Claim Missing Document
Check
Articles

Peran Conscientiousness sebagai Moderator dari Hubungan Job Resources dan Work Engagement Karyawan Information Technology (IT) pada PT. X Sugiarto, Winoto; Suyasa, P. Tommy Y. S.; Lie, Daniel
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i1.369

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran dari conscientiousness sebagai moderator hubungan antara job resources dan work engagement yang ada pada PT. X khususnya pada unit kerja Information Technology (IT). Karyawan IT yang bekerja menunjukkan work engagement yang rendah, indikatornya adalah semangat, dedikasi dan kekhusyukan yang rendah terhadap pekerjaan. Partisipan diambil dari 72 karyawan IT yang terdiri dari developer dan support di PT. X. Teknik sampling menggunakan probability sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner Utrecht Work Engagement Scale (UWES), Job-Demands Resources Questionnaire, dan NEO PI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa job resources berelasi positif terhadap work engagement. Relasi positif antara job resources dan work engagement tidak berbeda antara partisipan yang memiliki conscientiousness tinggi dan partisipan yang memiliki conscientiousness rendah pada dimensi coaching dan opportunity for development. Namun peran conscientiousness sebagai moderator hubungan antara job resources dan work engagement terlihat pada dimensi feedback, social support dan autonomy. Keywords: work engagement, job resources, conscientiousness, moderator, karyawan IT
UJI PERAN ABUSIVE SUPERVISION SEBAGAI MEDIATOR : HUBUNGAN MACHIAVELLIANISM DENGAN PERILAKU KERJA KONTRAPRODUKTIF Yuliana, Yuliana; Suyasa, P. Tommy, Y. S.
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v2i2.2226

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji peran abusive supervision sebagai mediator hubungan machiavellianism dengan perilaku kerja kontraproduktif (PKK). PKK merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu secara sengaja yang bertentangan dengan tujuan, aturan, dan norma organisasi serta dapat memberikan efek negatif bagi organisasi dan anggota di dalamnya. Machiavellianism merupakan sifat kepribadian yang dikarekteristikan dengan kecenderungan keyakinan sinis terhadap orang lain dan tindakan manipulatif untuk mencapai keuntungan pribadi (seperti uang, kekuasaan, dan status). Abusive supervision adalah persepsi subyektif dari bawahan mengenai sejauh mana perilaku atasan dinilai tidak menyenangkan baik perilaku verbal maupun non verbal, namun tidak melibatkan kontak fisik. Penelitian ini melibatkan 337 partisipan yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan manufaktur kasur pegas. Analisis data dilakukan dengan metode path analysis dengan software Smart-PLS versi 3.2.7. Hasil penelitian menunjukkan abusive supervision berperan sebagai mediator secara penuh hubungan machiavellianism dengan PKK. The purpose of this study is to examine the role of abusive supervision as the mediator between machiavellianism and counterproductive work behavior (PKK). PKK is a behavior carried out intentionally by individuals that conflicts with the goals, rules, and norms of the organization which negatively affects the organization and its members. Machiavellianism is a personality trait that is characterized by the tendency of cynical beliefs towards others and manipulative actions for personal gain (such as money, power, and status). Abusive supervision is the subjective perception of the subordinates regarding the extent to which the behavior of the supervisor is deemed unpleasant both verbally and nonverbally, but does not involve physical contact. This study involves 337 participants who worked as employees at a spring bed manufacturing company. Data analysis was performed using path analysis method with Smart-PLS software version 3.2.7. The result of the study shows that abusive supervision acts as a full mediator between machiavellianism and PKK.Keywords: Machiavellianism, counterproductive work behavior, abusive supervision .
PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP PROXIMAL WITHDRAWAL STATES PADA KARYAWAN PERUSAHAAN PERBANKAN Venesia, Venesia; Tumanggor, Raja O.; Suyasa, P. Tommy Y.S.
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.3496.2020

