Nisrina Hanisa
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERBEDAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL SEBELUM DAN SETELAH PEMBERIAN SARI BENGKUANG (Pachyrrhizus erosus) PADA WANITA Hanisa, Nisrina; Probosari, Enny
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.831 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6867

Abstract

Latar Belakang : Hiperkolesterolemia merupakan kondisi akibat gangguan metabolisme lemak yang ditandai dengan tingginya kadar kolesterol total dalam darah. Salah satu alternatif yang dapat menurunkan kadar kolesterol adalah dengan cara pengaturan diet. Pengaturan diet yang dianjurkan adalah dengan cara meningkatkan konsumsi sayuran dan buah. Buah bengkuang adalah salah satu bahan makanan yang dapat dihubungkan dengan penurunan kadar kolesterol total darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar kolesterol total sebelum dan setelah pemberian sari bengkuang (Pachyrrhizus erosus) pada wanita.Metode : Jenis penelitian adalah true experiment dengan rancangan control group pre test – post test. Subjek adalah 28 wanita  berusia 40-50 tahun dengan kadar kolesterol total antara 200-239 mg/dl. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 14 orang. Pemberian intervensi dilakukan selama 21 hari dengan kelompok perlakuan mendapatkan sari bengkuang yang didapat dari 320 gram bengkuang dan kelompok kontrol mendapat plasebo berupa air sirup rendah kalori. Metode CHOD-PAP digunakan untuk menganalisis kadar kolesterol total, darah diambil pada hari ke-22 setelah subyek berpuasa selama 10 jam. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk. Analisis statistik menggunakan dependent t-test ,independent t-test dan Mann Whitney.Hasil : Rerata kadar kolesterol total kelompok perlakuan  sebelum intervensi sebesar 222,64±10,42 , dan setelah intervensi sebesar 202,64±14,73 dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Rerata kadar kolesterol total kelompok kontrol sebelum intervensi sebesar 220,14±10,64 , dan setelah intervensi sebesar 233,07±19,46 dengan nilai p=0,004 (p<0,05). Terdapat penurunan kadar kolesterol total  yang bermakna pada kelompok perlakuan setelah pemberian sari bengkuang sebesar 20 mg/dl. Terdapat peningkatan kadar kolesterol total yang bermakna pada kelompok kontrol setelah intervensi sebesar 12,3 mg/dl. Terdapat perbedaan yang bermakna kadar kolesterol total antara kelompok kontrol dan perlakuan dengan nilai p=0,000 (p<0,05).Simpulan : Konsumsi sari bengkuang mampu menurunkan secara signifikan kadar kolesterol total sebanyak 20 mg/dl setelah mengonsumsi sari bengkuang yang didapat dari 320 gram buah bengkuang.
Eating Behavior of Indonesian Adults Differs by Metropolization Levels based on the 2018 Indonesian Food Barometer Febriana, Nor Laila; Februhartanty, Judhiastuty; Hanisa, Nisrina; Khusun, Helda
Media Gizi Indonesia Vol. 19 No. 1 (2024): MEDIA GIZI INDONESIA (NATIONAL NUTRITION JOURNAL)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgi.v19i1.1-10

Abstract

Modernization leads to nutrition transition process, shifts eating behavior into a more modernized pattern that may increase the risk of non-communicable diseases (NCDs). Using the 2018 Indonesian Food Barometer (IFB) data, this study assessed the differences in eating behavior between metropolization levels among Indonesian adults. 1482 adults aged 18-64 in six provinces were involved. Eating behavior was defined by the number of eating events, food preparation, eating location, eating companion, and activity while eating. Metropolization level was defined based on the gross domestic regional product (GRDP), GRDP/capita, population size, population density, and non-agricultural worker proportion. Differences in each eating behavior dimension between metropolization levels were analyzed using the Chi-square test (p<0.05) and adjusted with sociodemographic factors using logistics regression. 83.9% of the subjects had ≤5 eating events/day and dominated by 4-5 eating events/day. 51.2% and 83.1% of the subjects cooked and ate at home frequently, indicating the practice of traditional eating. Meanwhile, the tendency towards modern dimension can be seen as the proportion of eating alone frequently and eating only less frequently were 60.3% and 67.9%, respectively. Eating behavior differed significantly (p<0.05) between metropolization levels, except for eating with company. Proportion of not cooking and eating away from home frequently increase as metropolization level increases (p<0.05) after adjusted with sociodemographic factors while eating alone and eating only showed no significant differences. Modern eating behavior tendency increases along with metropolization level. Improving living and working conditions in metropolitan areas is imperative to facilitate healthier eating behavior among the inhabitants.
Mothers insights on food marketing of sweet products for children Maulianti, Raden RDA; Februhartanty, Judhiastuty; Hanisa, Nisrina
World Nutrition Journal Vol. 8 No. S1 (2024): Selected conference proceedings of the Nutri Symposium 2024
Publisher : Indonesian Nutrition Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25220/WNJ.V08.S1.0036

Abstract

The 2018 Indonesian Basic Health Survey found that children aged 3-5 frequently consume sugary foods and drinks. Parental feeding practices significantly influence children's diets and health. Meanwhile, sophisticated food marketing targets parents, often promoting unhealthy foods high in sugar and challenging healthy feeding practices.