Fransiskus Xaverius Budiwidodo Pangarso
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EKSPRESI LOKALITAS PANORAMA BENTANG KOTA BERDASARKAN ASPEK FISIK-SPASIAL DI PADUKUHAN SAMIRONO Leonardo Devin Setiawan; Fransiskus Xaverius Budiwidodo Pangarso
Riset Arsitektur (RISA) Vol 6 No 01 (2022): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/risa.v6i01.5427.74-91

Abstract

Abstract - Cities change by time to time physically and non-physically. The city development produces a distinctive character even in the smallest urban creature. This distinctive character does not take quickly but is slowly and full of challenges. Townscape is a visual impression of buildings arrangement, roads, and spaces those are expressed organically to form urban spaces. Therefore, a townscape that exists in an urban area is created on delevlopment or grows by unintentionally. Apart from that, the character of a townscape from one place is different from the other. The townscapes had been created and specific in each place. The literatures for this research are: 'The Concise Townscape', 'The Aesthetic Townscape', and 'Road Form and Townscape'. The three literatures describe the existence of townscape in Europe and Japan. This is the basic knowledge in townscape and how it is applied in Indonesia, especially in the city of Yogyakarta. The urban space chosen in this research is Padukuhan Samirono. Padukuhan Samirono is located in the north of Yogyakarta City and is very close to Gadjah Mada University and Negri Yogyakarta University. Padukuhan Samirono is known as an area that provides student accomodation. The community still stand fot maintaining their cultural habit such as gathering, cultural performances, and parades. This study examines the Townscape in Padukuhan Samirono. The social and cultural activities expressed their locality as seen as in its townscape. The pictorial analysis method identify the elements of townscapes wich effects the urban space. By describing the elements of urban space with 7 factors: nature elements, space organization, mass, proportion, activity, carving, and streetscape, the local expression criteria of Padukuhan Samirono’s can be formulated. Based on observations, the local expression of townscape on Samirono changes into a modern form. This research attempts to enhance people’s aprrectiation about townscape, especially townscape in Indonesia. Key Words: townscape, pictorial analysis, Samirono, Javanese, locality
INDIKASI KEESTETIKAAN LINGKUNGAN PERKOTAAN SEPANJANG KORIDOR JALAN KESAMBI MENUJU ALUN-ALUN KASEPUHAN DI KOTA CIREBON FX. Budiwidodo Pangarso; Iwan Purnama
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2012)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (29687.702 KB)

Abstract

Perkara ke-estetika-an seringkali menjadi suatu idaman seseorang atau sekelompokmasyarakat, yang diartikan secara umum sebagai sesuatu yang indah, sehingga sedikitbanyak akan mendukung eksistensi kegiatan dan aktivitas pada lingkungan tertentu.Secara strategis koridor kesambi-pulasaren-ariodinoto ini menghubungkan karatonkasepuhan ke arah kota Kuningan yang memiliki kaitan historis. Saat ini secarafungsional menjadi arena kegiatan campuran secara linier, yang tentu akan berdampakpada nilai strategis yang dimilikinya. Perkembangan kondisi ini tentu berproses secaraperlahan seturut peningkatan kegiatan sekaligus penurunnya nilai-nilai strategis kultural.Dengan mendayagunakan metoda analisis panorama lingkungan visual, elemen-elemenpanorama perkotaan (“townscape”) disepanjang koridor tersebut tentu akan dapatmenunjukkan berbagai indikasi positif, netral atau negatif terhadap nilai-nilai visualkeestetikaan tertentu dengan atau tanpa pola kultural strategis tersebut di atas. Secaraoperasional, penelitian ini dilakukan melalui studi literatur, observasi visual lapangan,pengolahan data, analisis fenomenologis citra kultural kota, dan penyimpulan ataspraduga awal. Praduga yang mengemuka pada observasi awal adalah bahwa indikasikeestetikaan yang berbasis pada nilai-nilai kultural belum secara optimal dijadikan kuncikeestetikaan lingkungan perkotaan secara ekspresif, fisik-spasial, seiring dengan faktaeksistensial Karaton Kasepuhan.Kata kunci : keestetikaan, panorama perkotaan, strategis kultural, analisis visual.
INDIKASI KEESTETIKAAN LINGKUNGAN PERKOTAAN PADA RUAS KORIDOR JALAN DI TEPIAN SELOKAN MATARAM DAN RUAS KORIDOR JALAN DI KAWASAN NGASEM YOGYAKARTA FX. Budiwidodo Pangarso; Diyanto Diyanto; Iwan Purnama; Roni Sugiarto; Tri Yuniastuti; Prawatya Widyanto; Asies Sigit Pramujo; Gideon Suryanugraha; A. Nityasa Swinareswari P
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2013)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4747.476 KB)