Abstract

Banks play an important role in a country's economy. However, banks face various challenges in meeting their objectives. One of the challenges faced by some banks is a high employee turnover rate. In regards to turnover, there is a new concept of proximal withdrawal states proposed by Hom, Mitchell, Lee, and Griffeth (2012) as the closest and more accurate predictor of turnover than intention to leave (Li, Lee, Mitchell, Hom, & Griffeth, 2016).Proximal withdrawal states is the condition of one's motivation towards the company where he/she works, which consists of two dimensions, namely (a) preference to leave or stay in the company (intention to leave) and (b) control of those desires (perceived control over preference). The combination of the two dimensions forms four types of proximal withdrawal states, namely enthusiastic leavers, reluctant stayers, reluctant leavers, and enthusiastic stayers. Job satisfaction, which has a significant negative relationship with intention to quit (Masum et al., 2016), proved to be more accurate in predicting turnover when analyzed with proximal withdrawal states (Li et al., 2016).This study aims to determine the effect of job satisfaction on proximal withdrawal states in banking company employees. This study uses descriptive non-experimental research method, with purposive sampling technique. 273 banking company employees who participated in this study. The results of the analysis using multinominal logistic regression testing showed the effect of job satisfaction on proximal withdrawal states for banking employees. The higher the level of job satisfaction of banking employees, the greater the tendency for employees to become enthusiastic stayers or reluctant stayers, both of whom have a desire to remain in the company. Bank memiliki peran penting bagi perekonomian negara. Namun bank menghadapi berbagai tantangan dalam memenuhi tujuannya. Salah satu tantangan yang dihadapi beberapa bank adalah tingkat turnover karyawan yang tinggi. Terkait dengan turnover, terdapat konsep baru mengenai proximal withdrawal states yang diusulkan oleh Hom, Mitchell, Lee, dan Griffeth (2012) sebagai faktor (prediktor) yang paling dekat dan lebih akurat untuk memprediksi turnover dibandingkan intention to leave (Li, Lee, Mitchell, Hom, & Griffeth, 2016). Proximal withdrawal states adalah kondisi motivasi seseorang terhadap perusahaan di mana ia bekerja, yang terdiri dari dua dimensi yaitu (a) preferensi untuk keluar atau menetap di perusahaan (intention to leave) dan (b) kendali atas keinginan tersebut (perceived control over preference). Perpaduan kedua dimensi tersebut membentuk empat jenis proximal withdrawal states, yaitu enthusiastic leavers, reluctant stayers, reluctant leavers, dan enthusiastic stayers. Kepuasan kerja, yang memiliki hubungan signifikan negatif dengan intention to quit (Masum et al., 2016), terbukti semakin akurat dalam memprediksi turnover ketika dianalisis dengan proximal withdrawal states (Li et al., 2016). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap proximal withdrawal states pada karyawan perusahaan perbankan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental deskriptif, dengan teknik purposive sampling. Terdapat 273 karyawan perusahaan perbankan yang menjadi partisipan dalam penelitian ini. Hasil analisis dengan pengujian regresi logistik multinominal menunjukkan adanya pengaruh kepuasan kerja terhadap proximal withdrawal states pada karyawan perbankan. Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan perbankan, maka semakin besar peluang karyawan untuk menjadi enthusiastic stayers ataupun reluctant stayers, di mana keduanya memiliki keinginan untuk menetap di perusahaan.
RANCANGAN KUESIONER LIMA ASPEK MINDFULNESS BAHASA INDONESIA Mutiara, Raden; Suyasa, P. Tommy Y.S.
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.11783.2021

Abstract

The Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) is one of the most widely used mindfulness measurement instruments due to the ability of the instrument to assess not only how the individual is at present, but also provides accurate conclusions about the impact of each mindfulness practice that has been practiced before. Unfortunately, the Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) is not available in Indonesian. The study was conducted to redesign the Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) developed by Baer et al. (2006) in English which consisted of 39 items representing 5 aspects, namely acting with awareness, non-assessing experiences, observing, non-reactivity of inner experiences, and describing in words. The questionnaire redesign in Indonesian version and developed into 40 items consisting of 8 items representing acting with awareness, 9 items representing non-judging of experience, 8 items representing observing, 7 items representing non-reactivity of inner experiences, and 8 items represent describing with words. The questionnaire was arranged in a submitted rating scale format with choices that had  been arranged in semantic differential format where response options are presented on a bipolar scale. Kuesioner lima aspek mindfulness atau yang lebih dikenal Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) adalah salah satu instrumen pengukuran mindfulness yang paling banyak digunakan disebabkan oleh kemampuan instrumen ini menilai bukan hanya bagaimana individu pada saat ini, namun juga memberikan penilaian yang akurat tentang dampak dari setiap praktik mindful yang telah dipraktekkan sebelumnya. Sayangnya saat ini instrumen Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) belum tersedia dalam bahasa Indonesia. Penelitian dilakukan untuk membuat rancangan kuesioner lima aspek mindfulness atau Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) yang telah dikembangkan oleh Baer et al. (2006) menggunakan bahasa Inggris yang terdiri dari terdiri dari 39 butir yang mewakili 5 aspek yaitu acting with awareness, non-judging of experience, observing, non-reactivity of inner experience, dan describing with words. Kuesioner tersebut yang dirancang kembali dalam bahasa Indonesia dan berkembang menjadi 40 butir yang terdiri dari 8 butir pernyataan mewakili aspek acting with awareness, 9 butir pernyataan mewakili aspek non-judging of experience, 8 butir pernyataan mewakili aspek observing, 7 butir pernyataan mewakili aspek non-reactivity of inner experience dan 8 butir pernyataan mewakili aspek describing with words. Kuesioner disusun dalam format submitted rating scale dengan pilihan respon disusun dalam format semantic differential dimana pilihan respon disajikan dalam skala bipolar.
HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DENGAN INTENSI KELUAR KERJA (STUDI META-ANALISIS) Jessica, Jessica; Y. S. Suyasa, P. Tommy
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.9990.2022

