Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENCEGAHAN FOODBORNE DISEASE SELAMA PENERBANGAN DENGAN PENERAPAN PRINSIP KEAMANAN PANGAN (FOOD SAFETY) OLEH AWAK KABIN DALAM PESAWAT Dasti Anditiarina; Sri Wahyuningsih; Ferdi Afian; Wawan Mulyawan
JURNAL KEDOKTERAN Vol 6 No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36679/kedokteran.v6i1.265

Abstract

Peningkatan penggunaan transportasi pesawat udara oleh masyarakat, maka semakin banyak orang yang berpotensi terpapar oleh inflight meal yang tidak higienis. Apabila penyakit akibat makanan (foodborne disease) di dalam pesawat ini dialami oleh pilot maka akan berdampak terhadap keselamatan penerbangan karena pilot dapat mengalami inkapasitasi. Pelaksanaan protokol higiene makanan dalam pesawat merupakan faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit akibat makanan. Panduan keamanan Pangan ini dikeluarkan oleh IFSA (International Flight Services Association) dan AEA (The Association of Europe Airlines) yang merupakan adaptasi dari panduan keamanan pangan dari WHO yang termasuk didalamnya: keterlibatan dari pemangku kebijakan, airline, catering dan juga penyuplai makanan. Kontaminasi dari awak kabin disebabkan karena kegagalan penjamah makanan untuk melakukan cuci tangan yang baik dan benar
AEROSINUSITIS Dasti Anditiarina
JURNAL KEDOKTERAN Vol 4 No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.781 KB) | DOI: 10.36679/kedokteran.v4i1.55

Abstract

Fungsi hidung yang normal sangat penting bagi personel penerbangan. Malfungsi dari hidung dapat berakibat serius dalam aerasi sinus. Aerosinusitis merupakan peradangan pada sinus yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan secara histopatologi telah terjadi kerusakan silia yang irreversibel. Kondisi ini dapat menghambat aliran udara yang masuk dan keluar dari rongga sinus dan adanya gangguan dari tekanan atmosfir. Dimana hal tersebut dapat mengakibatkan aerosinusitis barotrauma, sinus blok atau ‘squeeze’ secara tiba-tiba yang menyebabkan timbulnya inkapasitasi mendadak oleh karena rasa sakit pada saat tugas terbang yang berpengaruh pada keselamatan penerbangan.
TATALAKSANA DISINFEKSI BANDAR UDARA SAAT PANDEMIK COVID-19 Ferdi Alfian; Radistrya S Brahmanti; Dasti Anditiarina
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 8, No 3 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/JKK.V8I3.13619

Abstract

Adanya bandar udara internasional maka transmisi penyakit COVID-19 dengan mudah dapat terjadi di negara-negara lain sehingga dinyatakan sebagai pandemi oleh World Health Organization. Mempertimbangkan bahwa bandar udara dapat menjadi port of entry suatu penyakit infeksius, maka penting bagi stakeholder bandar udara untuk memiliki tatalaksana disinfeksi yang tepat dan efektif dalam rangka mencegah transmisi Covid-19. Setiap bandar udara, terutama yang internasional, penting untuk menerapkan prosedur dan panduan cara disinfeksi yang baik dan benar, disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing, guna mencegah penyebaran Covid-19 lebih lanjut dinegara asal maupun dinegara tujuan
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Haji Sebelum dan Sesudah Edukasi dengan Media Edukatif “Kaji Siap Ntek Haji” Berbasis Local Specific Dasti Anditiarina; Ida Ayu Made Mahayani; Deny Sutrisna Wiatma; Farahdila Mirshanty; Isnaini Qoriatul Fadhilah; Muh. Syaiful Akbar; Ayu Anulus; Salkamal Salkamal
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 13 No 3 (2023): Jurnal Ilmiah Permas: jurnal Ilmiah STIKES Kendal: Juli 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/pskm.v13i3.1041

