarian dan mencegah punahnya aksesi lokal talas, BPTP Balitbangtan Papua melakukan eksplorasi dan karakterisasi sumber daya genetik (plasma nutfah) talas di enam kecamatan yang menyebar di empat kabupaten/kota dan terkumpul sepuluh aksesi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengoleksi dan mengarakterisasi aksesi talas lokal Papua. Kegiatan terdiri dari koleksi, karakterisasi, dan dokumentasi. Pengumpulan data awal aksesi meliputi nama lokal, manfaat bagi masyarakat lokal dan umur panen diperoleh melalui wawancara ke penduduk setempat, sedangkan pengamatan karakter tanaman dilakukan melalui karakterisasi dan dokumentasi. Karakterisasi dilakukan berdasarkan Descriptors for Taro dari International Plant Genetic Resources Institute dan Panduan Karakterisasi dan Evaluasi Plasma Nutfah Talas dari Komisi Nasional Plasma Nutfah meliputi rentang tanaman, tinggi tanaman, jumlah stolon, panjang daun, lebar daun, rasio panjang pelepah/panjang petiol, warna helai daun, warna tulang daun, pola tulang daun, bentuk permukaan helai daun, irisan melintang petiol, lapisan lilin, bentuk umbi, warna kulit ari, warna daging umbi, panjang umbi, lebar umbi, dan bobot umbi. Berdasarkan hasil eksplorasi diperoleh sepuluh aksesi talas lokal Papua dengan ciri-ciri umum warna batang hijau, ungu dan merah yang yang memiliki umur panen yang sama, yaitu 6–9 bulan. Warna daun dominan hijau dengan warna tulang daun yang bervariasi yaitu putih, kuning, hijau, merah muda, dan ungu. Keseluruhan pola tulang daun berbentuk ”Y” dengan bentuk permukaan helai daun secara dominan tegak dengan ujung ke bawah. Delapan aksesi memiliki irisan melintang petiol tertutup dan tidak ada lapisan lilin pada permukaan daun. Sepuluh aksesi tersebut memiliki warna daging umbi yang berbeda-beda seperti putih, krem, putih keunguan dan ungu muda. Bentuk umbi adalah silindris, elips, kerucut, dan membulat. Tujuh aksesi memiliki tinggi tanaman >1 meter, enam aksesi memiliki jumlah stolon >5 dan berpotensi untuk dibudidayakan dalam skala luas. Panjang umbi berkisar antara 10–23 cm dengan lebar 5–10 cm. Satu aksesi memiliki bobot umbi yang tergolong tinggi yaitu 800 gram dan berpotensi menghasilkan tepung yang lebih banyak.