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dan intensi keluar kerja. Penelitian ini dilakukan dengan metode meta-analisis. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa artikel penelitian diambil dari website resmi APA, PsycINFO. Sebanyak 22 artikel berhasil dikumpulkan sebagai data penelitian dan dari artikel tersebut didapatkan 33 studi. Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja dan intensi keluar kerja memiliki hubungan negatif. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang didapatkan karyawan, maka tingkat intensi keluar kerja akan menjadi semakin rendah. Berlaku juga hal sebaliknya, jika kepuasan kerja rendah, maka intensi keluar kerja yang terjadi akan semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesimpulan dari keseluruhan artikel yang digunakan menyatakan bahwa kepuasan kerja masih berperan cukup besar dalam memprediksi intensi keluar kerja.
The Role of Quality of Work Life as a Predictor of Counterproductive Work Behavior P. Tommy Y. S. Suyasa
ANIMA Indonesian Psychological Journal Vol. 32 No. 3 (2017): ANIMA Indonesian Psychological Journal (Vol. 32, No. 3, 2017)
Publisher : Laboratory of General Psychology, Faculty of Psychology, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.523 KB) | DOI: 10.24123/aipj.v32i3.631

Abstract

Counterproductive work behavior (CWB) is work behavior that violates the rules/norms (written or unwritten) that could potentially harm an organization or members of an organization. This study aimed to explain CWB based on the condition of the quality of work life (QWL). CWB can be negative behavior towards co-workers/supervisors/subordinates in the workplace (CWB-I) and can be either negative behavior towards tasks/rules/organizational system (CWB-O). Participants in this study were the members of National Police. The number of participants was 305 people. Based on the analysis, the better the quality of relationships with supervisors (supervisory), the implementation of work culture (constitutionalism), the quality of relationships with co-workers (co-worker), and the quality of tasks/responsibilities (promotion), the lower the CWB-I. Meanwhile, the lower levels of CWB-O were predicted by the promotion of quality of relationships with supervisors (supervisory). The study raised a further question concerning why the higher quality of/balance between work and private life (work life balance) led into the higher levels of CWB-I.
The Relationships Between Job Embeddedness, Person-Organization Fit, and Turnover Intention Albertha Haga Ciptaningtyas; P. Tommy Y. S. Suyasa; Linda Wati
ANIMA Indonesian Psychological Journal Vol. 33 No. 1 (2017): ANIMA Indonesian Psychological Journal (Vol. 33, No. 1, 2017)
Publisher : Laboratory of General Psychology, Faculty of Psychology, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.508 KB) | DOI: 10.24123/aipj.v33i1.1439

Abstract

This study aim to examine the relationships between job embeddedness, person-organization fit (POF), and turnover intention. Job embeddedness is a variety of conditions that make individuals feel attached to their job and organization. Person-organization fit is the compatibility between the characteristics of individuals and their organizations. Turnover intention is an employee’s conscious desire to leave his or her organization. This study was conducted among employees of a retail company in West Jakarta. The number of participants in this study was 177 employees. Data analysis was performed using Spearman correlation. Results show that job embeddedness was related to person-organization fit and turnover intention. However, there was no relationship between turnover intention and person-organization fit.
Pengembangan Alat Ukur Kreativitas Pada Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Yeni Anna Appulembang; P. Tommy Y.S. Suyasa
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol 6, No 1 (2014): Provitae
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.478 KB) | DOI: 10.24912/provitae.v6i1.226

