Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Status Hara Tanaman Lada Bangka Belitung Usman Daras; Bambang Eka Tjahjana; Herwan Herwan
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n1.2012.p23-32

Abstract

Ada indikasi rendahnya produktivitas lada di Bangka Belitung (Babel) disebabkan karena petani tidak mampu merawat tanaman secara baik. Dalam merawat tanaman, petani juga melakukan pemupukan meskipun dosis yang diberikan mungkin lebih rendah dari yang dibutuhkan, bahkan unsur pupuk tertentu lain belum pernah diberikan sama sekali. Indikasi ke arah itu diperlihatkan oleh sering dijumpainya tanaman lada yang memperlihatkan gejala defisiensi hara. Untuk itu dilakukan penelitian dalam bentuk survei tanaman lada petani di Kabupaten Bangka, Bangka Tengah dan Bangka Selatan. Setiap kebun lada contoh terpilih, diamati kondisi umum pertumbuhan dan perkiraan tingkat produktivitasnya dengan mewancarai sejumlah petani lada, serta diambil beberapa contoh daun lada dan tanahnya secara komposit untuk dianalisis kandungan haranya di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan kondisi kebun lada petani memperlihatkan pertumbuhan dan hasil lada yang beragam. Kandungan hara N daun sebagian besar masuk kategori sedang (1,65-2,79% N), bahkan tinggi (> 2,79% N). Hara P pada kisaran 0,10–0,18%, sehingga masuk kategori cukup, meskipun sebagian besar nilainya mendekati batas bawah (0,10% P). Sebagian besar kebun lada (68%) memiliki kandungan K daun rendah (< 1,78% K), bahkan mendekati batas bawah (kritis), 0,33% K. Kandungan Ca pada kisaran 0,33-0,54% (rendah), jauh dari kandungan optimal 1,42-3,33% Ca. Sedangkan status Mg bervariasi dari 0,10% (terendah) sampai 0,46% (tertinggi). Pada kebun-kebun lada dengan kandungan Mg daun berkisar 0,10-0,28% memperlihatkan gejala defisiensi. Nutrient status of black pepper grown in Bangka BelitungABTRACT There are greatly various growth performances of black pepper grown in Bangka Belitung. Among them may be classified into the worse ones or low in achieving of yields due to unability of farmers in maintenance of the crops adequately. To increase yields of the crop, they use fertilizers eventhough the kind and amount of nutrients added may be unappropriate manner or never at all. Nutrient disorders in plant may appear in many ways such as reduced growth, off-colored leaves, abnormally shaped leaves and stems and and a breakdown of certain parts of the plant.  If deficiency of a certain nurient becomes more severe, visual symptoms may spread over the whole plant leaves, may become more chlorotic or bleached in appearance, and death of plant parts. A field survey was carried out on black peppers grown at Bangka, particularly districts of Bangka, Central Bangka and South Bangka in 2010. Parameters observed were quality of growth, productivity, cultural practices applied, and nutrient content of sampled leaves and soils on which the crops are planted. Lacking of a nutrient supply is some extent easely to be identified from specific symptoms of growth, but some others not or hard because it might be not single factor. Leaf and soil analysis are therefore needed to confirm nutrient status to support the growth. Results show that there were strong evident that status of macro nutrients like N and P are likely not to be serious constraints in growing of the crop. On the other hands, those of K, Ca and Mg are under suboptimal conditions of black pepper. Content of K leave ranged of 0.51 to 1.99% being mostly less than those of the need for optimal growth of black pepper 1.78-2.84% K. The others like Ca and Mg in leaves are also low ranging of 0.33 to 0.54% (low), and 0.10% (deficient) to 0.46% (optimum), respectively. Of the leaves having Mg content ranging from 0.10 to 0.28% reveal chlorotic, a type of deficiency symptom characterized by yellowing localized over individual leaves or isolated between some leaf veins (interveinal chlorosis).
Formula Pupuk Berimbang Tanaman Lada di Lampung Bambang Eka Tjahjana; Usman Daras; Nana Heryana
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n3.2012.p239-244

