Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengembangan Desain Produk Berbahan Bambu dengan Menggunakan Strategi Desain di Nagari Kumanis Sijunjung (Studi Kasus ; UKM Kerajinan Bambu di Nagari Kumanis, Kabupaten Sijunjung) Kendall Malik; Ferry Fernando; Silvi Amalia
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol 5, No 1
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jsdb.v5i1.1796

Abstract

Penelitian yang difokuskan adalah mengenai kerajinan bambu di Nagari Kumanis Kabupaten Sijunjung tentang pemanfaatan material bambu sebagai produk potensial dengan menggunakan strategi desain.  Daerah produksi bambu di Sumatera Barat sebagian besar diproduksi di kabupaten Sumpur Kudus di Nagari Tanjung Bonai Aur dan Kumanis, Kabupaten Sijunjung. Nagari memiliki kelompok yang disebut Kerajinan Talago Bambu. Salah satu pusat kerajinan bambu yang telah lama berkembang di Sumatera Barat adalah kerajinan bambu Tanjung Bonai Aur dan Kumanis. Diketahui bahwa kerajinan bambu di nagari Kumanis cukup unik dalam hal aspek teknis, namun dalam aspek strategi desain dan strategi pasar produk bambu belum dieksplorasi dengan baik. Sehingga siklus ekonomi dan produksi bergerak di tempat. Perkebunan bambu di Sumatera Barat adalah milik masyarakat yang dikelola secara mandiri oleh penduduk. Bambu dalam masyarakat nagari Kumanis adalah penting oleh roda ekonomi dan upaya bambu ekonomi mereka sebagai pekerjaan sampingan. Bahkan, warga Minang telah memiliki kebun bambu yang secara tidak langsung sebagai petani bambu. Ini adalah kesempatan bagi penulis dalam proyek desain ini untuk memberikan ide dan ide desain kepada komunitas dan industri kecil (homeindustry). Padahal, bahan bambu belum diolah secara khusus untuk desain produk, terutama untuk desain produk bambu dan Strategi Desain. permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan, mengolah dan memanfaat material bambu sebagai salah satu perkembangan desain pelengkap interior dan sesuai dengan kebutuhan dan selera pasar.
PERBEDAAN NILAI (VALUE) DAN MAKNA (MEANING) BUDAYA PERMAINAN EGRANG DI EMPAT NEGARA Kendall Malik
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 1 (2019): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v8i1.13166

Abstract

AbstrakMainan egrang merupakan mainan tradisional yang sudah dimainkan oleh masyarakat zaman dulu. Budaya bermain disetiap daerah, suku/ras, budaya dan tradisional merupakan suatu kegiatan yang didasari oleh latar belakang sejarah , budaya dari nenek moyang dan leluhur tersebut. Hal ini kegiatan-kegiatan bermain tersebut melahirkan suatu makna dan arti budaya itu sendiri. Suatu budaya bermain itu dapat menggambarkan, mencerminkan dan mengartikan karakter suatu daerah/negara tertentu. Permainan egrang yang dimiliki oleh negara-negara lain ternyata menyimpan latar belakang sejarah dan budaya yang bermakna sehingga permainan tersebut menjadi salah satu pertunjukan yang penting dalam suatu acara atau even. Permainan Egrang dilakukan oleh muda mudi, umumnya anak laki – laki mulai yang umur 10-25 tahun dan hanya sebagian kecil anak perempuan. Permaianan ini merupakan permainan ketangkasan. Nilai budaya yang terkandung dalam permainan ini adalah kerja keras, keuletan, keseimbangan dan sportivitas. Hal ini menjadi mainan menghibur diri yang menarik dan mainan yang berusur ketangkasan. Mainan ini cenderung menarik perhatian karena ketinggiannya yang menbuat atraksi-atraksi di arak-arakan pada acara – acara tahunan.Kata Kunci: egrang, permainan, makna, budaya.AbstractThe Stilts is traditional toys that played in the past. The Games traditional are every region/ras, district, culture and traditional have stories and ancestors culture behind it. The games have borned the culture meaning by own. The game traditional can describe to district characteristic and culture. From another countries, the Stilts game have history background and culture meaning that games become the main performence of the event. On the other side, the stilts game are played by young male people between 10 and 25 years old and female play a little. This game is agility games. The Cultural value in this game contents hard work, balance, tenacity and sporty. This game is attractive game that contens agility games. In addition, the game is attractive by audience because the users look tall than the others, and the event look anttractive.  Keywords: the stilts, games, meaning, culture.
PENDAMPINGAN PENINGKATAN KOMPETENSI DAN MOTIVASI PERAJIN ROTAN DALAM PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK ROTAN DI SENTRA ROTAN DI PADANG, SUMATERA BARAT Kendall Malik; Rahmad Washinton; Ranelis Ranelis; Rahma Melisha Fajrina
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 4 (2022): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v6i4.11783

