Tony Handoko
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Hidrolisis serat selulosa dalam buah bintaro sebagai bahan baku bioetanol Tony Handoko; G Suhandjaja; H Muljana
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 1 (2012)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2012.11.1.4

Abstract

Cellulose Fiber Hydrolysis of Bintaro Fruit as Bioetanol Raw Material Sea mango Cerbera odollam) is commonly planted to provide shade on roadsides. It can grow in an extreme environment and is easily found throughout Indonesia. The fruit will change its color after being peeled which indicates glucose content. It shows that the fruit has a value as a source for bioethanol production. The purposes of this research were to determine the optimum hydrolysis time and substrate concentration and the contents of lignin and cellulose. The benefits of this research were information about cellulose and lignin contents, optimum time and substrate concentration in enzyme hydrolysis, and an alternative utilization of sea mango as a prospective source in bioethanol production. The research methods consists of analyzing cellulose and lignin contents, determining the dilution of enzyme solution, the optimum time and the optimum substrate concentration in enzyme hydrolysis. Cellusoft L was used in hydrolysis with 5 g/L buffer concentration. The result showed that diluting enzyme solution would reduce the yield of glucose. The optimum time for enzyme hydrolysis is 72 hours and the optimum substrate concentration is 80 g/L. Cellulose and lignin contents are 36.945% and 38% respectively. Keywords: bioethanol, cellulose, enzyme hydrolysis, sea mango (Cerbera odollam)AbstrakPohon bintaro (Cerbera odollam) merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini dapat tumbuh di lingkungan ekstrim dan banyak tersebar di Indonesia. Buah bintaro yang telah dikupas akan mengalami perubahan warna menjadi coklat yang menunjukkan adanya kandungan glukosa, yang berarti memiliki potensi sebagai sumber bioetanol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu dan konsentrasi substrat optimum yang memberikan perolehan glukosa tertinggi dan banyaknya kandungan selulosa dan lignin dalam buah bintaro. Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan data kandungan selulosa dan lignin buah bintaro dan menambah pengetahuan berkaitan dengan proses hidrolisis enzim buah bintaro, berupa waktu hidrolisis optimum enzim dan konsentrasi substrat optimum, serta memberikan alternatif pemanfaatan buah bintaro sebagai salah satu bahan baku yang berprospek dalam pembuatan bioetanol. Metode penelitian terdiri dari penentuan kandungan selulosa dan lignin, penentuan pengenceran larutan enzim, waktu optimum dan konsentrasi substrat optimum dalam hidrolisis enzim. Hidrolisis menggunakan enzim Cellusoft L dengan konsentrasi 5 g/L buffer sitrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenceran larutan enzim saat hidrolisis enzim akan mengurangi perolehan glukosa. Waktu hidrolisis optimum enzim buah bintaro adalah 72 jam dan konsentrasi substrat optimum adalah 80 g/L. Kandungan selulosa dan lignin buah bintaro berturut-turut adalah 36,945% dan 38%.Kata kunci: bioetanol, buah bintaro (Cerbera odollam), hidrolisis enzim, selulosa
PENGARUH TEMPERATUR, RASIO NaOH, WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP ALUMINA DARI SPENT CATALYST DENGAN METODE BAYER Tony Handoko; Henky Muljana
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2008)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.386 KB)