Abstract

Perkara ke-estetika-an lingkungan seringkali menjadi suatu intensi seseorang atausekelompok masyarakat, yang secara umum dianggap sebagai sesuatu ungkapan ekspresikeindahan atas tatanan fisik/spasial dan kultural, sehingga akan menunjukkan eksistensikegiatan dan pola aktivitas lingkungan perkotaan tertentu. Premis mayor ini merupakanlandasan penelitian bertema keestetikaan lingkungan perkotaan yang berbasis kulturalhistoriografis, dengan tujuan memperoleh unsur fisik/spasial dan unsur normatif yangsecara eksistensial maupun arsitektural berpotensi determinatif-indikatif dalam menciptakeestetikaan lingkungan.Lingkungan perkotaan yang di pilih yaitu Koridor Selokan Mataram (SM) KabupatenSleman Yogyakarta dan Koridor Wisata Ngasem (NG) Tamansari Kota Yogyakarta.Kedua lokasi ini merupakan pengembangan tema tipologis dari penelitian sebelumnya diKoridor Jalan Kesambi Kota Cirebon. Kedua koridor perkotaan ini memiliki keterkaitanfungsional masing-masing dan norma simbolik eksistensial atas Karaton NgayogyakartaHadiningrat secara historis dan secara administratif perkotaan berada pada tempat yangberbeda satu sama lain. Koridor SM berada di kawasan Bulaksumur Kampus UGM, Kab.Sleman; sedangkan koridor NG berada di kawasan Jeron Beteng Karaton NgayogyakartaHadiningrat. Saat ini secara fungsional koridor SM pada ruas jalan Pogung-Gejayan inibertumbuh menjadi area kegiatan campuran secara linier, yang tentu akan berdampakpada nilai strategis yang dimilikinya. Sementara pada ruas koridor NG jalan Kauman-Tamansari tetap sebagai fungsi pengendali kesinambungan eksistensi tradisi budaya,walaupun saat ini berkembang menjadi area kepariwisataan. Kondisi kedua lokasi inisecara estetis menjadi unik, oleh karena dalam pertumbuhan dan upaya peningkatankebutuhan masyarakat serta ragam kegiatannya berlangsung melalui proses keselarasanantara nilai-budaya tradisi dan nilai-modernitas kehidupan urban, tetapi tetap dapatmemberikan ekspresi nilai strategis kultural.Metoda kualitatif & kuantitatif serta analisis visual lingkungan, akan didaya-gunakanterhadap tatanan maupun ekspresi rupa ragam elemen fisik/spasial panorama perkotaan(“townscape”) dan disintesis padu-padankan dengan norma kultural strategis, perilakudan pola aktivitas disepanjang kedua koridor. Berbasis metoda tersebut diharapkan dapatmenunjuk berbagai model indikasi positif eksistensi nilai-nilai keestetikaan lingkungan.Praduga yang mengemuka pada observasi awal adalah, bahwa indikasi keestetikaan yangberbasis pada nilai-nilai kultural telah dapat dikelola, sejalan dengan pengendalian citralingkungan kultural strategis atas eksistensi Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Olehkarenanya manfaat dari penelitian ini, bisa memberi inspirasi cara pola pikir keestetikaanlingkungan dan memberi alternatif model pertimbangan dalam penyusunan kebijakanpengelolaan estetika lingkungan perkotaan.Penelitian ini dilakukan dalam format multidisiplin keilmuan, yang difokuskan padabidang arsitektur-kota dan bidang seni-rupa lingkungan, melalui proses studi literatur,observasi visual lapangan, pengolahan data, analisis fenomenologis citra kultural kota,diskusi dengan para nara-sumber terkait dan penyimpulan atas praduga awal.Kata kunci : keestetikaan lingkungan, panorama perkotaan, strategis kultural, analisis visual.
INDIKASI KEESTETIKAAN LINGKUNGAN PERKOTAAN KAWASAN PUSAT KOTA WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA FEBRUARI s/d OKTOBER 2015 FX Budiwidodo Pangarso; Arief Sabarudin; Iwan Purnama; Roni Sugiarto; Gideon Suryanugraha; Nityasa Swinareswari
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15481.262 KB)