Abstract

Creativity is very important in all fields, Architecture is one of them because architecture is the art and technique of designing the enclosure of space for human use. The architect must be creative and capable of thinking, feeling and convey spatial ideas. Therefore more important to measure their ability on creativity for applicant’s architecture student when the process entrance examinations. The purpose of research is to develop an instrument to measure the creativity architecture students. In this research, the researcher was using quantitative method. A total of participants 275 . Percentile rank norm was utilized to determine creativity architecture students. In this research were measure content validity, construct validity and internal consistency reliability. To measure content validity, researcher was given the instrument to five panel of expert. Internal consistency reliability was 0.8. The research results in the form of instruments to measure creativity architecture students. The results are then used as a means of used to selecting students applying for the architecture study program.Keywords : architecture, creativity
PENGARUH RASA TIDAK AMAN BEKERJA TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING DAN KUALITAS TIDUR DENGAN JOB EMBEDDEDNESS SEBAGAI MODERATOR Theresia Meirosa Purba; P. Tommy Y.S. Suyasa
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.3556

Abstract

Perubahan adalah suatu hal yang tidak terelakkan. Perubahan yang terjadi dalam organisasi bahkan disebut dapat menjadi salah satu sumber stress pada karyawan. Adanya gejala stress yang dialami karyawan tampak dari rasa tidak aman mengenai masa depan ataupun kelanjutan pekerjaannya. Bahkan rasa tidak aman bekerja diprediksi dapat berpengaruh terhadap kondisi emosi dan kualitas tidur karyawan. Dengan mengembangkan penelitian terdahulu, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh dari rasa tidak aman bekerja terhadap subjective well-being dan kualitas tidur pada karyawan Perusahaan X, dengan job embeddedness sebagai variabel moderator. Sebagai suatu gejala stress, rasa tidak aman bekerja (job insecurity) diartikan sebagai ancaman kehilangan pekerjaan yang dirasakan individu serta rasa khawatir yang berkaitan dengan ancaman tersebut. Dampak dari rasa tidak aman tersebut tampak pada subjective well-being yang diartikan sebagai penilaian keseluruhan individu terhadap pengalaman emosional, serta tampak pula pada kualitas tidur, yaitu aspek kuantitatif dan subyektif dari pengalaman tidur individu. Job embeddedness sebagai moderator didefinisikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk bertahan pada pekerjaan dan organisasi atau perusahaan. Penelitian ini berbentuk studi kuantitatif non-eksperimental dengan melibatkan 110 karyawan tetap dari Perusahaan X. Pengambilan data dilakukan melalui metode survey dengan menyebarkan e-form. Kemudian data dianalisis dengan metode regresi linear melalui program SPSS 24.0. dan menunjukkan hasil di mana secara umum job embeddedness tidak menunjukkan peran sebagai moderator pada pengaruh dari rasa tidak aman bekerja terhadap subjective well-being maupun kualitas tidur. Namun demikian, job embeddedness pada level tertentu akan menunjukkan peran sebagai moderator. Change is inevitable Changes that occur in an organization might even be a stressor for employees. One symptom of stress experienced by employees is the insecurity about the future or the continuation of their employment. This feeling of work insecurity is predicted to affect the emotional condition and quality of sleep of employees. By improving on previous research, this study aims to identify the effect of work insecurity on subjective well-being and sleep quality in Company X employees, with job embeddedness as a moderating variable. As a symptom of stress, job insecurity is defined as the threat of job loss felt by individuals as well as the worry associated with said threat. The impact of insecurity on subjective well-being is defined as an overall individual assessment of emotional experience, which is reflected on the quality of sleep, namely the quantitative and subjective aspects of individual sleep experience. Job embeddedness as the moderator is defined as the factors that influence a person's decision to stay with the job and organization or company. This research is a non-experimental quantitative study involving 110 employees from Company X. Data was collected through a survey by distributing e-forms. Then, the data were analyzed using linear regression method on SPSS 24.0. which shows that, in general, job embeddedness does not serve as moderator of the influence of work insecurity on subjective well-being and sleep quality. However, job embeddedness, at a certain level serves as moderator.
PERAN KETERIKATAN KERJA SEBAGAI MEDIATOR EFIKASI DIRI DALAM MEMPREDIKSI INTENSI KERJA Kevin Djasa; P. Tommy Y.S. Suyasa; Bonar Hutapea
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7564.2020