Abstract

Ibadah haji adalah ibadah fisik, sehingga jamaah haji dituntut mampu secara fisik dan rohani agar dapat melaksanakan rangkaian ibadah haji dengan baik dan lancar. Banyak masalah kesehatan yang dihadapi oleh jamaah haji yang dapat mengganggu perjalanan menuju istithaah. Oleh karena itu perlu ada media yang dapat digunakan dan dipelajari oleh jamaah haji sebagai persiapan sebelum berangkat haji. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan desain studi pre-posttest without control group design. Penelitian berbasis pengabdian kepada masyarakat dilakukan pada secara online. Sejumlah 100 orang terlibat dalam penelitian menggunakan teknik consecutive sampling. Hasil dianalisis dengan uji Wilcoxson dan dibahas secara deskriptif. Hasil test menunjukan ada peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah sosialisasi terkait kesehatan haji yang dilaksanakan. Rata-rata peningkatannya yaitu 24,4 dari 65,7 menjadi 90,1 dan perbedaan dilaporkan secara statistik signifikan (p=0,007). Kesimpulan penelitian adalah bahwa edukasi kesehatan haji menggunakan media edukatif “kaji siap ntek haji” meningkatkan pengetahuan calon jemaah haji terkait kesehatan haji.
Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Acute Mountain Sickness (Ams) Pada Pendaki Gunung Gentani Mayang Sari; Dasti Anditiarina; Dewi Utary; Ayu Anulus
Jurnal Health Sains Vol. 4 No. 4 (2023): Journal Health Sains
Publisher : Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jhs.v4i4.877