Abstract

Aluminium merupakan salah satu bahan logam yang banyak digunakan dalam industri dengan berbagai macam bentuk. Aluminium tersebut tidak diperoleh secara langsung tapi melalui permurnian dari oksidanya, yang dikenal dengan nama alumina, dengan rumus molekul Al2O3. Proses pemurnian dari aluminium tersebut dilakukan dengan elektrolisis. Namun sebelum proses pemurnian, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk mendapatkan alumina. Hal ini dikarenakan alumina tidak berada dalam bentuk murninya. Alumina merupakan bahan alam dan paling banyak terdapat di dalam bauksit, bersama dengan silika. Selain bauksit, alumina juga terdapat di dalam kaolin, tanah liat, dan spent catalyst. Spent catalyst adalah katalis yang dipergunakan dalam proses cracking dalam industri petroleum yang sudah jenuh dan tidak dapat dipergunakan lagi sehingga harus dibuang. Katalis ini masih mengandung senyawa-senyawa logam yang berharga seperti nikel, vanadium, rhodium, silika, alumina, dan lain-lain sehingga katalis tersebut masih berharga untuk di daur ulang. Proses daur ulang tersebut bertahap untuk masing-masing jenis senyawa logam. Pada penelitian terdahulu telah diperoleh bahwa metode Bayer dapat digunakan untuk mengekstrak alumina dari spent catalyst. Penelitian ini melakukan langkah yang lebih detail yaitu melihat pengaruh variabel temperatur, rasio katalis dengan pelarut NaOH, dan lama waktu ekstraksi. Temperatur divariasikan menjadi 80 oC, 150 oC, 200 oC, rasio divariasikan menjadi 1 : 3, 1 : 5, 1 ; 8, dan lama waktu menjadi 2 dan 3 jam. Pengukuran larutan tiap tahap dilakukan dengan mengukur konduktivitas larutan. Hasil yang diperoleh adalah konduktivitas hanya dapat melihat hasil tiap tahap secara kualitatif dan tidak dapat menunjukkan jumlah alumina secara kuantitatif. Tahap ekstraksi menjadi tahap yang paling utama dan penting dalam mengekstrak alumina dari spent catalyst. Kondisi ekstraksi yang baik diperoleh pada 150 oC, 1 : 5, dan 3 jam. Kemurnian alumina yang diperoleh berkisar 1 – 2 %.
Pengaruh Ukuran Baume, Jenis dan Jumlah enzim Glukoamilase terhadap Perolehan Bioetanol dari Sagu Tony Handoko; Arry Miryanti
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2009)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1238.143 KB)

Abstract

Sagu merupakan salah satu sumber pangan berkarbohidrat tinggi yang diperolehdari teras batang pohon sagu atau rumbia. Di Indonesia, sagu mempunyai peranan sosial,ekonomi, dan budaya yang cukup penting karena tepungnya yang berkarbohidrat tinggidigunakan sebagai sumber makanan pokok di daerah tertentu, seperti di daerah pesisirPapua dan Maluku. Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki keunikan karena mudahtumbuh di daerah rawa-rawa. Seiring perkembangan teknologi, tepung sagu yangberkarbohidrat (pati) tinggi mulai dikembangkan sebagai bahan membuat bioetanol,mengingat jumlah produksinya yang berlimpah di Indonesia.Bioetanol mulai dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif karena sifatnya yangramah lingkungan, mudah diproduksi dan dapat dibuat dari bahan-bahan alami sepertijagung, tebu dan sagu. Oleh karena itulah, bioetanol merupakan bahan bakar alternatifyang menjanjikan di masa yang akan datang. Pembuatan bioetanol tersebut melaluihidrolisis, fermentasi dan pemurnian. Tahap hidrolisis terdiri dari likuifikasi menggunakanenzim alfa-amilase dan tahap sakarifikasi menggunakan enzim glukoamilase.Penelitian dilakukan dengan memvariasikan kekentalan larutan pati awal menjadi10, 12 dan 15 baume dan jumlah enzim glukoamilase sebanyak 0,4 mg/bk dan 0,6 mg/bk.Hasil terbaik yang diperoleh akan dibandingkan dengan penggunaan enzim imobilisasipada tahap sakarifikasi. Tahap fermentasi dilakukan dengan menggunakan fermipan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekentalan larutan dengan 10 baumemenghasilkan konsentrasi yang cukup baik untuk diolah oleh fermipan menjadi bioetanol.Jumlah enzim glukoamilase sebanyak 0,6 mg/bk memberikan hasil bioetanol yang tinggi.Enzim imobilisasi dapat menghasilkan konsentrasi glukosa yang sama tingginya denganeznzim glukoamilase murni, namun masih sedikit dapat diolah oleh fermipan untukmenghasilkan bioetanol.
Pengaruh Laju Alir Gas Karbondioksida dan Lama Pembakaran dalam Pemurnian Alumina dari Spent Catalyst Tony Handoko; Henky Muljana
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2009)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.872 KB)