Abstract

Lecturers are considered important workforce for a university or in any highgrade education institutions. University X had experienced a decrease in educational manpower due to system changes which creates a significant problem towards the university management in fulfilling the needs and demands of lecturers that are needed to accommodate the large ammount of students that are increasing exponentially. To address this problem, the university need to encourage lecturers who had high intentions to quit to be involved more in their professional practices and believe in their skills as a lecturer in the field of teaching, researching and community service. The aim of this research is to understand the role of Work Engagement as a mediator of Self-efficacy in predicting Turnover Intention of lecturers working in a university. This research is an analytic correlational research which uses quantitative approach of Non-experimental method. Data regarding levels of self-efficacy, work engagement and turnover intention of participants are collected via questionnaire links. The number of participants in this research were 163 lecturers. Self-efficacy and work engagement within the lecturers are categorized as high, besides that turnover intention within the lecturers are categorized as medium. The hypothesis testing used the Spearman Rank with a 95% trust level. Results show that self efficacy is significant towards turnover intention (r=-0,408; p<0,000). Results also show thatself-efficacy is significant towards work engagemen t(r=0,617; p<0,000). Work engagement fully mediated the relationship between self-efficacy and turnover intention. Dosen merupakan tenaga kerja penting dalam sebuah institusi pendidikan tinggi atau universitas. Universitas X mengalami penurunan dalam aspek sumber daya dosen akibat pergantian sistem baru sehingga menimbulkan permasalahan bagipengelolauniversitas dalam memenuhi tuntutan jumlah dosen yang cukup untuk mengakomodasi jumlah mahasiswa yang semakin banyak. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, universitas harus berupaya melibatkan dosen yang memiliki intensi keluar yang tinggi untuk lebih melibatkan mereka dalam praktek profesi dan meningkatkan keyakinan kemampuan mereka dalam mengajar, melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran keterikatan kerja sebagai mediator efikasi diri dalam memprediksi intensi kerja pada dosen yang bekerja di universitas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode non-experimental. Data tingkat efikasi diri, keterikatan kerja dan intensi kerja responden dikumpulkan dengan link kuesioner. Subyek penelitian berjumlah 163 dosen yang bekerja di Universitas X. Rata-rata tingkat efikasi diri dan keterikatan kerja dosen dalam kategori tinggi, sementara rata-rata tingkat intensi kerja dosen dalam kategori sedang. Uji hipotesis untuk setiap variabel menggunakan Spearman Rank dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri dan intensi kerja (r = -0,408; p<0,000). Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri dan keterikatan kerja (r = 0,617; p<0,000). Kerikatan kerja memiliki peran signifikan sebagai mediator sempurna antara efikasi diri dan intensi kerja.
Co-Authors Agung, Nicolette Kevin Rose Albertha Haga Ciptaningtyas Alexander Abraham Daeng Kuma Amala Fahditia Angelina Alvina Ayuprilani Appulembang, Yeni Anna Ariyanti, Tita Aulia Aurelia S. Djuanto Bonar Hutapea Cecilia Tiara Putri Cecilia Tiara Putri Debora Basaria Dewi, Fransisca I. R. Dian Ardianti Dinah Kartana Fahditia, Amala Fakkar, Elisabeth Juliarti Felita Oktaviani Felita Oktaviani Felycia Klaviera Mulyana Florencia Irena Florensia Louhenapessy Fransisca I. R. Dewi Fransisca Iriani Dewi Hanna Christina Uranus Harsoyo, Tania Talitha Hayfatunisa, Gea I Made Budiana Ignatius Roni Setyawan Ismoro Reza Prima Putra Jap Tji Beng Jessica Jessica Jessica Jessica Jessyca Jessyca Jessyca, Jessyca Joyce Natalia Setiawan Kevin Djasa Lahdji, Mona Lie, Daniel Lie, Daniel Lilies Nuraini Linda Wati Lukas Juliano Luthfiyah, Sahla Ikhlasul Maghfira, Naya Astri Masita, Danny Mirda Sari Ningtyas Dara Pertiwi Mona Lahdji Mulyatri, Lydia Mutiara, Raden Naomi Margaretha Hutahaean* Naomi Soetikno Nurcintame, Nydia Putri Puspa Putri Sajuthi Rae, Olivia Beatrix Rahaditya, R. Raja O. Tumanggor Rasai Tumcala, Gabi Manuru Riana Sahrani Riska Umami Lia Sari Rita Markus Idulfilastri Rizki Dwi Prasetya Sagunda Nur F, Valentin Sari, Meylisa Permata Sartika Zumria Sebastiaan Rothmann Sihotang, Fitriana Nursinta Siti Djauharoh Stephanie Angelina Stephanus Arbi Setyastoro Suci Fadhla Hasanah Sugiarto, Winoto Taruman, Evangel Chloe Theresia Meirosa Purba Tumanggor, Raja O. Tumanggor, Raja Oloan Vallerie Meijer Venesia, Venesia Wibisono Ghany Fitriadi Wijaya, Erik Yenike Margaret Isak Yuliana Yuliana Yunita Christiana Zamralita Zamralita