Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

IDENTIFICATION BUILDINGS FUNCTION OF CENTRAL T-SHIRT INDUSTRY IN SURAPATI STREET CORRIDOR, BANDUNG CITY Karto Wijaya; Amat Rahmat; Fani Sukma Amalia
Indonesian Journal of Built Environmental and Sustainability Vol 1, No 1 (2019): Indonesia Journal of Built Environmental and Sustainability
Publisher : Universitas Kebangsaan Republik Indonesia [UKRI]

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.31848/ijobes.v1i1.248

Abstract

ABSTRACT : Population growth in the city of Bandung is increasing so that the laha needs especially commercial activities are also increasing both in the city center to the suburbs including Cibeunying Kaler District, Bandung City. The development of this commercial activity also occurs along the Surapati road corridor, especially those in Cibeunying Kaler District. Surapati road corridor is designated as a holy shirt tourism area with the existence of outlets as the main activity. The existence of this corridor also has various supporting activities such as economic/trade, social, health, worship, education and government building activities. With a variety of activities in it, so that it can lead to changes in residential functions into commercial buildings, such as changes in land use from settlements to an outlet area for t-shirts, trade and services for trade and service activities following market guidelines. This study aims to identify the functions of trade buildings along the Surapati road corridor in Bandung City. By using a qualitative descriptive method to determine the effect of any factors that influence changes in function in the corridor of Bandung city, Surapati. While the factors that influence the change are social factors, economic factors, accessibility, factors, and adequate infrastructure facilities around the Surapati road area Keywords : Changes in Land Function, Commercial Activities, Corridors
ELEMEN PEMBENTUK RUANG TERBUKA PUBLIK ALUN-ALUN KOTA BANDUNG Gema Ramadhan; Gina Nurzuraida; Heru Wibowo; Karto Wijaya
ENSAINS JOURNAL Vol 1, No 1 (2018): ENSAINS Journal Mei 2018
Publisher : UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.31848/ensains.v1i1.57

Abstract

Alun-alun merupakan salah satu ruang publik bersejarah yang terus mengalami perubahan seiring waktu dan kebudayaan manusia yang terus berkembang. Sebagai bentuk dari ruang publik, perubahan yang terjadi pada alun-alun tak dapat dilepaskan dari peran institusi pemerintahan dan kebijakan yang diambilnya sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kontrol terhadap kota dan ruang-ruang publiknya. Hal ini tidak lepas dari adanya pengaruh elemen pembentuk ruang yang merubah bentuk dan fungsi yang baru sesuai dengan kaidah elemen ruang terbuka publik.
FUNGSI LINGKUNGAN TERBANGUN DI KAWASAN CIBADUYUT SEBAGAI KAWASAN EKONOMI KREATIF SENTRA SEPATU DI KOTA BANDUNG Sufrin Sarman; Karto Wijaya; Rahy R. Soekardi; Raksa Maulana Subki
ENSAINS JOURNAL Vol 2, No 2 (2019): ENSAINS Journal Mei 2019
Publisher : UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.31848/ensains.v2i2.245

Abstract

Abstract: The Cibaduyut area is one of the largest industrial sectors of leather shoes and shopping tourism in the city of Bandung. The creative sector of leather shoes industry, Cibaduyut is also a supporting sector for Bandung's economy. However, if viewed from the point of view of City Architecture, the Cibaduyut area is not only a tourist area for shopping for leather shoes, but also can be a supporting sector for the progress of Cibaduyut and Bandung City communities. Because the Cibadunyut area has characteristics or characteristics that can support the progress of the Cibaduyut community and the city of Bandung. This research is a qualitative descriptive study using a qualitative approach that aims to provide an overview of the facts and phenomena that occur in the field. The function of the environment is built in the cibaduyut area as a regional identity. Cibaduyut has a character, which arises from the habits of the people themselves and develops, and becomes a characteristic of the Cibaduyut likungan area. The entire Cibaduyut area sells leather shoes based on Home industry, to improve the quality of its economy.Keywords: Identity, Built Environment Function in Cibaduyut Area.Abstrak: Kawasan cibaduyut merupakan salah satu sektor industri pengrajin sepatu kulit dan wisata belanja terbesar di kota Bandung. Sektor industri kreatif sepatu kulit, Cibaduyut juga menjadi sektor pendukung pendapatan perekonomian kota bandung. Namun jika dilihat dari sudut pandang Arsitektur Kota, kawasan Cibaduyut bukan hanya sebagai kawasan wisata belanja sepatu kulit saja, namun juga bisa menjadi sektor pendukung kemajuan masyarakat Cibaduyut dan Kota Bandung. Di karenakan Kawasan Cibadunyut mepunyai krakteristik atau ciri khas yang dapat mendukung kemajuan masyarakat Cibaduyut dan Kota Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai fakta dan fenomena yang terjadi di lapangan. Fungsi lingkungan terbangun di kawasan cibaduyut sebagai identitas kawasan. Cibaduyut mempunyai karakter, yang timbul dari kebiasaan masyarakatnya itu sendiri dan berkembang, dan menjadi suatuh ciri khas kawasan likungan Cibaduyut. Kawasan Cibaduyut hampir keseluruhan masyarakatnya menjual sepatu kulit yang berbasis Home industry, untuk meningkatkan kualitas perokonomiannya.  Kata Kunci: Identitas, Fungsi Lingkungan Terbangun Di Kawasan Cibaduyut.
IDENTIFIKASI JALUR PEDESTRIAN DI SEPANJANG KORIDOR JALAN CIBADAK KOTA BANDUNG Haris Hardiansyah; Karto Wijaya; Yudi Ariyanto; Yusuf Septian; Rochmanijar Setiady
ENSAINS JOURNAL Vol 2, No 3 (2019): ENSAINS Journal September 2019
Publisher : UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1716.818 KB) | DOI: 10.31848/ensains.v2i3.297