Abstract

Aluminium merupakan salah satu bahan logam yang banyak digunakan dalam industri dengan berbagai macam bentuk. Aluminium tersebut tidak diperoleh secara langsung tapi melalui permurnian dari oksidanya, yang dikenal dengan nama alumina, dengan rumus molekul Al2O3. Proses pemurnian dari aluminium tersebut dilakukan dengan elektrolisis. Namun sebelum proses pemurnian, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk mendapatkan alumina. Hal ini dikarenakan alumina tidak berada dalam bentuk murninya. Alumina merupakan bahan alam dan paling banyak terdapat di dalam bauksit, bersama dengan silika. Selain bauksit, alumina juga terdapat di dalam kaolin, tanah liat, dan spent catalyst.Spent catalyst adalah katalis yang dipergunakan dalam proses cracking dalam industri petroleum yang sudah jenuh dan tidak dapat dipergunakan lagi sehingga harus dibuang. Katalis ini masih mengandung senyawa-senyawa logam yang berharga seperti nikel, vanadium, rhodium, silika, alumina, dan lain-lain sehingga katalis tersebut masih berharga untuk di daur ulang. Proses daur ulang tersebut bertahap untuk masing-masing jenis senyawa logam.Dari penelitian sebelumnya telah diperoleh bahwa metode Bayer cocok untuk pengolahan spent catalyst, konduktivitas dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk melihat banyaknya ion-ion yang terendapkan secara kualitatif, kondisi ekstraksi yang baik adalah 80 oC, 3 jam, dan rasio 1 : 5 dengan pelarut NaOH, tahap ekstraksi adalah penentu dari banyaknya alumina yang dapat diendapkan. Tahap selanjutnya yang harus ditentukan adalah tahap karbonisasi, yang berupa perubahan laju alir gas dan tahap pembakaran, yaitu lama pembakaran.Hasil yang diperoleh adalah laju alir gas karbondioksida 2 L/menit dengan waktu pembakaran 30 menit menghasilkan alumina terbaik. Presipitasi dapat dilakukan dengan reaktor silinder batch dan menghasilkan endapan yang banyak.
PEMURNIAN ALUMINA DARI SPENT CATALYST MENGGUNAKAN BATCH PRECIPITATOR PADA TAHAP PRESIPITASI Tony Handoko
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2010)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (12.867 KB)

Abstract

Spent catalyst adalah katalis yang dipergunakan dalam proses cracking industri petroleum yang sudah jenuh dan tidak dapat dipergunakan lagi. Katalis ini masih mengandung senyawa-senyawa logam yang berharga seperti nikel, vanadium, rhodium, silika, alumina, dan lain-lain yang dapat didaur ulang. Senyawa alumina dapat didaur ulang dengan metode Bayer, yang terdiri dari tahap ekstraksi reaktif, presipitasi, dan kalsinasi. Dari penelitian sebelumnya telah diperoleh kondisi ekstraksi yang baik adalah 80 oC, 3 jam, dan rasio 1 : 5 dengan pelarut NaOH, laju alir gas karbondioksida 2 L/menit selama 100 menit dengan waktu pembakaran 30 menit menghasilkan alumina terbaik. Namun yield yang dihasilkan masih rendah sehingga perlu penelitian lebih lanjut.Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan konduktivitas dengan konsentrasi NaOH dalam tahap ekstraksi reaktif agar diperoleh data yang lengkap terhadap konsentrasi hasil antara pada tahap ekstraksi, menentukan waktu operasi yang terbaik dalam metode Bayer menggunakan Batch Precipitator(BP) pada tahap presipitasi. Tujuan akhir dari penelitian adalah mendapatkan alumina dalam kemurnian dan yield yang tinggi serta proses daur ulang yang efisien. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan tahap ekstraksi reaktif menggunakan NaOH 20 % dan 25 % pada rasio 1:3 dan 1:5, melakukan tahap presipitasi menggunakan BP dengan gas CO2, dan kalsinasi menggunakan pembakar bunsen.Hasil yang diperoleh adalah konduktivitas yang menurun menunjukkan penurunan konsentrasi NaOH, namun tidak menunjukkan besar konversi atau pembentukan natrium aluminat. Waktu ekstraksi harus ditentukan melalui perubahan konduktivitas dan analisis alumina pada rafinat. Kenaikan rasio membuat perubahan konduktivitas menurun pada tahap ekstraksi dan naik pada tahap presipitasi. Kenaikan konsentrasi membuat perubahan konduktivitas pada tahap ekstraksi namun tidak mempengaruhi pada tahap presipitasi. Rasio 1 : 3 dan 20 %-b/v memebrikan perubahan konduktivitas tertinggi pada tahap ekstraksi. Rasio 1 : 5 memberikan perubahan konduktivitas tertinggi pada tahap presipitasi. Perolehan alumina sangat kecil karena tidak diketahuinya waktu kesetimbangan ekstraksi, tidak tercapainya pH netral, dan tidak terukurnya Al(OH)3 yang terbentuk. Metode pengontakan dan pengadukan pada BR dapat memberikan penurunan pH yang besar mencapai netral.
KAJIAN AWAL PEMANFAATAN BUAH BINTARO SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL : PENGARUH KONSENTRASI SUBSTRAT TERHADAP PEROLEHAN GLUKOSA Henky Muljana; Tony Handoko
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2010)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (11.726 KB)