Abstract

Perkara ke-estetika-an lingkungan seringkali menjadi suatu intensi seseorang atau sekelompok masyarakat, dalam menanggapi sesuatu ungkapan ekspresi keindahan atas tatanan fisik/spasial dan kultural, yang akan dapat menunjukkan eksistensi kegiatan dan pola aktivitas lingkungan perkotaan tertentu. Premis mayor ini merupakan landasan penelitian bertema keestetikaan lingkungan perkotaan yang berbasis pada aspek kultural historiografis, dengan tujuan memperoleh fakta unsur fisik/spasial dan unsur normatif yang secara eksistensial maupun arsitektural memiliki potensi determinatif-indikatif dalam upaya mencipta keestetikaan lingkungan. Penelitian ini merupakan pengembangan tema tipologis dari penelitian sebelumnya di Kota Cirebon (2012), Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman (Kecamatan Depok) DIY (2013).Lingkungan perkotaan yang diamati dan diteliti difokuskan pada Kawasan Pusat kota Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Kawasan perkotaan ini memiliki keterkaitan fungsional maupun normatif eksistensial dan simbolik dengan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang secara historis maupun administratif mendefinisikan basis model kultur Yogyakarta terkait fenomena perkembangan fungsi kepariwisataan. Koridor KH.Agus Salim, Brigjen Katamso dan Sugiyapranata menjadi orientasi spasial utama/primer, yang akan berpendar ke koridor-koridor sekitarnya dan simpul-simpul sirkulasi strategis lainnya. Ketiga segmen koridor ini secara spasial perkotaan merupakan simpul strategis atas pertumbuhan sosial-ekonomi yang langsung berdampak pada perkembangan struktur tatanan rupa fisik kawasan terkait.Saat ini secara eksistensial / fungsional koridor telah bertumbuh menjadi area kegiatan campuran secara linier, yang tentu akan dampak pada nilai strategis yang dimilikinya. Sementara pada ruas koridor lainnya tetap sebagai fungsi sosial-ekonomi, yang seharusnya juga berfungsi sebagai pengendali kesinambungan rupa eksistensial tradisi dan budaya, walaupun saat ini berkembang menjadi jalur sirkulasi kepariwisataan. Dilain pihak kondisi lokasi ini secara estetis bisa menjadi picu keunikan tata-rupa spasial, yang tetap memberikan ekspresi nilai strategis kultural karena gejala pertumbuhan dan pemenuhan peningkatan kebutuhan masyarakat melalui ragam aktivitas dan kegiatannya berlangsung melalui proses keselarasan antara nilai-budaya tradisi serta nilai-modernitas kehidupan urban.Metoda kualitatif & kuantitatif serta analisis visual lingkungan, akan didaya-gunakan terhadap tatanan maupun ekspresi rupa ragam elemen fisik/spasial panorama perkotaan (“townscape”) dan di-sintesis padu-padankan dengan norma kultural strategis, perilaku dan pola aktivitas disepanjang koridor maupun simpul-simpul ruang strategis perkotaan. Berbasis metoda tersebut diharapkan dapat menunjuk berbagai model indikasi positif eksistensi nilai-nilai keestetikaan lingkungan. Praduga yang mengemuka pada observasi awal adalah, bahwa indikasi keestetikaan yang berbasis pada nilai kultural belum optimal dikelola, selaras dengan pengendalian citra lingkungan kultural strategis dan eksistensial Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Oleh karenanya manfaat dari penelitian ini, bisa memberi inspirasi cara pola pikir keestetikaan lingkungan dan memberi alternatif model pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan estetika lingkungan perkotaan.Penelitian ini dilakukan dalam format multidisiplin keilmuan, antara bidang desain arsitektur lingkungan perkotaan dan bidang estetika filsafati; yang difokuskan pada bidang arsitektur-kota dan bidang seni-rupa lingkungan, melalui proses studi literatur, observasi visual lapangan, pengolahan data, analisis fenomenologis citra kultural kota, diskusi dengan para nara-sumber terkait dan penyimpulan atas praduga awal.Kata kunci : keestetikaan lingkungan, panorama perkotaan, strategis kultural, analisis visual.
PERAN KEESTETIKAAN TIAP KORIDOR TERHADAP PEMBENTUKAN KUALITAS FISIK LANDMARK JEMBATAN AMPERA PALEMBANG Roni Sugiarto; Fx Budiwidodo Pangarso
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3654.475 KB)