Abstract

Abstract:. Along the street, Cibadak is lined with shops that sell various kinds of needs, ranging from kitchen needs, shop needs, bathroom needs, paper needs, baby clothes needs, school supplies, children's toys, plastic, office stationery and even knick-knacks for the wedding ceremony there. If Cibadak Road wants to be a central trade tool - equipment needs, there must be a change in the arrangement of the road corridor so that visitors feel comfortable to walk in the pedestrian area. while the structuring target is on pedestrian arrangement and parking area on the road. why is this because the Cibadak road area has always been a shopping center for necessities, and this is the potential for a city to increase revenue in the micro business sector, this arrangement aims to apply the pedestrian mall concept principle, then the pedestrian mall type that can be applied to The Cibadak road area is a full pedestrian mall type. The application of the full pedestrian mall is focused on improving and improving the identity and quality of the Road Area through Pedestrian rearrangement and parking areas.Keyword: Pedestrian, corridor, land useAbstrak: Di sepanjang jalan Cibadak ini berjajar toko-toko yang menjual berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dapur, kebutuhan warung, kebutuhan kamar mandi, kebutuhan kertas, kebutuhan pakaian bayi, perlengkapan sekolah, mainan anak, plastik, alat tulis kantor dan bahkan pernak-pernik untuk seserahan pernikahan ada di sana. Jika Jalan Cibadak Ingin Menjadi sentral perdangangan alat - alat kebutuhan maka haruslah ada perubahan pada penataan koridor jalan supaya pengunjung merasa nyaman untuk berjalan di area pedestrian. adapun sasaran penataan adalah pada penataan pedestrian dan area parkir pada jalan mengapa demikian karena area jalan cibadak sejak dulu memang menjadi pusat perbelanjaan alat - alat kebutuhan,dan ini adalah potensi bagi sebuah kota untuk meningkatkan pendapatan dalam bidang usaha mikro, penataan ini bertujuan untuk penerapan Prinsip konsep pedestrian mall, maka tipe pedestrian mall yang dapat diterapkan pada Area jalan cibadak adalah tipe full pedestrian mall. Penerapan full pedestrian mall ini Difokuskan pada perbaikan dan peningkatan identitas dan kualitas Area Jalan melalui penataan ulang Pedestrian dan area parkir.Kata Kunci: Pedestrian, Koridor, tata guna lahan
PENGELOLAAN KAWASAN PEMUKIMAN DAN KOMERSIAL PASIRKOJA BANDUNG Desta Rahayu Supriatna; Karto Wijaya; Rochmanijar Setiady; Purwadi Purwadi; Cevi M Taufik
ENSAINS JOURNAL Vol 2, No 1 (2019): ENSAINS Journal Januari 2019
Publisher : UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.31848/ensains.v2i1.183