Abstract

Dewasa ini, penggunaan bahan bakar minyak menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia dalam menjalankan perekonomian. Perubahan harga yang fluktuatif dan cadangan minyak yang berkurang menjadi suatu problem utama bagi pemerintah dalam menyediakan kebutuhan bahan bakar tersebut. Akibatnya perlu dicari suatu alternatif untuk mengatasi hal tersebut. Bahan bakar nabati adalah salah satu alternatif yang dapat mengatasi hal tersebut. Bioetanol merupakan salah satu jenis bahan bakar nabati yang dapat diperoleh melalui bahan-bahan terbaharukan yang mengandung karbohidrat. Hal ini menjadi berbenturan dengan penggunaan bahan-bahan berkarbohidrat tersebut sebagai bahan pangan. Oleh karena itu, perlu alternatif lain dalam penyediaan bahan baku bahan bakar nabati, yaitu bahan berselulosa. Bintaro merupakan bahan yang mengandung lignoselulosa dan bukan sumber bahan pangan. Tujuan utama penelitian ini adalah mendapatkan informasi tentang kandungan selulosa dalam buah bintaro dan pengaruh kadar enzim selulase terhadap perolehan glukosa sebagai sumber bioetanol. Tujuan lain yang ingin dicapai adalah menentukan kandungan lignin dan pemanfaatan buah bintaro sebagai sumber bahan karbon aktif. Target utama yang ingin dicapai adalah informasi kandungan buah bintaro, pengaruh konsentrasi substrat terhadap perolehan glukosa, dan informasi keekonomisan buah bintaro sebagai sumber bioetanol dan karbon aktif. Hasil penelitian adalah buah bintaro memiliki kandungan selulosa sebesar 36,945 % dan lignin sebesar 38 %. Kajian lebih dalam perlu dilakukan untuk melihat kelayakan secara ekonomi sebagai sumber glukosa dan karbon aktif. Konsentrasi enzim 5 g/L larutan buffer sitrat optimum untuk konsentrasi substrat 40 s.d. 100 g/L. Pada konsentrasi substrat dan enzim 1:1 menghasilkan perolehan glukosa tertinggi sebesar 51,6 % namun tidak layak secara ekonomis karena penggunaan enzim yang mahal dalam jumlah yang besar.
TRANSFER TEKNOLOGI VERTIKAL DAN REKAYASA PRODUK KIMIA YANG TERPADU DALAM PEMBANGUNAN AWAL INDUSTRI PAKAN ANJING DALAM NEGERI Tony Handoko
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2011)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.156 KB)

