Perubahan pH saliva dapat disebabkan oleh beberapa faktor termasuk aktivitas merokok, oleh karena rongga mulut menjadi tempat utama penyerapan asap rokok. Perbedaan kandungan zat antara rokok elektrik dan konvensional dapat mempengaruhi perubahan pH saliva. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pH saliva pengguna rokok elektrik, perokok konvensional, dan non perokok. Penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik dengan desain cross-sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Subjek penelitian terdiri dari 108 mahasiswa yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pengguna rokok elektrik, pengguna rokok konvensional, dan non perokok. Subjek diminta untuk mengisi formulir persetujuan informasi, data pribadi dan kuesioner. Data kebiasaan subjek dan variabel lainnya dikumpulkan melalui wawancara. Selanjutnya subjek diminta untuk mengumpulkan saliva dengan metode passive drooling selama 5 menit, dan kemudian pH saliva diukur segera menggunakan pH indikator strips untuk saliva dan pH meter. Data dianalisis secara statistik dengan uji Kruskal Wallis. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata pH saliva pengguna rokok elektrik sebesar 6,772±0,3918, pengguna rokok konvensional sebesar 6,506±0,6229 dan non perokok sebesar 7,022±0,5150. Berdasarkan uji Kruskal Wallis terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok pengguna rokok elektrik, rokok konvensional, dan non perokok (p = 0,000). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pH saliva pada pengguna rokok lebih rendah dibandingkan non perokok dan pH saliva pengguna rokok konvensional lebih rendah dibandingkan pengguna rokok elektrik. Penurunan pH saliva dapat mempengaruhi fungsi saliva untuk melindungi mukosa mulut sehingga bakteri akan menjadi lebih mudah melekat pada mukosa mulut