Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni

Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta Untung Subroto; Monty P.Satiadarma; Linda Wati
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i1.371

Abstract

Adler mengatakan kepribadian juga dapat ditentukan dengan melihat urutan kelahiran. Setiap anak memiliki kecemasan yang ditimbulkan karena urutan kelahiran tersebut. Terdapat 2 jenis kecemasan yang sering dipakai state dan trait anxiety. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kecemasan berdasarkan urutan kelahiran, dan melihat masalah anak berdasarkan perannya sebagai anak tertua, tengah, bungsu atau tunggal. Penelitain ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif pada 100 mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa secara umum baik untuk dimensi stait dan trait semua partisipan memiliki kecemasan yang rendah. Berdasarka dimensi state, anak tunggal memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan anak dengan urutan lahir lainnya (M=2.27, SD=0.66). Kemudian tingkat kecemasan tertinggi kedua adalah anak sulung (M=2.14, SD=0.51). lalu anak tengah (M=2.10, SD=0.52), dan yang terakhir adalah anak bungsu (M=2.04, SD=0.42). Hal ini dapat diartikan bahwa anak tunggal memiliki kecenderungan akan kecemasan yang lebih tinggi secara subyektif dibandingkan dengan anak anak  tengah, sulung dan bungsu. Berdasarkan analisis, data juga ditemukan bahwa pada dimensi trait, anak tengah dan anak bungsu memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan anak sulung dan anak tunggal. Anak tengah memiliki skor mean 2.31 dengan standar deviasi sebesar 0. 49. Anak bungsu memiliki skor mean 2.31 dengan standar deviasi sebesar 0.41. Sedangkan skor mean pada anak sulung adalah 2.30 dengan standar deviasi sebesar 0.36 dan anak tunggal memiliki skor mean 2.26 dengan standar deviasi sebesar 0.59. Hal ini dapat diartikan bahwa anak tengah dan bungsu memiliki kecenderungan memiiliki kecemasan yang sifatnya relatif menetap dan penghayatan kecemasannya cenderung sebagai sifat dari kepribadian.Kata kunci: kecemasan, state, trait, urutan kelahiran.
GAMBARAN TRIANGULAR OF LOVE PADA PASUTRI PASCA MELAHIRKAN Evelyn Cindy; Linda Wati; Erik Wijaya
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.923

Abstract

Perubahan yang terjadi pada ibu pasca melahirkan dapat membawa dampak terutama dalam hubungan terhadap pasangan. Perubahan tersebut antara lain perubahan fisik, perubahan dalam melakukan hubungan seksual, perubahan emosi dan mengurus anak. Fenomena perubahan yang terjadi pada ibu setelah pasca melahirkan dapat berdampak pada hubungan terhadap pasangan terutama dalam hal intimacy, passion, dan commitment. Robert Sternberg mengemukakan ketiga unsur cinta yaitu intimacy, passion, dan commitment haruslah seimbang agar menciptakan hubungan yang baik dan tahan lama (Papalia et al., 2009). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran triangular of love pada pasutri pasca melahirkan. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 April 2015 di Jakarta dengan melibatkan 392 pasang suami istri sebagai partisipan. Kriteria subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang berusia 21-40 tahun dan memiliki anak yang berusia enam minggu hingga empat tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sternberg Triangular Love Scale. Hasil penelitian menunjukkan dari ketiga dimensi yaitu intimacy, passion, dan commitment dimensi passion adalah dimensi yang paling rendah diantara dimensi intimacy dan commitment pada pasangan pasca melahirkan. Hasil juga menunjukan jika dilihat dari triangular love suami dari 392 subyek yaitu; a) 1 subyek cenderung rendah pada dimensi intimacy suami, b) 10 subyek cenderung rendah pada dimensi passion suami, dan c) cenderung tinggi 392 subyek pada dimensi commitment suami. Sedangkan, pada triangular love istri dari 392 subyek didapatkan hasil berupa; a) 6 orang cenderung rendah pada dimensi intimacy istri, b) 5 orang cenderung rendah pada dimensi passion istri, dan c) cenderung tinggi 392 subyek pada dimensi commitment istri.
STUDI KASUS: TERAPI BERMAIN MEMFASILITASI PERUBAHAN PERILAKU MENOLAK SEKOLAH Monica Sri Sunaringsih; Linda Wati
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.3765

Abstract

Perilaku menolak sekolah, adalah perilaku yang umum dialami anak-anak dalam masa sekolah, dengan berbagai alasan. Perilaku ini tidak selalu menjadi diagnosa patologis, tapi pada praktisnya kerap menyebabkan stres dalam keluarga. Saat anak memiliki keinginan untuk tidak hadir di sekolah, mereka cenderung berperilaku maladaptif. Child-Centered Play Therapy (CCPT) dipandang sebagai bentuk intervensi terapetik yang tidak berfokus pada permasalahan anak secara langsung, tetapi memberikan ruang dan kesempatan pada anak untuk memproses masalahnya. CCPT terbukti dapat mengatasi berbagai masalah perilaku dalam perkembangan anak hingga remaja. Namun, belum banyak ulasan mengenai bagaimana CCPT memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi baru mengenai efektivitas CCPT dalam mengubah perilaku anak terhadap sekolah. Subjek penelitian ini adalah anak perempuan berusia 6 tahun. Penelitian qualitative, single case study ini memberikan penjelasan proses perubahan/ transformasi perilaku partisipan secara intensif dan deskriptif dalam 18 sesi terapi individual. Play Therapy Dimensional Model (PTDM) dalam level consiousness-unconsiousness dan directive-nondirectiveness akan mendeskripsikan arah pergerakan dan perubahan perilaku partisipan dalam proses terapi. Hasil penelitian berbentuk laporan observasi peneliti, dokumentasi sesi, dan laporan orangtua menunjukkan keselarasan terhadap perubahan perilaku partisipan. Perubahan perilaku sesuai dengan tujuan CCPT dan sesuai dengan harapan orangtua. Partisipan hadir di sekolah, berani menampilkan dirinya di depan kelas, dan perilaku somatis sirna.  School refusal is a behavior commonly found in school age children, with various reasons. This behavior is not always a pathological diagnosis, however, in practice it often causes stress in the family. When children refuse to attend school, they tend to behave maladaptively. Child-Centered Play Therapy (CCPT) is seen as a form of therapeutic intervention that does not focus on children's problems directly, but it gives children space and opportunity to process their problem. CCPT is proven to be able to treat various behavioral problems in the development of children to adolescents. However, there are not many reviews about how CCPT facilitates this behavioral change. This study aims to provide new information about the effectiveness of CCPT in changing children's behavior towards school. The sole subject of this study was a 6-year-old girl. This qualitative, single case study provides an explanation of the process of change / transformation of participant's intensive and descriptive behavior in 18 individual therapy sessions. Play Therapy Dimensional Model (PTDM) at the level of consciousness-unconsiousness and directive-nondirectiveness will describe the direction of movement and changes in participant behavior during the therapy process. The result of the study was in the form of researchers' observation reports, session documentation, and parental reports show conformity with changes in participant behavior. Changes in behavior was in accordance with the goals of the CCPT and with expectations of the parents. Participant attended school, dared to present herself in front of the classroom, and somatic behavior disappeared.