Abstract

Abstract:. Regional area Pasirkoja is suburban in Bandung City which has existed netherland government before Indonesia independence which is part of area inhabited by the indigeneous people of Indonesia itself and by the Dutch company. With development of the time Pasirkoja has arrived by the chinese comunnity and also migrants from other regions that making region Pasirkoja Bandung City into diverse society. As time went Pasirkoja was limitated space an became narrow and densely populated. This research aims to provide data and phenomenal facts that happened in Region Pasirkoja Bandung City. The method use qualitative descriptived research. This research intented to describe phenomenon that exists that in in the field shape, activity, characteristic, change, relations, similarity,and differences phenomenon so in this study no manipulation was done just describe according to reality or condition of existing location.    Keyword: Regional Changes, Area DevelopmentAbstrak: Kawasan Daerah Pasirkoja adalah kawasan pemukiman di kota Bandung yang sudah ada sejak pada jaman pemerintahan Belanda sebelum Kemerdekaan Negara Indonesia yang sebagian daerahnya didiami oleh rakyat pribumi indonesia sendiri dan oleh masyarakat Belanda juga. Dengan berkembangnya seiring jaman daerah setelah era kemerdekaan daerah pasirkoja juga kedatangan masyarakat tionghoa dan juga banyak pendatang dari daerah lain dari pinggiran Kota Bandung yang mendiami Daerah tersebut sehingga daerah Pasirkoja Kota Bandung menjadi salah satu daerah dengan keberagaman penduduknya. Namun dengan seiring waktu dan jaman daerah pasirkoja dengan keterbatasaan ruang semakin sempit dan padat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan data dan fakta fenomena yang terjadi di daerah kawasan Pasirkoja Kota Bandung. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada di lapangan seperti bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan fenomena sehingga dalam penelitian ini tidak dilakukan maniipulasi hanya menggambarkan sesuai kenyataan atau kondisi eksisting dillokasi.Kata Kunci : Perubahan Kawasan, Pengembangan Kawasan.
ANALISIS KONFIGURASI RUANG PONDOKAN MAHASISWA DI KAWASAN TAMAN HEWAN BALUBUR - TAMANSARI, BANDUNG Asep Yudi Permana; Karto Wijaya
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1882.602 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i1.209

Abstract

Abstract: In simple terms, space can be interpreted as a container of activity. The complexity of an urban environment begins with a variety of activities which then affect the arrangement of space. The variety of activities requires an effective and efficient space configuration that is determined by the formation of spatial structures. As part of a configuration, space is not only a node, but also a path or path that is generally public. This node and path connects the fields and binds them in a relationship system (lingkage system). The research method uses a space configuration analysis approach through calculation of total depth, mean depth, and RA. Next is a descriptive analysis. The research parameters consisted of: connectivity, integrity, intelligibility, and axial line. The results of the study showed that space configuration occurred resulting in 7 (seven) spatial configurations.Keyword: Connectivity, integrity, intelligibility, lingkageAbstrak: Secara sederhana, ruang dapat diartikan sebagai wadah aktivitas. Kompleksitas yang dimiliki lingkungan perkotaan dimulai dengan beragamnya aktivitas yang kemudian berdampak pada susunan ruang. Beragamnya aktivitas membutuhkan konfigurasi ruang yang efektif dan efisien yang ditentukan dari pembetukan struktur ruang. Sebagai bagian darisebuah konfigurasi, ruang tidak hanya berbentuk node, tetapi juga path atau jalur yang umumnya bersifat publik. Node dan path ini menghubungkan lahan-lahan dan mengikatnya dalam suatu sistem hubungan (lingkage system). Metode penelitian menggunakan pendekatan analisis konfigurasi ruang melalui perhitungan total depth, mean depth, dan RA. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif. Parameter penelitian terdiri dari: cennectivity, integrity, intelligibility, dan axial line.  Hasil penelitian menunjukkan konfugiransi ruang yang terjadi menghasilkan 7 (tujuh) konfigurasi ruang.Kata Kunci: Konektivitas, integritas, kejelasan, keterkaitan
IDENTIFIKASI BANGUNAN KUMUH YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN TAMANSARI KOTA BANDUNG Churchil Febrion; Karto Wijaya; Dedi Sugandi
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 4, No 3 (2020): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2020
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v4i3.584

