Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisa Penggunaan Lahan Tahun 2013 Sampai Tahun 2023 di Kabupaten Seruyan Eko Dedy Kurniawan; Singgih Hartanto; Theresia Susi; Herwin Sutrisno
REKA RUANG Vol 7 No 1 (2024): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v7i1.4964

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk tujuan mengetahui pola perubahan lahan di Kabupaten Seruyan dari tahun 2013 sampai 2023. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis kuantitatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kondisi pola perubahan penggunaan lahan menggunakan data penggunaan lahan Kabupaten Seruyan tahun 2013 dan 2023 dengan klasifikasi sebanyak 15 jenis penggunaan lahan sebagai berikut. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tutupan lahan Kabupaten Seruyan selama 10 tahun banyak mengalami perubahan. Jenis penggunaan lahan yang mengalami penurunan adalah hutan rawa sekunder dengan nilai persentase sebesar 20% dan lahan terbuka sebesar 1%, sedangkan penggunaan lahan yang mengalami peningkatan yaitu kebun campur, lahan terbangun, perkebunan, semak belukar, dan semak belukar rawa.
Kombinasi Proses Elektrokoagulasi Oksidasi Lanjut Berbasis O3/GAC Pada Limbah Cair Industri Batik Enjarlis Enjarlis; Singgih Hartanto; Marcelinus Christwardana; Boy Frando Sijabat; Ode Resa Fatlan
Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan Vol 14, No 1 (2019): Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan (June, 2019)
Publisher : Chemical Engineering Department, Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23955/rkl.v14i1.12274

Abstract

Gabungan proses Elektrokoagulasi-Oksidasi Lanjut (EC-OL) berbasis O3/GAC merupakan teknologi alternatif untuk mengolah limbah cair industri Batik. Limbah cair industri batik mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun, mempunyai COD 500 - 3000 ppm, BOD 1200 ppm dan TSS 10.000 ppm serta tidak memenuhi Baku Mutu Lingkungan.Tujuan penelitian gabungan EC-OL pada limbah cair batik yaitu menentukan: (a) waktu optimum proses Elektrokoagulasi (EC), (b) dosis ozon dan jumlah karbon aktif yang tepat pada Oksidasi Lanjut berbasis O3/GAC (OL), dan (c) pengaruh gabungan proses Elektrokoagulasi-Oksidasi Lanjut (EC-OL) berbasis O3/GAC terhadap konstanta laju degradasi kontaminan organik (k) dalam limbah cair industri Batik. Pada gabungan proses EC-OL, untuk elektrokoagulasi digunakan elektroda Al, kuat arus 1 A tetap, dan waktu proses (20, 40 dan 60 menit) dan Oksidasi Lanjut (OL) dilakukan pada dosis ozon (0,0625; 0,125 dan 0,1875 gr O3/liter) dan massa GAC (10, 20 dan 30 gram). Parameter uji yang digunakan yaitu nilai COD, Total suspention solid (TSS) dan warna limbah. Dari hasil percobaan diperoleh: (a) waktu proses elekrtrokoagulasi terbaik selama 60 menit dengan penurunan COD 54 % dan TSS 31%, (b) pada proses OL berbasis O3/GAC diperoleh dosis ozon terbaik sebesar 0,125 gr O3/L dan massa GAC sebanyak 30 gram dengan penurunan COD 61,11% dan TSS 15,33% dan (c) Pada gabungan proses EC-OL penurunan COD terjadi sebesar 95,08% dan TSS 81,39% dan konstanta laju degradasi kontaminan organik sebesar 0,6931 min-1.
ANALYSIS OF FIRE POST PLACEMENT BASED ON FIRE RISK IN KATINGAN HILIR DISTRICT, KATINGAN REGENCY Yoshua Paskaputra; Theresia Susi; Singgih Hartanto; Tari Budayanti Usop; Herwin Sutrisno; Petrisly Perkasa
International Journal of Social Science, Educational, Economics, Agriculture Research and Technology (IJSET) Vol. 4 No. 9 (2025): AUGUST
Publisher : RADJA PUBLIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54443/ijset.v4i9.961

Abstract

This study aims to analyze fire vulnerability levels and determine the optimal placement of fire stations in Katingan Hilir District, Katingan Regency, Central Kalimantan. Using a quantitative method and spatial modeling approach, the research integrates ten years of NASA MODIS satellite data (2015–2024) focusing on three key variables: fire hotspots, rainfall, and land cover. Findings reveal that 48.5% of the 301 recorded fire hotspots were not covered by the three existing fire stations, with the highest concentration found in Hampangen Village. Based on spatial overlay modeling and a 15-minute response time standard, the study recommends establishing a new fire station in this high-risk area. This spatial assessment offers valuable input for adaptive spatial planning and aims to enhance the regional fire risk management system.