Abstract

Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Acute Mountain Sickness (Ams) Pada Pendaki Gunung Gentani Mayang Sari1), Dasti Anditiarina2), Dewi Utary3), Ayu Anulus4) gentanimayangsari@gmail.com, dasprodiefka@gmail.com, sydneydewi01@gmail.com, anulusayu@gmail.com Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar ABSTRAK Latar Belakang: Acute Mountain Sickness (AMS) adalah kelainan yang sangat umum muncul di ketinggian (>2500 meter). Pherice, Nepal (ketinggian 4.343 m), 43% pendaki mengalami gejala Acute Mountain Sickness (AMS). Di Indonesia, masih sangat sedikit studi dan penelitian yang membahas AMS di kalangan pendaki gunung. Peningkatan jumlah pendaki terjadi di wilayah Nusa Tenggara Barat yaitu Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 mdpl. Hal ini seharusnya diimbangi dengan pengetahuan tentang AMS, kesiapan fisik, mental, alat dan tindakan P3K yang maksimal untuk mencegah kejadian Acute Mountain Sickness (AMS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan usia, jenis kelamin, tingkat pengetahuan, dan aktivitas fisik dengan kejadian Acute Mountain Sickness (AMS) pada pendaki gunung di Lombok. Penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang). Teknik pengambilan sampel menggunakan metode consequtive sampling. Penelitian ini dilakukan di Basecamp Arrow Praya, Lombok Tengah pada tanggal 20-21 Desember 2022. Sampel penelitian sebanyak 96 responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji korelasi Chi-Square. Hasil analisis dilaporkan bahwa hubungan usia (p-value 0,186), jenis kelamin (p-value 0,916), dan tingkat pengetahuan (p-value 0,476) terhadap AMS secara statistik dilaporkan tidak signifikan. Aktivitas fisik (p-value 0,022) dilaporkan secara statistik berhubungan dengan AMS. Tidak didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, dan tingkat pengetahuan dengan kejadian Acute Mountain Sickness (AMS) pada pendaki gunung di Lombok, tetapi didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian Acute Mountain Sickness (AMS) pada pendaki gunung di Lombok. Kata Kunci: Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Fisik, Acute Mountain Sickness (AMS) THE RELATIONSHIP BETWEEN AGE, GENDER, LEVEL OF KNOWLEDGE, AND PHYSICAL ACTIVITY WITH THE INCIDENCE OF ACUTE MOUNTAIN SICKNESS (AMS) AMONG MOUNTAIN CLIMBERS IN LOMBOK, WEST NUSA TENGGARA Gentani Mayang Sari1), Dasti Anditiarina2), Dewi Utary3), Ayu Anulus4) gentanimayangsari@gmail.com, dasprodiefka@gmail.com, sydneydewi01@gmail.com, anulusayu@gmail.com Faculty of Medicine Universitas Islam Al-Azhar ABSTRACT Background : Acute Mountain Sickness (AMS) is a disorder that is very common at altitudes (> 2500 meters). Pherice, Nepal (altitude 4,343 m), 43% of climbers experience symptoms of Acute Mountain Sickness (AMS). In Indonesia, there are still very few studies and research that discuss AMS among mountain climbers. An increase in the number of climbers occurred in the West Nusa Tenggara region, namely Mount Rinjani with an altitude of 3,726 meters above sea level. This should be balanced with knowledge about AMS, physical and mental readiness, tools and maximum first aid measures to prevent the occurrence of Acute Mountain Sickness (AMS). This study was conducted to determine the relationship between age, gender, level of knowledge, and physical activity with the incidence of Acute Mountain Sickness (AMS) among mountain climbers in Lombok. Descriptive study with a cross-sectional research design. The sampling technique uses the consecutive sampling method. This research was conducted at Arrow Praya Basecamp, Central Lombok on December 20-21, 2022. The research sample consisted of 96 respondents. The data obtained were analyzed with the Chi-Square correlation test. The results of the analysis reported that the relationship between age (p-value 0.186), gender (p-value 0.916), and level of knowledge (p-value 0.476), to AMS was reported to be statistically insignificant. Physical activity (p-value 0.022) was reported to be statistically associated with AMS. There was no significant relationship between age, sex, and level of knowledge with the incidence of Acute Mountain Sickness (AMS) among mountain climbers in Lombok, but there was found a significant relationship between physical activity and the incidence of Acute Mountain Sickness (AMS) among mountain climbers in Lombok.
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP LANSIA DI KELURAHAN TURIDA, KECAMATAN SANDUBAYA, KOTA MATARAM Dinda Amalia Shaleha; Dany Karmila; Velia Maya Samodra; Dasti Anditiarina
Nusantara Hasana Journal Vol. 2 No. 12 (2023): Nusantara Hasana Journal, May 2023
Publisher : Yayasan Nusantara Hasana Berdikari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59003/nhj.v2i12.846

Abstract

The elderly is someone who has reached the age of 60 years and over. United Nation data for 2021 shows that there are 13,7% of the world’s elderly population and Indonesia ranks 8th. One of the provinces in Indonesia, namely NTB, ranks 18th with the highest number of elderly people in 2022. The aging process in elders results in physiological changes in the body, from physical to psychosocial changes that affect their quality of life. Family support is an important factor in improving the quality of life of the elderly. This study aims to determine the relationship between family support to the quality of life of the elderly in Turida Village, Sandubaya District, Mataram City. The research design is a cross-sectional study of a measuring instrument a questionnaire. The research sample was 100 elderly respondents using a purposive sampling technique. The research was conducted in Turida Village, Sandubaya District, Mataram City. The bivariate analysis test used the Spearman rank correlation test. The results of this study were respondents who had good family support with a high quality of life were 58 people (61,7%) and a low quality of life (0,0%). Respondents who had sufficient family support with a high quality of life were 36 people (38,3%) and a low quality of life was 1 person (16,7%). Respondents who lack family support with a high quality of life (0,0%) and a low quality of life were 5 people (83,3%). The results of the analysis using the Spearman rank correlation test, show that the p-value = 0.001 (p-value <0.05) and a value of r = 0.443. There is a significant relationship between family support on the quality of life of the elderly in Turida Village. The results of the r value are moderate and positive, and the direction of the correlation is unidirectional, meaning that the greater the value of one variable, the greater the value of the other variables.