Abstract

Recently, having dog as a hobby has increased in some numbers and followed by the demand for dog foods. For all these years, dog foods in Indonesia are imported products due to the lack of good technology transfer in formulation and production technology, especially for small scale industry. The objective of this research is to study the formulation of dog food, to study the innovation of equipment using non-extrusion process, and finally to carry out vertical technology transfer management based the research results The method used in this research, namely; survey of dog food through the owner, generalized and selecting ideas to formulate dog food, design equipment and process of non-extrusion, trial of the equipment in order to produce dog food, analyzing product, and finally to carry out vertical technology transfer to small scale dog food industry in Indonesia through equipment scale-up. Outputs of this research are: non extrusion technology for producing dog food, dog food, scale-up equation, and the obstacles of transfer technology. The research result shows that integrated product design and vertical transfer of technology can give the best formulation and technology of non extrusion in developing dog food industry. It also identified the critical points and obstacles in dog food industry. Formulation 1: 2, using chicken dog food meat and rice flour, has fulfilled the nutrition requirements for international standard. Technology of extrusion can be replaced by technology of non extrusion for it has the same results in nutrition. Dog food in this research has a good flavor which can fulfilled dog’s appetite and the needs of breeder and owner. The scale-up model uses the density of dough to estimate the mixer dimension. Key words: Raw material and dog products, product design, vertical transfer of technology, innovation of design of equipment and non–extrusion process, scale-up
PENGARUH JENIS DAGING, JENIS TEPUNG BERAS, DAN RASIO DALAM FORMULASI DAN RHEOLOGI ADONAN PAKAN ANJING Tony Handoko
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2011)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1812.501 KB)

Abstract

Perkembangan dalam memelihara anjing akan diikuti dengan perkembangan terhadapkebutuhan pakan anjing. Selama ini, pakan tersebut diimpor dari luar negeri denganberbagai merk dan kualitas. Hal ini disebabkan karena belum adanya suatu formulasipembuatan pakan anjing yang tepat. Dalam penelitian sebelumnya telah diperoleh bahwaformula 1: 2 telah memenuhi kandungan gizi lemak dan karbohidrat namun belummencukupi kandungan protein dalam pakan anjing. Kandungan protein tersebut dapatditingkatkan dengan melakukan penambahan atau pencampuran daging ayam dengandaging sapi. Selain itu, karakteristik fisikokimia dan rheologi dari pakan anjing jugamerupakan faktor utama yang menentukan kualitas dan diterima atau tidaknya produktersebut oleh konsumen.Tujuan penelitian ini adalah mempelajari teknologi pembuatan pakan anjing kering;mengetahui pengaruh jenis daging, jenis tepung, dan rasio dalam pembuatan pakan anjingkering terhadap sifat rheologi dan karakteristik adonan serta produk akhir. Penelitiandimulai dengan menentukan jumlah air optimum dalam adonan dilanjutkan dengan variasijenis daging (daging ayam dan daging sapi), jenis tepung (tepung beras merah dan putih),dan komposisi bahan baku (rasio daging dan tepung 1:1, 2:1, 3:1). Analisa rheologi adonanyang dilakukan berupa viskositas dan analisa fisikokimia berupa kekerasan dari pakan anjingkering.Hasil penelitian menunjukkan jumlah air untuk menghasilkan adonan yang baik dipengaruhioleh jenis tepung dan rasio. Jumlah air untuk tepung beras putih lebih sedikit dibandingkandengan tepung beras merah pada berbagai rasio daging dan tepung. Viskositas adonanberkisar antara 8.000 cP - 20.000 cP dengan kadar protein pada rentang 20 % - 60 %. Dariadonan-adonan tersebut dihasilkan pakan anjing kering dengan kadar protein 20 % - 60 %dan tekstur kekerasan 2.000 gLoad - 5.000 gLoad.
PENGARUH MEDIA SUB- DAN SUPERKRITIK CO2 DALAM PROSES HIDROLISIS SECARA ENZYMATIC TERHADAP PEROLEHAN GLUKOSA Henky Muljana; Tony Handoko; Lesty Meilianasari; Gischa Widhi
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2013)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1456.679 KB)

