Nurul Aini
Universitas Brawijaya Malang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Tanggap Fisiologis dan Hasil Biji Berbagai Genotipe Kedelai terhadap Cekaman Salinitas Runik Dyah Purwaningrahayu; Husni Thamrin Sebayang; Syekhfani Syekhfani; Nurul Aini
Buletin Palawija Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v14n1.2016.p18-27

Abstract

Genotipe kedelai (Glycine max L. Merr.) toleran  cekaman salinitas merupakan komponen teknologi utama yang efektif dan efisien dalam pengembangan kedelai pada lahan pertanian yang terpengaruh salinitas. Selain itu, informasi karakter fisiologi dan hasil biji kedelai toleran salinitas bermanfaat bagi perakitan varietas toleran salinitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi perubahan karakter fisiologidan hasil biji kedelai akibat cekaman salinitas. Sebelas genotipe kedelai koleksi plasma nutfah Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi diuji pada empat cekaman salinitas tanah (0,5 dS/m, 5,8 dS/m, 8,4 dS/m dan 12,2 dS/m) pada percobaan di rumah kaca menggunakan rancangan percobaan acak kelompok, diulang tiga kali. Cekaman salinitas diberikan saat tanaman berumur 21 hari selama 31 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe yang diuji mempunyai tanggap yang berbeda terhadap tingkat salinitas tanah. Peningkatan salinitas tanah dari 0,5 dS/m hingga 12,2 dS/mmenurunkan kadar air relatif daun, kadar klorofil ab daun, kadar K+ akar dan daun, nisbah K+/Na+ pada akar dan daun, serta hasil biji, tetapi juga meningkatkan kadar Na+dan Cl– tanaman pada semua genotipe kedelai yang diuji. Genotipe G5, G8, G9, G10 dan G11 mempunyai: KARD, kadar klorofil ab, kadar K+ daun, nisbah K/Na akar dan daun, serta hasil biji lebih tinggi serta kadar Na+ dan Cl– akar dan daun lebih rendah dibandingkan genotipe/varietas lainnya.
Pengaruh Waktu Aplikasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dan Dosis Pupuk Anorganik Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Krisan Potong (Chrysanthemum morifolium) Varietas Fiji Putih Nila Anjarwati; Nurul Aini
PLANTROPICA: Journal of Agricultural Science Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpt.2020.005.1.3

Abstract

 Peningkatan hasil tanaman krisan potong umumnya dilakukan dengan pengaplikasian pupuk anorganik. Aplikasi pupuk anorganik secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya kerusakan tanah dan disisi lain dapat menambah biaya produksi. Adanya dampak yang ditimbulkan oleh aplikasi pupuk anorganik dalam jangka panjang maka  dapat dilakukan dengan aplikasi PGPR dan mengurangi dosis pupuk anorganik. Penelitian bertujuan untuk mempelajari waktu aplikasi PGPR dan dosis pupuk anorganik untuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman krisan potong. Penelitian dilaksanakan di PT. Condido Agro yang berlokasi di Dusun Cangkruk, Kabupaten Pasuruan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan faktor pertama yaitu waktu aplikasi PGPR (W) dengan 4 taraf yaitu saat pembibitan (W0), saat transplanting (W1), saat 14 hst (W2) dan saat 28 hst (W3). Faktor kedua yaitu dosis pupuk anorganik (D) dengan 3 taraf yaitu 50% (D1), 37,5% (D2) dan 25% (D3). Pengurangan dosis pupuk anorganik berdasarkan dosis rekomendasi PT. Condido Agro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu aplikasi PGPR mempengaruhi dosis pupuk anorganik pada luas daun. Sedangkan parameter yang lain menunjukkan bahwa waktu aplikasi PGPR tidak mempengaruhi dosis pupuk anorganik. Aplikasi PGPR saat transplanting memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering tanaman, panjang tangkai dan diameter bunga. Dosis pupuk anorganik 37,5% merupakan dosis terbaik yang mampu meningkatkan jumlah daun, bobot kering tanaman, panjang tangkai dan diameter bunga.
Pengaruh Durasi Penggunaan Aerator dan Pengaplikasian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) pada Hidroponik Sistem Rakit Apung Rinda Ika Wahyu Ningsih; Nurul Aini
PLANTROPICA: Journal of Agricultural Science Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpt.2021.006.2.2

