Muhammad Yasar
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengaruh Aplikasi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) Untuk Pengolahan Limbah Air Lindi (Leachate) Secara Aerobik Terhadap Kualitas Air Sischa Anisa; Darwin Darwin; Muhammad Yasar
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 3 (2019): Agustus 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.355 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i3.11544

Abstract

Abstrak.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengolahan air lindi (leachate) dengan proses aerob menggunakan aplikasi reaktor biofilm dan reaktor tanpa biofilm untuk mengurangi bahan pencemar pada lindi. Penimbunan sampah yang dilakukan setiap harinya di tempat pembuangan akhir (TPA) dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya, dengan terbentuknya air lindi (leachate). Lindi yang terinfiltrasi akan mencemari air tanah. Pengolahan leachate sampah dilakukan secara fisika, kimia atau biologi tergantung pada karakteristik lindi. Kurangnya kandungan oksigen terlarut akan menghambat proses biodegradasi sehingga kandungan zat organik lindi akan meningkatmaka dilakukan uji coba pengolahan air lindi dengan teknologi aerasi menggunakan biofilm atau sistem pertumbuhan melekat MBBR untuk menurunkan kandungan bahan pencemar. Pengolahan dilakukan selama 10 hari olah menggunakan sistem kontinu, membandingkan reaktor tanpa biofilm (kontrol), reaktor MBBR menggunakan media k1 (kaldness) sebagai filter dan tempat melekatnya mikroorganisme serta reaktor MBBR  menggunakan arang  tempurung kelapa sebagai absorban. Volume yang digunakan 5 liter lindi untuk setiap reaktor. Dari pengolahan yang dilakukan diperoleh penurunan BOD adalah  64%, 73%, dan 75%; COD adalah mengalami kenaikan 8%, 14,3%, dan 35,8%; TKN adalah 44,44%, 56,73%, dan 75,7%, Fe adalah 9,041mg/l (influent); 8,033 mg/l; 9,0543 mg/l dan 5,053 mg/l.The Effect of Application Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) To Leachate Wastewater Treatment Aerobically To Water QualityAbstract. This study aims to determine the effectiveness of leachate with aerobic processes using biofilm reactors and reactors without biofilms to reduce pollutants in leachate. The landfill that is carried out every day in the landfill (TPA) can cause problems for the surrounding environment, with the formation of leachate (leachate). Infiltrated leachate will contaminate ground water. Processing of waste leachate is done in physics, chemistry or biology depending on leachate characteristics. Lack of dissolved oxygen will inhibit the biodegradation process so that the content of leachate organic matter will increase, then a trial of leachate treatment with aeration technology is carried out using a biofilm or MBBR's inherent growth system to reduce the pollutant content. Processing was carried out for 10 days using a continuous system, comparing the reactor without biofilm (control), the MBBR reactor using k1 (kaldness) as a filter and the attachment of microorganisms and the MBBR reactor using coconut shell charcoal as absorbent. The volume used is 5 liters of leachate for each reactor. From the processing carried out obtained a decrease in BOD is 64%, 73%, and 75%; COD has increase by8%, 14.3%, and 35.8%; TKN is 44.44%, 56.73%, and 75.7%, Fe is 9.041mg/l (influent); 8.033 mg / l; 9.0543 mg /l and 5.053 mg /l.  
Analisis Karakteristik Biofisik Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) Di Kabupaten Aceh Singkil Zulfa Fijannah; Syahrul Syahrul; Muhammad Yasar
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 4 (2022): November 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.649 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i4.21982