Abstract

ABSTRAKPeningkatan industri rotan kian meroket seiring adanya pelarangan ekspor bahan mentah rotan oleh pemerintah. Kondisi ini tentunya dapat menjadi peluang bagi industri rotan khususnya UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) atau Sentra rotan yang bergerak dalam usaha produk rotan. Salah satu sentra rotan yang dimilikim oleh Sumatera Barat adalah Sentra Rotan Anil Furniture di Padang merupakan UMKM Produk Rotan yang masih berdiri dan bertahan dalam berjualan produk rotan. Namun selama ini pelaku UMKM produk rotan di Anil Furniture mengalami penurunan dan jalan ditempat dalam penjualan produk rotan. Hal tersebut berdampak pada penurunan motivasi perajin dalam membuat serta menjual produk rotan. Produk yang dijual di Anil Furniture masih bersifat konvensional dan minim desain, selain itu produk rotan yang dibuat masih dalam kontrol buyer sehingga perajin tidak memiliki desain secara madiri. Sementara para perajin harus tetap berkompetisi dengan produk-produk rotan yang jauh lebih banyak variannya di bangsa pasar. Program pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan bertujuan memberikan motivasi agar semangat perajin dalam mengembangkan desain produk rotan dapat dilakukan dengan baik. Metode pelaksanaan yang digunakan adalah pelatihan dan pendampingan. Dalam pelatihan dilaksanakan dengan cara partisipasi, diskusi dan aplikasi antara narasumber dan mitra. Sementara dalam pendampingan dilakukan dengan cara partisipasi dan berdiskusi secara intens supaya pemahaman dapat tersampaikan antara tim PKM dengan perajin. Hasil pelaksanaan pelatihan pendampingan menunjukan perajin dapat mengembangkan desain produk rotan dan menyelesaikan ke dalam bentuk prototype. Kata kunci: rotan; motivasi; pendampingan; pengembangan desain; prototype. ABSTRACTThe increase in rattan craft industry has skyrocketed since government bans the exports of raw rattan materials. This condition can certainly be an opportunity for the rattan craft industry, especially UMKM or rattan crafting centers engaged in rattan products business. One of the rattan centers in West Sumatra is Anil Furniture Rattan Center in Padang. Anil Furniture is a surviving UMKM in producing and selling rattan products. However, so far, Anil Furniture as one of existing UMKM has declined and stuck for the sale of rattan products. The condition is impacted on the decreasing of the artisan’s motivation in making and selling rattan products. The products designs sold at Anil Furniture are still conventional and minimum. Moreover, the making of rattan products in general is still under buyer control so that the artisans do not have their own original designs. Meanwhile, artisans still have to compete with other rattan crafts products in crafts market nationwide, in which the variety of products designs are vast. The community service program carried out aims to provide motivation and rise up the awareness of rattan artisans, so that they can be passionate in properly developing rattan product designs. The implementation method used is training and mentoring. The training is carried out by participation, discussion and application between resource persons and partners. Meanwhile, mentoring is done by participation and intensive discussion so that the artisan can fully comprehend the knowledge from PKM Team. The results from implementing mentoring and training method show that the artisans can develop the design of their rattan products and complete them in prototype form. Keywords: rattan; motivation; assistance; design development; prototype.