Abstract

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan jenis sayuran yang mengandung gizi yang cukup tinggi. Seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap nilai gizi dan manfaat kesehatan maka permintaan konsumen terhadap selada semakin meningkat. Tujuan penelitian yaitu mempelajari pengaruh durasi penggunaan aerator dan frekuensi aplikasi PGPR terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2020 di Greenhouse Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Alat yang digunakan yaitu rockwool, box styrofoam, net pot, aerator, stopkontak timer digital, pH dan EC meter. Bahan yang digunakan yaitu benih selada keriting (Grand Rapids), PGPR dan nutrisi AB mix. Penelitian ini disusun dengan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang diulang sebanyak 3 kali. Durasi penggunaan aerator (K) sebagai petak utama yang terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu; K0: Pemberian aerator selama 24 jam/hari; K1: Pemberian aerator selama 16 jam/hari; K2: Pemberian aerator selama 8 jam/hari sedangkan frekuensi aplikasi PGPR (P) sebagai anak petak yang terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu; P0: Tanpa PGPR; P1: 1 kali aplikasi; P2: 2 kali aplikasi; P3: 3 kali aplikasi. Benih selada keriting var. Grand Rapids dipindah tanam pada saat berumur 14 HSS, aplikasi PGPR dilakukan pada saat persemaian, 14 HSS dan 21 HSS sedangkan panen dilaksanakan pada saat selada sudah berumur 35 HST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan durasi penggunaan aerator dapat menurunkan hasil dari semua parameter dan frekuensi aplikasi PGPR sebanyak 3 kali dapat meningkatkan hasil dari semua parameter. Perlakuan K0P3 mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada yang tertinggi dan mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, luas daun, bobot segar akar, volume akar, bobot segar total, bobot segar konsumsi dan kadar klorofil.
Tanggap Fisiologis dan Hasil Biji Berbagai Genotipe Kedelai terhadap Cekaman Salinitas Runik Dyah Purwaningrahayu; Husni Thamrin Sebayang; Syekhfani Syekhfani; Nurul Aini
Buletin Palawija Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v14n1.2016.p18-27

Abstract

Genotipe kedelai (Glycine max L. Merr.) toleran  cekaman salinitas merupakan komponen teknologi utama yang efektif dan efisien dalam pengembangan kedelai pada lahan pertanian yang terpengaruh salinitas. Selain itu, informasi karakter fisiologi dan hasil biji kedelai toleran salinitas bermanfaat bagi perakitan varietas toleran salinitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi perubahan karakter fisiologidan hasil biji kedelai akibat cekaman salinitas. Sebelas genotipe kedelai koleksi plasma nutfah Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi diuji pada empat cekaman salinitas tanah (0,5 dS/m, 5,8 dS/m, 8,4 dS/m dan 12,2 dS/m) pada percobaan di rumah kaca menggunakan rancangan percobaan acak kelompok, diulang tiga kali. Cekaman salinitas diberikan saat tanaman berumur 21 hari selama 31 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe yang diuji mempunyai tanggap yang berbeda terhadap tingkat salinitas tanah. Peningkatan salinitas tanah dari 0,5 dS/m hingga 12,2 dS/mmenurunkan kadar air relatif daun, kadar klorofil ab daun, kadar K+ akar dan daun, nisbah K+/Na+ pada akar dan daun, serta hasil biji, tetapi juga meningkatkan kadar Na+dan Cl– tanaman pada semua genotipe kedelai yang diuji. Genotipe G5, G8, G9, G10 dan G11 mempunyai: KARD, kadar klorofil ab, kadar K+ daun, nisbah K/Na akar dan daun, serta hasil biji lebih tinggi serta kadar Na+ dan Cl– akar dan daun lebih rendah dibandingkan genotipe/varietas lainnya.