Abstract

Abstrak. Keberadaan lahan pertanian memberikan manfaat yang sangat luas baik secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Oleh karena itu hilangnya lahan pertanian akibat dari konversi lahan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Lahan pertanian sawah sendiri memiliki banyak fungsi, selain sebagai penghasil padi sawah juga berperan dalam pemeliharaan lingkungan dan pelestarian sumber daya alam. Konversi lahan sawah ini dapat disebabkan oleh rendahnya nilai sewa sawah, lemahnya otoritas pengaturan dan penegakan hukum, serta lebih mementingkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan kelestarian sumber daya alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan lahan sawah menurut kriteria biofisik sebagai dasar pengendalian konversi lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik biofisik di Kabupaten Aceh Singkil terdiri dari 2 kategori lahan sawah yaitu lahan sawah utama I dan lahan sawah sekunder I. Kecamatan yang termasuk dalam lahan sawah utama I yaitu Danau Paris, Simpang Kanan, dan Kuta Baharu. Sedangkan kecamatan yang termasuk dalam lahan sawah sekunder I yaitu Suro Makmur dan Gunung Meriah.Rice Field Conversion in Aceh Singkil DistrictAbstract. The existence of agricultural land provides very broad benefits both economically, socially and environmentally. Therefore, the loss of agricultural land as a result of land conversion can have a negative impact on the surrounding environment. Rice fields themselves have many functions, apart from being a producer of lowland rice, they also play a role in environmental maintenance and the preservation of natural resources. This conversion of paddy fields can be caused by the low rental value of rice fields, weak regulatory and law enforcement authorities, and more emphasis on Regional Original Revenue (PAD) compared to the preservation of natural resources. This study aims to classify paddy fields according to biophysical criteria as the basis for controlling land conversion. The results showed that the biophysical characteristics in Aceh Singkil Regency consisted of 2 categories of rice fields, namely primary rice fields I and secondary rice fields I. The sub-districts included in the main rice fields I were DanauParis, Simpang Kanan, and Kuta Baharu. Meanwhile, the sub-districts included in the secondary rice fields I are Suro Makmur and Gunung Meriah
Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kedelai di Kabupaten Aceh Tengah Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) Anna Sabila; Fachruddin Fachruddin; Muhammad Yasar
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1454.954 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i2.10941

Abstract

Abstrak. Ketersediaan kedelai sangat penting sebagai bahan pangan dan non pangan di Indonesia, sehingga menyebabkan kebutuhan akan kedelai semakin meningkat. Namun produksi kedelai nasional tidak mampu memenuhi kebutuhan kedelai itu sendiri. Akibatnya pemerintah mulai mencari solusi untuk menanggulangi hal tersebut, salah satunya yaitu pengembangan lahan alternatif. Pengembangan lahan alternatif dapat diwujudkan melalui kesesuian lahan. Penelitian klasifikasi kesesuaian lahan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan mengklasifikasikan kesesuaian lahan tanaman kedelai di Kabupaten Aceh Tengah menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi dan uji laboratorium. Analisis kesesuaian lahan pada penelitian ini menggunakan metode overlay dan metode matching. Metode overlay yaitu penanganan data secara digital dengan menggabungan beberapa peta seperti peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng dan peta jenis tanah. Dari hasil overlay diperoleh 13 (tiga belas) Satuan Peta Lahan (SPL) dengan nilai karakteristik yang berbeda setiap satuan lahan. Sedangkan Metode matching digunakan untuk membandingkan karakteristik lahan SPL dengan kriteria kelas kesesuaian lahan tanaman kedelai. Hasil matching menunjukkan bahwa Kabupaten Aceh Tengah tergolong dalam kelas kesesuaian lahan S3 (Sesuai Marginal) dengan luas total 182,78 ha atau 61,78%, dan kelas kesesuaian lahan N (tidak sesuai) dengan luas total 89,29 ha atau 32,82%. Classification of Soybean Land Suitability at Central Aceh Regency Based on Geographic Information System (GIS)Abstract. Soybean availability is very important as food and non-food ingredients in Indonesia, thus causing the needs of soybeans to grow more and more. But the production of national soybeans was unable to fulfil the needs of soybeans itself. As a result, the government began searching for solutions to cope with such thing, one of them is alternative land development. Alternative land development can be realized through land suitability. The aims of this land suitability classification research were to know the characteristics and classify the soybean land suitability at Central Aceh Regency using Geographic Information System (GIS). The methods of data collection that used were documentation, observation, and laboratory tests. Analysis land suitability in this research using overlay and matching method. Overlay method is digital data processes by combining some maps such as land use map, land slope map, and land type map. From the overlay results obtained 13 (thirteen) Land Map Unit (LMU) with different characteristic values for each land unit. While the matching method is used to compare the characteristics of land LMU with the criteria of soybean land suitability class. The matching results showed that Central Aceh Regency is classified as the land suitability class S3 (marginally suitable) for planting soybean with total area of 182.78 ha or 61.78%, and land suitability class N (not suitable) with a total area of 89.29 ha or 32, 82%. 
Analisis Model Matematika Pengeringan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) pada Pengering Efek Rumah Kaca (ERK) Berbasis Mikrokontroller Arduino Nano Atmega328p Siti Maulida; Muhammad yasar; Indera Sakti Nasution
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/jimfp.v8i1.23283

