Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TINJAUAN YURIDIS PASAL 20 HURUF B UNDANG – UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK TERKAIT MEREK DESKRIPTIF Alan Maulana
Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum Sarjana Ilmu Hukum, Desember 2017
Publisher : Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alan Maulana, Afifah Kusumadara, S.H.L.LM. SJD, M. Zairul Alam S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Email: alanmln123@gmail.com  ABSTRAK Artikel ini membahas dan menganalisis mengenai pengaturan merek deskriptif di Indonesia jika dibandingkan dengan pengaturan merek deskriptif di Negara Singapura dan Amerika. Serta untuk mengetahui faktor penunjang makna tambahan/secondary meaning pada sebuah merek deskriptif supaya merek deskriptif tersebut dapat dilindungi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (Statute Approach), komparatif (Comparative Approach). Teknis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini interpretasi gramatikal dan interpretasi sistematis sehingga memperoleh kesimpulan bahwa terkait pengaturan merek deskriptif Indonesia apabila dibandingkan dengan undang – undang merek di Singapore dan Amerika, Penulis memperoleh kesimpulan bahwa suatu merek deskriptif dapat di daftarkan apabila merek tersebut memiliki secondary meaning. Kata Kunci: HAKI, Merek Deskriptif, Secondary MeaningABSTRACT This article discusses and analyzes the descriptive brand setting in Indonesia when compared to descriptive brand settings in Singapore and America. And to know the factors supporting additional meaning / secondary meaning in a descriptive brand so that descriptive brand can be protected. This study uses a type of normative juridical research using statutory approach (Statute Approach), comparative (Comparative Approach). The legal material used in this research is grammatical interpretation and systematic interpretation so that it can be concluded that related to the Indonesian brand descriptive arrangement when compared with the brand law in Singapore and America, the writer get the conclusion that a descriptive brand can be registered if the brand has secondary meaning. Keywords: Intellectual Property, Descriptive Brand, Secondary Meaning
CALCULATION OF NEUTRON FLUX DISTRIBUTION AT PIERCING BEAM PORTS OF PLATE TYPE RESEARCH REACTOR BANDUNG Epung Saepul Bahrum; Prasetyo Basuki; Alan Maulana; Jupiter Sitorus Pane
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia (Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology) Vol 21, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.759 KB) | DOI: 10.17146/jstni.2020.21.1.5760

Abstract

Based on a strategic plan of TRIGA 2000 Bandung’s future operation, BATAN has already decided to implement an option to convert the fuel elements core of TRIGA 2000 from using the cylindrical type of elements produced by General Atomic to MTR plate type of fuel elements produced by local fuel element manufacture.  The core design calculation has proved that the core configurations of 5 x 5 matrix using local plate type fuel elements met the requirement of core neutronics design. In addition to the current core configuration, further study must be added to consider the use of beam ports as utilization facilities in the design.  The neutron flux distribution at piercing beam port has been calculated based monte carlo algorithm using TRIGA MCNP and MCNP software. The calculation result showed that at piercing beam port surface neutron flux distribution is not quite symmetric. The highest neutron flux at piercing beam port is , where as the flux of neutron thermal energy group is . These results are considerably appropriate for such core configuration and as a result, they can be used as a basic data for designing Plate Type Research Reactor Bandung, especially for neutron diffraction experiment
Perkembangan Dinasti Utsmani/ Ottoman: Kebangkitan Neo-Ottomanisme, Apakah Turki Menghidupkan Kembali Warisan Ottoman Nurul Fauziah; Alan Maulana; Adam Adrian; Ahmad Maftuh Sujana
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 5 (2025): MEI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dinasti Utsmani (Ottoman) pernah menjadi kekuatan besar dunia Islam selama lebih dari enam abad sebelum runtuh pada awal abad ke-20. Namun dalam beberapa dekade terakhir, terutama di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdoğan, muncul kembali orientasi politik dan budaya yang disebut Neo-Ottomanisme. Gerakan ini tidak hanya menghidupkan simbol-simbol kejayaan masa lalu seperti konversi Hagia Sophia menjadi masjid, tetapi juga menempatkan Turki sebagai pusat peradaban Islam modern. Neo-Ottomanisme menjadi strategi politik identitas dan diplomasi budaya yang menyatukan nasionalisme, Islamisme, dan warisan sejarah Ottoman. Artikel ini membahas bagaimana Turki menggunakan narasi sejarah dan media digital untuk membangun solidaritas transnasional di dunia Islam sekaligus menegosiasikan posisinya di tengah dinamika geopolitik global. Pertanyaan utama yang dikaji adalah: apakah kebangkitan ini hanya romantisasi masa lalu atau sebuah upaya serius untuk menghidupkan kembali warisan Ottoman dalam konteks kontemporer?