Abstract

The density of urban settlements has resulted in poor visualization of the city, the need to improve the quality of buildings and rearrangement of the area which aims to improve the quality of visualization of the face of the city of Bandung for the better. Moreover, the area is located near one of Bandung's landmarks, namely the Pasopati bridge which is also an access to the city of Bandung. The high price of land and building materials causes a very dense residential environment, every existing land will be built as much as possible with bad construction values, of the many slum settlements in Bandung City, Tamansari is one of the settlements that are still slum. The buildings in the Tamansari area have various forms, the building area is relatively narrow and the material is minimal, and the construction is minimal. The tightness of the building distance makes road access in this area very narrow so that it cannot be used for evacuation routes and other emergency routes, another result of the density of the building is a lack of green open space or public facilities. This is what makes the visualization of this area worse and if you look at it from above the Pasopati bridge. The Pasopati Bridge is a bridge that stretches over this village and has become one of the city's icons, a bridge that connects the Pasteur area which is one of the access points to Bandung City to the center of Bandung City and across an area that has history and has even become an icon of the city of Bandung, namely Satay tower. This makes observers interested in researching slum buildings that have been built for a long time. The purpose of this study is to determine the level of slums on the banks of the Cikapundung river which is clearly visible from the bridge which is the access to the city gate of Bandung.
PERUBAHAN FUNGSI LINGKUNGAN TERBANGUN DI KORIDOR JALAN CIGONDEWAH KOTA BANDUNG Karto Wijaya
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2017
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (858.856 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v1i1.13

Abstract

Abstract:. Cigondewah road corridor is an area that has wide potential especially in the development of tourism trade of Bandung, especially in the leading product sector of textile industri. Home-based economic activities of the industri that has been done since the 1960s has contributed income, especially for residents of Cigondewah area, because labor comes from the residents of the three villages themselves. In early 1997 the Cigondewah area was able to serve as a fabric trading center. This center serves buyers who come from Bandung and surrounding areas. This area in RTRW Bandung City 2013 is environmentally friendly industrial area. The development of this area provides a wide potential especially in its development as an area that has excellent products within the scope of Bandung tourism development plan. This study aims to provide an overview of the facts and phenomena that occur in the Cigondewah Area Bandung. Thus the research method used is qualitative descriptive research. This research is intended to describe or describe the phenomena that exist in the field such as shape, activity, characteristics, changes, relationships, similarities and differences of phenomena so that in this study is not done manipulation only describe according to reality or an existing condition location.Keyword: The changes of Built Environment Function, Corridor Development, EnvironmentAbstrak: Koridor jalan Cigondewah adalah kawasan yang memiliki potensi yang luas terutama dalam pengembanga pariwisata perdaganagn Kota Bandung khususnya pada sektor produk unggulan industri tekstil. Kegiatan ekonomi berbasis home industri yang telah dilakukan sejak tahun 1960-an ini telah memberikan kontribusi pendapatan khususnya bagi penduduk kawasan Cigondewah, karena tenaga kerja berasal dari penduduk ketiga kelurahan itu sendiri. Pada awal 1997 kawasan Cigondewah mampu berperan sebagai sentra perdagangan kain. Sentra ini melayani pembeli-pembeli yang berasal dari Bandung dan sekitarnya. Kawasan ini dalam RTRW Kota Bandung 2013 adalah kawasan industri berwawasan lingkungan. Perkembangan kawasan ini memberikan potensi yang luas terutama dalam pengembangannya sebagai sebuah kawasan yang memiliki produk unggulan dalam cakupan rencana pengembangan pariwisata Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai fakta dan fenomena yang terjadi di Kawasan Cigondewah Kota Bandung. Dengan demikian metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriftif kualitatif. Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada di lapangan seperti bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan fenomena sehingga dalam penelitian ini tidak dilakukan manipulasi hanya menggambarkan sesuai kenyataan atau suatu kondisi eksisting dilokasi.Kata Kunci: Perubahan fungsi lingkungan terbanguan, Perkembangan Koridor, Lingkungan
Kajian Spasial Penempatan Fasilitas Sosial di Pemukiman Padat Kota Bandung: Analisis Space Syntax Studi Kasus : Wilayah Kelurahan Burangrang, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung Try Ramadhan; Gema Ramadhan; Karto Wijaya; Asep Yudi Permana
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (868.895 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i2.58