Abstract

Abstrak.Model matematika pengeringan merupakan model simulasi yang digunakan untuk mempelajari dan menganalisis karakteristik bahan yang dikeringkan. Salah satu metode pengeringan adalah dengan menggunakan pengeringan tenaga surya tipe Efek Rumah Kaca (ERK). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui model matematika yang paling sesuai untuk menggambarkan proses pengeringan eceng gondok menggunakan alat pengering tenaga surya tipe Efek Rumah Kaca. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan pengambilan data di lapangan. Parameter penelitian yang digunakan adalah penurunan berat eceng gondok, suhu ruang pengering, kadar air, serta Moisture ratio (MR). Model yang digunakan untuk memprediksi penurunan MR eceng gondok adalah model Newton, model Henderson and Pabis, model Page, model Modified Page, model Logarithmic, model Modified Henderson and Pabis. Keenam model tersebut memiliki konstanta yang berbeda untuk menentukan koefisien determinasi dan RMSE pada setiap model.Analysis of The Mathematical Model of Drying Water Hyacinth on The Greenhouse Effect Dryer Based on The Arduino Nano Atmega328p Microcontroller Abstract. The drying mathematical model is a simulation model used to study and analyze the characteristics of the material being dried. One of the drying methods is to use the Greenhouse Effect type of solar drying. The purpose of this study was to determine the most suitable mathematical model to describe the process of drying water hyacinth using a greenhouse effect type solar drying device. The research method used is an experimental method with data collection in the field. The research parameters used were the weight loss of water hyacinth, drying room temperature, moisture content, and Moisture Ratio (MR). The models used to predict the decrease in water hyacinth MR are Newton models, Henderson and Pabis models, Page models, Modified Page models, Logarithmic models, Modified Henderson and Pabis models. The six models have different constants to determine the coefficient of determination and RMSE in each model.
Techno-Economic Feasibility Study of Management Palm-Oil Fronds Into Compost and Mulch in West Aceh District Ramayanti Bulan; Safrizal Safrizal; Muhammad Yasar; Saiful Bahri
Rona Teknik Pertanian Vol 11, No 1 (2018): Volume 11, No. 1, April 2018
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v11i1.10663

Abstract

Abstract. The development of palm-oil plantations aims to create employment opportunities, improve the prosperity of community and income country. However, palm-oil plantation waste in the form of fronds has not been optimally managed. The aims of this research is to study of palm-oil fronds management feasibility in palm-oil plantations to be compost and mulch. The goals of this research is to study of palm-oil fronds management feasibility in palm-oil plantations to be compost and mulch. The study was conducted on one of the palm-oil plantations in West Aceh District. The techno-economic feasibility study refers to the use of all the necessary equipment and machinery in the management of palm-oil fronds. Factors to be considered in techno-economic analysis are NPV, Net B/C, IRR, Payback Period and BEP. The palm-oil plantation area studied is 576 ha which has the potential to produce as palm-oil fronds as much as 781 unit/day. Palm-oil fronds management uses two scenarios: centralized management scenarios (designed for only one processing unit) and decentralization (designed into two processing units). The results show that the techno-economic criteria of NPV, Net B/C, IRR, payback period and BEP for scenario one are Rp 766,518,333; 1.25; 25%; 8.09 years; 23,290.72 tons, respectively. The techno-economic criteria of NPV, Net B/C, IRR, payback period and BEP for scenario two are Rp 487,406,792; 1.07; 15%; 14.23 years; 40,935.51 tons, respectively. The value of these techno-economic criteria suggests that the management of palm-oil fronds from centralized scenarios is more feasible to undertake than the decentralization scenario. Studi Kelayakan Tekno-Ekonomi Pengelolaan Pelepah Sawit Menjadi Kompos dan Mulsa di Kabupaten Aceh Barat Abstrak. Pengembangan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa negara. Namun, Limbah perkebunan kelapa sawit berupa pelepah sawit belum dikelola secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian kelayakan tekno-ekonomi dari pengelolaan limbah pelepah sawit menjadi kompos dan mulsa. Kajian dilaksanakan pada salah satu perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Aceh Barat. Studi kelayakan tekno-ekonomi merujuk pada penggunaan seluruh alat dan mesin yang diperlukan dalam pengelolaan limbah pelepah sawit tersebut. Faktor yang dipertimbangkan diantara adalah NPV, Net B/C, IRR, Payback Period dan BEP. Luas perkebunan yang dikaji adalah 576 ha yang berpotensi menghasilkan pelepah sawit sebanyak 781 pelepah/hari. Potensi limbah pelepah sawit tersebut ditangani dengan dua skenario yaitu skenario pengelolaan sentralisasi (didesain hanya satu unit pengolahan) dan desentralisasi (didesain menjadi dua unit pengolahan). Hasilnya menunjukkan bahwa kriteria tekno-ekonomi NPV, Net B/C, IRR, payback period dan BEP untuk skenario satu masing-masing adalah Rp 766,518,333; 1.25; 25%; 8.09 tahun; 23,290.72 ton. Kriteria tekno-ekonomi NPV, Net B/C, IRR, payback period dan BEP untuk skenario dua masing-masing adalah Rp 487,406,792; 1.07; 15%; 14,23 tahun; 40,935.51 ton. Nilai kriteria tekno-ekonomi ini mengisyaratkan bahwa pengelolaan pelepah sawit skenario sentralisasi lebih layak untuk dilakukan dari pada skenario desentralisasi. 
Potensi Pengembangan Sistem Irigasi Pompa Tenaga Surya untuk Sawah Tadah Hujan di Pulau Simeulue Muhammad Yasar; Mustaqimah Mustaqimah; Yuswar Yunus
Rona Teknik Pertanian Vol 10, No 2 (2017): Volume 10, No. 2, Oktober 2017
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v10i2.8757

