Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Serabut (Fiber) dalam Pembuatan Polybag Organik Alan Karvinaldi; Nuraeni Dwi Dharmawati; Rengga Arnalis Renjani
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 16, No 1 (2022): TEKNOTAN, April 2022
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jt.vol16n1.7

Abstract

Polybag plastik pada umumnya digunakan dalam pembibitan tanaman. Namun, penggunaan polybag plastik berpotensi mencemari lingkungan karena limbah plastik sulit terurai. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya alternatif pengganti polybag plastik seperti polybag berbahan dasar organik. Serat tandan kosong kelapa sawit dan serabut mesocarp merupakan limbah padat hasil olahan pabrik kelapa sawit dengan jumlah yang banyak dan mudah terdekomposisi oleh mikroba tanah. Atas dasar ini, serat tandan kosong dan serabut mesocarp dapat dijadikan bahan dasar pembuatan polybag organik. Di lapangan, tandan kosong kelapa sawit (TKKS) diaplikasikan secara utuh (tanpa dicacah), kemudian TKKS dicacah secara manual menggunakan parang. Selanjutnya, serabut mesocarp digunakan untuk bahan bakar boiler. Dalam hal ini, pabrik yang memiliki biogas dapat memanfaatkan gas yang dihasilkannya untuk membantu menaikkan tekanan boiler melalui burner, namun banyak serabut dari mesocarp yang tersisa. Polybag dibuat dengan cara dicetak menggunakan cetakan yang ditekan dengan tekanan ± 1.730 N/m2, kemudian polybag dibakar diatas tungku dengan suhu 1.020-1.200° selama 3 menit dengan variasi 3 perlakuan yang berbeda yaitu K1 (500 ml air + tepung tapioka 10 gr), K2 (500 ml air + tepung tapioka 30 gr), K3 (500 ml air + tepung tapioka 50 gr). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa polybag organik dengan komposisi tandan kosong 42,9%, fiber 42,9%, dan tepung tapioka 14,2% memiliki kekuatan terhadap beban dan benturan terbaik dengan ketahanan terhadap beban maksimal 10 kg dan ketahanan terhadap benturan maksimal 5 meter. Selain itu polybag organik dengan komposisi tandan kosong 42,9%, fiber 42,9%, dan tepung tapioka 14,2% memiliki kualitas fisik polybag terbaik terhadap pH, daya serap, kadar air, rasio C/N dengan nilai pH 5,72, daya serap 60%, kadar air 9%, dan rasio C/N 77%.
PELATIHAN TEKNOLOGI PENGEMASAN JAHE MERAH INSTAN DI KELOMPOK WANITA TANI SRIKANDI Ngatirah Ngatirah; Danik Nurjanah; Nuraeni Dwi Dharmawati
RESWARA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Dharmawangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46576/rjpkm.v4i1.2599

Abstract

Program pengabdian masysrakat dilaksanakan dengan mitra Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi yang beralamat di Pagerjurang, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Permasalahan yang dihadapi mitra adalah kemasan produk yang masih sederhana dan kurang inovatif dengan kemasan plastik bening dengan label dibagian tengah kemasan. Akibatnya pemasarannya terbatas. Untuk itu diperlukan pembuatan desain packaging yang baru dan penyuluhan mengenai kemasan dan label produk serta perluasan pemasaran secara online. Tujuan pengabdian masysarakat ini adalah merancang desain kemasan dan melakukan pelatihan kemasan dan label produk jahe merah instan di KWT Srikandi dan pemasaran secara online. Metode pengabdian menggunakan pola partisipatif dengan keterlibatan mitra secara aktif mulai kegiatan sosialisasi, melakukan survey pendahuluan, mengidentifikasi potensi sumberdaya, sarana dan prasarana yang dimiliki melalui kegiatan diskusi dan dialog, merancang desain kemasan dan pelatihan pengemasan dan label produk serta evaluasi kegiatan. Setelah dilakukan pengabdian masyarakat, adanya perubahan kemasan yang baru akan meningkatkan kualitas produk dan daya tarik bagi konsumen, sehingga dapat dipasarkan secara luas. Dari hasil kegiatan pelatihan diperoleh bahwa terdapat peningkatan pemahaman dan pengetahuan seluruh peserta pelatihan mengenai fungsi kemasan, hal-hal yang wajib tercantum pada label kemasan serta jenis-jenis dan kode kemasan plastik. Selain itu kemasan produk menjadi lebih menarik dan sudah dipasarkan secara online
Rancang Bangun Alat Penyiram Otomatis Menggunakan Sensor Kelembaban Tanah Berbasis Mikrokontoler pada Tanaman Kopi Suparman Suparman; Dimas Deworo Puruhito; Nuraeni Dwi Dharmawati; Ksatriyo Pinandito; Ayunda Gustiani Putri
Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno Vol 8 No 1 (2023)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JITPA/2023.v08.i01.p04

Abstract

This research activity was carried out on coffee farmer groups in Mandan Sucen Gemawang Temanggung which emphasized the design of automatic sprinklers using microcontroller-based soil moisture sensors for coffee plants. Coffee plants need enough water for their growth. Manually sprinkling coffee plants requires sufficient resources, the problem is that there are human limitations in helping with maintenance and it takes quite a long time. The purpose of this research is to help coffee farmers by designing coffee sprinklers automatically. The research method used to complete this research is Research and Development which includes tool planning, tool design, tool testing, and analysis of an automatic plant watering system using a microcontroller-based soil moisture sensor on YL-69 type coffee plants. The output of the research is a prototype of an automatic plant sprinkler system using sensors, microcontrollers, relays and a 16x2 LCD display screen. From the calibration results, the accuracy of the tool is 97.41% and the error is 2.59%. This system can monitor and control the water requirements of coffee plants and automatic watering is carried out when the soil moisture is < 40%, the pump will start automatically and the pump will automatically turn off when the soil moisture is > 60%. The conclusion from the results of this study is that there is a sprinkler automatically using a microcontroller-based soil moisture sensor to assist coffee farmer groups in Mandan Sucen Gemawang Temanggung in watering coffee.