Abstract

Salah satu elemen dasar yang akan menghubungkan antar lokasi, antar wilayah, suatu tempat ke tempat lain adalah karakter Jalan, jalan/koridor memiliki potensi membentuk karakter urban space yang membentuknya. Koridor yang dibatasi dengan blok bangunan akan membentuk dinding koridor. Namun tidak semua koridor membentuk urban space karena tidak semua koridor memiliki kekuatan estetis sebagai koridor. Kualitas fisik yang diberikan oleh unsur-unsur keestetikaan pada suatu tempat dapat menimbulkan ungkapan ekspresi keindahan dan image yang kuat atas tatanan fisik/spasial dan kultural, sehingga akan menunjukkan eksistensi kegiatan dan pola aktivitas lingkungan perkotaan tertentu.Penelitian dengan menelusuri ke-estetikaan dilakukan untuk mengetahui adanya kaitan antar komponen sistem visual dan aspek non-fisik pada masing-masing koridor terhadap Jembatan Ampera yang menjadi landmark kota Palembang. Landasan penelitian bertema keestetikaan lingkungan perkotaan berbasis pada kultural historiografis bertujuan memperoleh unsur fisik/spasial dan unsur normatif yang secara eksistensial maupun arsitektural berpotensi determinatif-indikatif dalam mencipta keestetikaan lingkungan.Lingkungan perkotaan yang di pilih yaitu Koridor Jalan Sudirman Seberang Ilir (SI) dan Koridor Seberang Ulu (SU) Kota Palembang. Kedua koridor perkotaan ini memiliki keterkaitan fungsional masing-masing dan norma simbolik eksistensial masing-masing. Koridor SI berada di utara jembatan Ampera; sedangkan koridor SU berada di kawasan selatan Jembatan Ampera. Saat ini secara fungsional koridor SI pada ruas jalan Sudirman ini bertumbuh menjadi area kegiatan komersial dan kuat akan pengaruh Belanda, yang tentu akan berdampak pada nilai strategis yang dimilikinya. Sementara pada ruas koridor SU jalan Seberang Ulu tetap bertumbuh dalam konsep vernakular dan fungsi pengendali kesinambungan eksistensi tradisi budaya Kapiten dan Arab. Kondisi kedua lokasi yang berbeda ini secara estetis menjadi unik, oleh karena dalam pertumbuhan dan upaya peningkatan kebutuhan masyarakat serta ragam kegiatannya berlangsung melalui proses keselarasan antara nilai-budaya tradisi dan nilai-modernitas kehidupan urban, tetapi tetap dapat memberikan ekspresi nilai strategis kultural. Selain itu juga diharapkan dapat menemukan hubungan sistem visual dan aspek non fisik pada tiap-tiap koridor penggal jalan terhadap kualitas visual jembatan Ampera sebagai landmark Kota Palembang.Penelitian ini menggukana metode penelitian kualitatif dengan pendekatan rasionalistik, dimana penerapan penelitian ini menggunakan metoda pengumpulan secara langsung yaitu penelitian lapangan melalui observasi visual maupun melalui respondensi, untuk menganalisa permasalahan yang ada dengan melihat sistem visual melalui hubungan antar elemen.Penelitian ini dilakukan dalam format monodisiplin keilmuan, yang difokuskan pada bidang arsitektur-kota dan bidang estetika lingkungan, melalui proses studi literatur, observasi visual lapangan, pengolahan data, analisis fenomenologis citra kultural dan historiografi kota, diskusi dengan para nara-sumber terkait dan penyimpulan atas praduga awal.Kata kunci : keestetikaan lingkungan, landmark, strategis kultural, sistem visual.
TINGKAT KOMPLEMEN ARSITEKTURAL ELEMEN NATURAL DAN BUATAN DALAM PENGUNGKAPAN FUNGSIONALITAS RUANG KOTA Raisa Firasyan; F.X. Budiwidodo Pangarso
Riset Arsitektur (RISA) Vol 7 No 04 (2023): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/risa.v7i04.7232.334-350

Abstract

Abstract - Architecture is always pervaded by the context in which it is placed. This is of course closely relatedto the visual impression created on a large scale, namely the city scale. A city can have an identity because thearchitecture in it is related to its nature. The elements that make up the urban space will adapt and anticipateusing designs that respond to geographic facts. These adjustments can lead to dif erent visual goodness values.Cities are often simply separated from nature, coupled with the destruction of nature caused byindif erent humans. This thinking is called binary pairs, where a city and nature are considered contradictoryand cannot be united. Humans raise their hands against exploitation and environmental pollution. Valssonwrites that this thinking is wrong, and can be corrected by the method of complementarity. Therefore, the focusof this research is to find the level of complementarity between the geographical facts of the city and thearrangement of architectural elements through panoramic view of the city's space and functional condition ofthe Segiri Market Area, Samarinda.This research was conducted qualitative descriptive with the help of pictorial analytic technique. Theresearch aims to contribute a study of urban aesthetics, with a focus on the complementarity of urban elements.This research is theory-based from several literatures and online observation of the object of study. The datacollected is associated with a theoretical study of urban literature of urban aesthetics.Samarinda City is a waterfront city which is crossed by the Mahakam River and its tributary, theKarang Mumus River. Even though it is a tributary, the Karang Mumus River has a fairly large width of 40meters. This geographical fact relates to the surrounding architectural elements visually. These relationshipscan be complementary or analogous, dif ering in each area of observation. The review of the complementarity ofeach observation area is accompanied by observations of the activities in it, and dif erences in human activitypatterns are found based on these relationships.It is hoped that this research can provide benefits in the form of a study of urban aesthetics, with afocus on the relationship between natural and artificial elements of urban space and activity patterns in urbanspace in the Segiri Market Area, Samarinda. In addition, it is hoped that this research can become additionalknowledge and as a reference and basis for further research.Keywords: complementarity, urban elements, functional townscape, Samarinda