Abstract

Abstrak. Teknologi sistem irigasi pompa tenaga surya memiliki prospek yang sangat baik untuk masa depan bidang pertanian khususnya sektor pangan. Teknologi ini sangat murah untuk jangka panjang dan  juga sederhana  sehingga mudah dibuat dan dimodifikasi oleh siapa saja.  Irigasi pompa tenaga surya tidak memerlukan operator untuk mengoperasikannya, hanya diperlukan sekali-kali pengecekan dan pengontrolan. Manfaat utama yang akan didapatkan dari pengembangan teknologi irigasi pompa tenaga surya ini adalah menjaga kelestarian lingkungan hidup karena tidak menghasilkan polusi udara sehingga dapat menekan peningkatan global warming. Teknologi ini termasuk dalam jenis teknologi green energy. Berepara indikator yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem irigasi tenaga surya, diantaranya: (i) kemiringan yang sesuai untuk sistem irigasi tenaga surya; (ii) radiasi matahari yang sesuai untuk irigasi tenaga surya; (iii) potensi air tanah. Lokasi penelitian ini terletak di Desa Situbok Kecamatan Tepah tengah Kabupaten Simeulue. Hasil pengamatan dan pengukuran menunjukkan bahwa tingkat penyinaran matahari di Desa Situbok rata-rata sebesar 43,75 %.. Disamping itu terdapat pula potensi air tanah dangkal di daerah Situbok dengan kedalaman antara 5 – 10 meter. Data ini menunjukkan bahwa daerah ini layak untuk pengembangan sistem irigasi tenaga surya.
Paddy Field Conversion in Malaysia : Issues and Challenges Muhammad Yasar; Chamhuri Siwar
Rona Teknik Pertanian Vol 9, No 2 (2016): Volume 9, No. 2, Oktober 2016
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v9i2.5653

Abstract

Abstract. The diminishing of paddy field due to land use conversion to non-agricultural or non-paddy agricultural purpose is a serious threat to national food security prospect. This present study intends to explain the phenomena of diminishing paddy field range in Malaysia. This is a descriptive correlation study. The result of the study found that the size of paddy field in Peninsular Malaysia either according to the state or the granary area was diminished. According to the state, the size of paddy field has reduced by 88,321 ha (22.17%) in the last 15 years or equivalent to 1.49% per year. Whereas, according to granary area, the size of the paddy field has reduced by 10,790 ha (5.10%) or equivalent to 0.34% per year. The diminishing of the size of the paddy field indicates a significant correlation to the national paddy production. In the meantime, the population growth is expected to increase whilst productivity expands slowly. The government needs to emphassion this matter to attain the goal of food security. Konversi Lahan Sawah di Malaysia : Isu dan Tantangan Abstrak. Berkurangnya lahan sawah karena konversi penggunaan tanah ke non-pertanian atau tujuan lain yang bukan lahan padi merupakan ancaman serius bagi prospek ketahanan pangan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena berkurangnya lahan sawah di Malaysia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ukuran sawah di Peninsular Malaysia juga daerah lainnya atau lokasi pusat padi/lumbung juga berkurang. Berdasarkan data nasional penurunan luas lahan sebesar 88,321 ha (22,17 %)  untuk 15 tahun terakhir atau setara dengan 1,49 % per tahun. Sedangkan pada daerah lumbung, luas sawah telah mengalami pengurangan sebesar 10,790 ha (5.10 %) atau setara dengan 0,34 % per tahun. Berkurangnya lahan sawah ini terindikasi adanya korelasi yang signifikan untuk kondisi produksi padi secara nasional. Sementara itu , pertumbuhan penduduk diperkirakan terus meningkat pada saat produktivitas padi mengalami pertumbuhan dengan lambat. Pemerintah perlu mengendalikan hal ini untuk mencapai tujuan ketahanan pangan nasionalnya.