Abstract

Abstract:. Burangrang Urban Village is one of the densely populated residential areas in the center of Bandung. The density of settlements in the center of the city must be supported by the availability of social facilities to develop the social, economic, and cultural quality of the population. Nevertheless, the residential area still lacks an integrated social facility to accommodate the social activities of the community for the entire settlement. Social facilities have an important role to play in increasing the social values of the population by providing space for interaction. Such social facilities should be located in easily accessible areas to accommodate social interaction for all dispersed community settlements. This paper aims to determine the potential placement of social facilities to strengthen social interaction in the neighborhood of the burangrang urban village. The method used is qualitative method with explorative approach through space syntax analysis, to see the connectivity, integration and level of potential destinations of space that can be achieved by the settlement in the area. The data were taken by non-participant observation and secondary data related to the road network and its achievement from settlement in the area.Keyword: social facilities, housing, space syntax Abstrak: Wilayah Kelurahan Burangrang merupakan salah satu daerah pemukiman padat yang berada di tengah Kota Bandung. Padatnya permukiman di tengah kota tersebut harus didukung oleh ketersediaan fasilitas sosial untuk mengembangkan kualitas sosial, ekonomi, dan budaya penduduk. Meskipun begitu, wilayah pemukiman tersebut masih belum terdapat fasilitas sosial yang terintegrasi untuk mewadahi kegiatan sosial masyarakat untuk seluruh pemukiman tersebut. Fasilitas sosial memiliki peran penting untuk meningkatkan nilai-nilai sosial penduduk dengan menyediakan ruang untuk interaksi. Fasilitas sosial tersebut harus ditempatkan di area yang mudah dijangkau agar dapat mewadahi interaksi sosial untuk semua komunitas di pemukiman yang tersebar. Tulisan ini bertujuan untuk menentukan potensi penempatan fasilitas sosial untuk memperkuat interaksi sosial di lingkungan wilayah kelurahan burangrang. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan eksploratif melalui analisis space syntax, untuk melihat konektivitas, integrasi dan tingkat potensi destinasi ruang yang dapat digapai oleh pemukiman di area tersebut. Data diambil dengan cara observasi non-partisipan dan data sekunder terkait dengan jaringan jalan dan ketercapaiannya dari permukiman di wilayah tersebut.Kata Kunci: fasilitas sosial, pemukiman, space syntax
PEMANFAATAN URBAN FARMING MELALUI KONSEP ECO-VILLAGE DI KAMPUNG PARALON BOJONGSOANG KABUPATEN BANDUNG Karto Wijaya; Asep Yudi Permana; Syarip Hidayat; Heru Wibowo
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2020
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (991.364 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v4i1.354

Abstract

Abstract: Bojongsoang Village as one of the areas in Bojongsoang District is a densely populated area, where there is a shift and transfer of green functions to built up land (such as: new housing, industry / factories and others). Land for the green lane has become built up land (built into a house), this makes what should be productive land become unproductive land. In addition, with the increasing pressure of green land into developed land, demanding the community to optimize the land they have as productive land.The understanding of space which is only understood as a horizontal plane as land that can be used as productive land must be changed. Space is not only implemented in the horizontal plane but can also utilize the vertical plane to have high flexibility as land that can be processed as productive land. The urban farming model as an urban agriculture program that has long been developing is a potential activity in supporting the sustainability and survival of a district.The purpose of this study is to determine the Eco Village model in the Paralon village area as an Eco-Architecture concept in supporting the development of Sustainable Cities, as one of the eco-architecture models in urban villages by utilizing their respective land and space.Keyword: Eco-Architecture, Eco Village, Green SettlementAbstrak: Desa Bojongsoang sebagai salah satu wilayah di Kecamatan Bojongsoang merupakan kawasan yang padat penduduk, di mana terdapat pergeseran dan pengalih fungsilahan hijau menjadi lahan terbangun (seperti: perumahan baru, industri/pabrik dan lain-lain). Lahan-lahan untuk jalur hijau menjadi lahan terbangun (dibangun menjadi rumah tinggal), hal inilah menjadikan yang seharusnya menjadi lahan produktif menjadi lahan yang tidak produktif. Di samping itu dengan semakin tertekannya lahan hijau menjadi lahan terbangun, menuntut masyarakat untuk mengoptimalkan lahan yang dimiliki sebagai lahan produktif. Pemahaman ruang yang hanya dipahami sebagai bidang horizontal sebagai lahan yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan produktif harus sudah mulai dirubah. Ruang tidak hanya diimplementasikan ke dalam bidang horizontal akan tetapi juga bisa memanfaatkan bidang vertikal menpunyai fleksibilitas yang cukup tinggi sebagai lahan yang bisa diolah sebagai lahan produktif. Model urban farming sebagai salah satu program pertanian perkotaan yang sudah lama berkembang merupakan aktivitas yang cukup potensial dalam menunjang keberlanjutan (sustainable) dan kebertahanan (survival) dari sebuah kabupaten.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan model Eco Village di wilayah desa Paralon sebagai konsep Eco-Architecture dalam mendukung pengembangan Kota Berkelanjutan, sebagai salah satu model eco-architecture di desa-desa perkotaan dengan memanfaatkan lahan dan ruang masing-masing.Kata Kunci: Arsitektur Ramah Lingkungan, Desa Ramah Lingkungan, Permukiman hijau