Abstract

Tingginya pemanfaatan minyak bumi sebagai sumber bahan bakar utama di dunia memicu munculnya dua permasalahan besar yaitu semakin menipisnya persediaan minyak bumi (non renewable) dan terkait dengan hal tersebut, harga minyak bumi yang semakin tinggi. Oleh karena itu perlu dicari sumber alternatif energi lainnya yang berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Salah satunya adalah pembuatan bioetanol sebagai energi alternatif dari kertas bekas. Saat ini beberapa kendala yang dihadapai di dalam proses pembuatan bioetanol dari kertas bekas ini adalah masih rendahnya perolehan glukosa dan tingkat kemurnian glukosa yang masih rendah. Dari proses konvensional yang ada saat ini, produk hidrolisis glukosa tercampur dengan komponen furfural, hydroxymethyl furfural (HMF) dan asam-asam organik yang akan mengganggu proses fermentasi glukosa menjadi etanol. Sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi kendala-kendala tersebut adalah dengan melakukan proses perlakukan awal dan proses hidrolisis enzymatis di dalam media super- dan subkritik CO2.Tujuan khusus yang ingin dicapai di dalam penelitian ini adalah meliputi : i) mempelajari potensi pemanfaatan kertas bekas dan media CO2 di dalam proses perlakuan awal dan proses hidrolisis secara enzymatis dengan terlebih dahulu mempelajari sistem reaksi yang lebih sederhana yaitu dengan menggunakan microcrystalline selulosa (derajat polimerisasi, DP = 230) dan kertas HVS baru (ukuran A4), ii) mempelajari dan melakukan optimasi proses fermentasi glukosa yang diperoleh dari hasil hidrolisis kertas bekas secara enzimatis di dalam media sub- dan superkritik CO2 menjadi bioetanolPenelitian pada tahun pertama ini memiliki fokus untuk mempelajari pengaruh tekanan dan temperatur medium superkrtik CO2 pada proses perlakuan awal terhadap perolehan glukosa. Perlakuan awal dilakukan dengan variasi temperatur pada 50o C, 75o C, dan 100o C serta variasi tekanan pada 80 bar, 120 bar, dan 150 bar. Produk hidrolisis dengan kadar glukosa sebesar 10,9 % - 26,7 % berat/berat dapat diperoleh dengan kondisi percobaan tersebut. Penelitian pada tahun pertama ini menunjukkan potensi penggunaan media superkritik di dalam proses enzimatis kertas dan membuka peluang untuk pemanfaatan lebih lanjut pada berbagai materi lignoselulosa lainnya.
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR ASAM BASA PT. BIOTECH SURINDO Tony Handoko
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.9 KB)

Abstract

PT. Biotech Surindo adalah perusahaan pengolahan limbah hasil laut, berupa kulit udang dan cangkang kepiting, menjadi produk kitosan. Pengolahan limbah tersebut menggunakan prosesdemineralisasi menggunakan asam untuk menghasilkan produk antara berupa kitin dan proses deproteinisasi dan deasetilisasi untuk mengubah kitin menjadi produk kitosan. Akibat ketigaproses tersebut, limbah asam dan basa dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar.Pengolahan limbah sudah tersedia di dalam pabrik namun belum bekerja secara optimal. Adanya endapan kapur dalam limbah menjadi masalah utama dalam proses pembuangantahap akhir. Endapan tersebut sebenarnya tidak berbahaya namun tidak disukai oleh masyarakat sekitar dan belum memenuhi standar baku mutu limbah. pH air buangan jugabelum memenuhi standar baku mutu karena proses penetralan yang belum optimal.Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah membuat teknologi sederhana yang dapat membuat proses penetralan dan pengendapan dalam pengolahan limbah berjalan dengan optimal. Hasil yang ingin dicapai adalah teknologi tepat guna yang mampu membuat air buangan limbah memenuhi baku mutu tanpa mengubah desain pengolahan limbah yang sudah ada dan memberikan biaya operasi yang murah. FeSO4 merupakan koagulan yang cocok dengan kebutuhan pengolahan limbah karena penggunaan dalam jumlah sedikit membuat pHcampuran netral dan menghasilkan 2 fasa. Hal ini memudahkan dalam pemisahan selanjutnya.