Abstract

Rendahnya produktivitas lada di Lampung disebabkan antara lain belum dilakukannya budidaya yang optimal terutama dalam penggunaan pupuk. Rekomendasi pemupukan yang bersifat umum telah tersedia, tetapi banyak pekebun lada yang tidak mengikuti rekomendasi pemupukan yang sudah ada. Untuk mendapatkan dosis pemupukan yang optimal untuk tanaman lada diperlukan identifikasi karakter wilayah pengembangan. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cahaya Negeri, Lampung, yang bertujuan mendapatkan formula pupuk NPK berimbang untuk menghasilkan data pertumbuhan dan produksi tanaman lada secara optimal. Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terpisah (split plot design), dengan petak utama adalah formula pupuk NPK, yaitu 1)15:15:15, 2) 12:12:17, dan 3) 12:8:20; sedangkan sebagai anak petak adalah takaran pupuk, yaitu  1) 1.000, 2) 1.300, dan 3) 1.600 g/pohon/thn, serta diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah cabang (sulur), jumlah daun/cabang, jumlah buku/sulur, tinggi tanaman, tinggi tajuk, jumlah cabang sekunder, diameter tajuk, panjang buku, panjang dan lebar daun, jumlah malai/cabang, berat buah/pohon, berat butir/pohon, panjang malai, jumlah buah jadi/malai dan berat buah 1000 butir, serta status hara tanah dan jaringan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara formula dengan dosis pupuk pada pertumbuhan vegetatif tanaman lada. Indeks pertumbuhan tanaman lada tertinggi 168,13 terjadi pada formula NPK 12:12:17 pada dosis pupuk 1.600 g/pohon/th. Produksi buah per pohon (3.707,50 g) dan berat kering butir per pohon (1.046,75 g) tertinggi pada formula NPK 12:12:17 dengan dosis 1.600 g/pohon/th.  Balanced Fertilizer Formula for Black Pepper Cultivation in LampungABSTRACT Improper cultural practices applied by farmers in black pepper cultivation are believed to be the main constraint resulting low in its productivity. Fertilizer use is often to be major factor contributing to low yield as the crop are mostly grown in infertile soils. Though there is available general recommendation of fertilizer for the crops, but many farmers might not adopt the technology due to various reasons. When the price of black pepper is low, the existing prices of fertilizers are too expensive for farmers, so that they do not use fertilizers adequately for the crops or few if any. To obtain an optimal dose of fertilizer use, it is then needed identification of characters areas on which the crop is grown. A research was conducted in Cahaya Negeri Research Station, Lampung. The research aimed to obtain balanced NPK fertilizer formula giving optimal growth and yield of black pepper. A split plot design with three replications was used. The main plot was formula fertilizers (F): 1) NPK (15:15:15), 2) NPK (12:12:17), and 3) NPK (12:8:20); and the subplot was the dose of fertilizer (D): 1) 1.000 g/tree/yr, 2) 1.300 g tree/yr, and 3) 1.600 g/tree/yr. Parameters observed were the number of branches, the number of leaves/branches, the number of internode/vine, plant height, canopy height, the number of secondary branches, canopy diameter, the length of internode, leaf length, leaf width, the number of spike/branches, fruit weight/tree, grain weight/plant, spike length, fruit set/spike and 1.000 grain weight of pepper berry, and nutrient status of soil and plant tissue. The results show that there was no significant interaction noted between the formula and dose of fertilizers on the vegetative growth of black pepper. The highest growth index (168.130) was obtained on plants treated with added NPK 12:12:17 of 1.600 g/tree/year. The highest of yield and dry weight of pepper berry, 3.707.50 and 1.046.75 g/tree/yr respectively, were found on those ones treated with 1.600 g NPK 12:12:17/tree/year.
Pengujian Klon Batang Atas dan Dosis Pupuk NPK Pada Sambung Samping Kakao Rakyat Bambang Eka Tjahjana; Yulius Ferry
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n2.2016.p109-116

Abstract

Produktivitas kakao di Indonesia masih rendah, antara lain disebabkan umur tanaman yang sudah tua. Program peremajaan kakao memerlukan biaya mahal dan waktu yang lama sehingga perlu alternatif yang lebih murah dan cepat, yaitu program rehabilitasi dengan cara sambung samping menggunakan batang atas dari klon unggul. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh sepuluh klon kakao sebagai batang atas dan dosis pupuk terhadap sambung samping pertanaman kakao rakyat. Penelitian dilaksanakan pada kebun rakyat di Kabupaten Way Kanan, Lampung Utara, mulai tahun 2012 sampai 2013. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan; petak utamanya adalah 10 klon unggul kakao sebagai batang atas, yaitu K1 = PA150, K2 = Sca12, K3 = TSH 908, K4 = ICS60, K5 = TSH 858, K6 = IMC67, K7 = Sulawesi 02, K8 = Jumbo, K9 = Sulawesi 01, dan K10 = ICCRI 04. Sebagai anak petak adalah dosis pupuk NPK, yaitu P0 = tanpa pupuk, P1 = 300 g NPK, P2 = 600 g NPK, dan P3 = 300 g NPK + 100 g mikoriza. Setiap unit percobaan terdiri dari 6 tanaman. Peubah yang diamati meliputi tingkat keberhasilan penyambungan serta pertumbuhan panjang tunas dan diameter batang tunas. Hasil penelitian menunjukkan tingkat keberhasilan dan pertumbuhan tunas hasil sambung samping yang terbaik untuk kakao rakyat di Kabupaten Way Kanan, Lampung Utara, adalah dengan menggunakan batang atas klon TSH 908 dan TSH 858. Pupuk NPK yang optimal untuk sambung samping tersebut adalah 600 g/pohon/tahun dan 300 g/pohon/tahun ditambah 100 g mikoriza/pohon.