Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH KARAGENAN, ALGINAT DAN AMPAS TAHU PREBIOTIK TERHADAP VISUALISASI FISIK DAN RENDEMEN KAPSUL PROBIOTIK Virna Muhardina; Dewi Ermaya; Yuliani Aisyah; Sri Haryani
Prosiding Seminar Nasional USM Vol 1, No 1 (2017): Prosiding Seminar Nasional USM
Publisher : Universitas Serambi Mekkah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.466 KB)

Abstract

Pembuatan kapsul probiotik dikenal dengan enkapulasi.Bahan yang dapat digunakan sebagai bahanpengkapsul dalam enkapsulasi adalah alginat dan karagenan yang merupakan golongan dari karbohidrat.Kedua bahan ini memiliki sifat yang sangat baik dalam membentuk kapsul dan gel.Enkapsulasi bertujuan untuk melindungi bakteri probiotik dari kondisi lingkungan yang tidak sesuaidengan pertumbuhannya selama proses pengolahan dan penyimpanan. Untuk meningkatkan dayatahan hidup bakteri probiotik dapat ditambahkan bahan prebiotik, seperti ampas tahu.Penelitian inimenggunakan 2 faktor yaitu jenis bahan pengkapsul (alginat dan karagenan) dan persentase ampastahu (1.5%, 2%, 2.5%, dan 3%).Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapsul berbahan alginatmemiliki warna yang lebih kuning kecoklatan dengan ukuran lebih kecil bila dibandingkan dengankapsul berbahan baku karagenan yang berwarna krem, semi-transparan dan berukuran lebih besar.Kapsul berbahan karegenan menghasilkan rendemen yang lebih tinggi yaitu sebesar 37.40%dibandingkan alginat 27.61%.Penambahan ampas tahu dapat meningkatkan rendemen. Namun, persentase ampas tahu yang terlalu tinggi menyebabkan peningkatan viskositas larutan. Kondisi inimengakibatkan larutan sulit menetes, sehingga rendemen tidak mengalami peningkatan yangsignifikan. 
Pengembangan Minyak Nilam Sebagai Aromaterapi Dan Potensinya Sebagai Produk Obat Dewi Ermaya; Anshar Patria; Fadlan Hidayat; Fachrul Razi
Rona Teknik Pertanian Vol 12, No 2 (2019): Volume 12, No. 2, Oktober 2019
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v12i2.14612

Abstract

Abstrak. Aromaterapi adalah suatu bentuk terapi atau pengobatan menggunakan bahan tanaman volatil, yang bertujuan untuk mengatur fungsi kognitif, mood, dan kesehatan. Tanaman volatil dikenal juga minyak atsiri. Minyak atsiri biasa diperoleh dari tanaman dengan berbagai cara yang berbeda-beda seperti ekstraksi, penyulingan dan distilasi fraksinasi.  Salah satu minyak atsiri adalah minyak nilam. Kandungan minyak nilam yang utama yaitu patchouli alcohol (40-50%) digunakan sebagai bahan baku, bahan pencampur dan fixative (pengikat wangi-wangian) dalam industri parfum, kosmetik, dan obat-obatan. Pengembangan minyak atsiri sebagai aromaterapi perlu dilakukan sebagai upaya peningkatan pemanfaatan dari produk minyak atsiri. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur aktifitas lokomotor pada mencit untuk melihat efek yang ditimbulkan setelah di inhalasi dengan minyak nilam. Hasil menunjukkan adanya penurunan aktifitas setelah diinhalasi dengan minyak nilam. Ini menunjukkan minyak nilam memberikan efek depresi sistem syaraf pusat terhadap mencit. Persentase penurunan aktifitas gerak terbesar pada dosis 0,5 ml.Development of Patchouli Oil as Aromatherapy and Its Potential as Medicinal ProductsAbstract. Aromatherapy is a form of therapy or treatment using material from a volatile plant, intended to regulate cognitive, mood, and health function. Volati is also known for essential oil. Essential oil is often obtained from plants in various ways such as extraction, distillation and distillation of fractures. One essential oil is patchouli oil. The primary patchouli oil content is alcohol (40-50%), which is used as a ingredient, mixative and fixative in the perfume, cosmetics, and drugs industry. Commercial loans grew by 14 percent to RPM from the same period last year. Essential oil scent components must interact quickly when inhaled. The study was done to measure the locomotive activities of er er er to see the effect that was caused after inhalation with patouli oil. Results indicate a decrease in activity following inhalation with sapphire oil. This suggests patchouli oil, giving a depressed effect of the central nervous system on chiming. It's the largest drop in activity at a 0.5 ml dose.
Kajian Penambahan Pasta Umbi Bit Merah (Beta vulgaris L) dan Tepung Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L) dalam Pembuatan Roll Cookies Fadlan Hidayat; Anum Farida; Dewi Ermaya; Sholihati Sholihati
Rona Teknik Pertanian Vol 12, No 1 (2019): Volume 12, No. 1, April 2019
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v12i1.13216

Abstract

Abstrak. Umbi bit merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang banyak tumbuh di Indonesia dan tinggi akan kandungan antioksidan dan kandungan karbohidrat. Kandungan yang dimiliki umbi bit dapat dimanfaatkan untuk pembuatan roll cookies. Untuk meningkatkan nilai gizi rolled cookies, dapat menambahkan tepung kacang hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penambahan pasta umbi bit merah dan tepung kacang hijau terhadap tingkat kesukaan dan penerimaan rolled cookies yang dihasilkan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yang diteliti. Faktor pertama adalah rasio tepung terigu dan pasta umbi bit merah yang terdiri dari 3 taraf yaitu R1=30:70, R2=50:50, R3=70:30. Faktor kedua adalah Persentase tepung kacang hijau yang terdiri dari 3 taraf yaitu K1= 50%, K2=40%, K3=30%. Setiap perlakuan diulang sebanyak 2 kali sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. Pengamatan yang dilakukan terdiri dari uji hedonik dan tingkat penerimaan. Dari hasil penelitian dapat dinyatakan perlakuan berpengaruh sangat nyata (P≥0,01) terhadap uji hedonik yang meliputi (warna, aroma, rasa dan tekstur), dan sangat berpengaruh nyata (P≥0,01) terhadap tingkat penerimaan yang meliputi (warna, aroma, rasa, mutu hedonik rasa, tekstur, mutu hedonik tekstur dan keseluruhan). Formulasi terbaik rolled cookies berdasarkan parameter organoleptik diperoleh pada kombinasi K2R2. Rolled cookies terbaik memiliki tingkat kesukaan terhadap warna 3,71 (suka), aroma 4,48 (suka), rasa 4,43 (suka) dan tekstur 4,56 (suka), sedangkan tingkat penerimaan rolled cookies terhadap warna 4,53 (suka), aroma 4,53 (suka), rasa 4,56 (suka), mutu hedonik rasa 4,50 (suka), tekstur 4,50 (suka), mutu hedonik tekstur 4,56 (suka) dan penerimaan keseluruhan 4,23 (suka).  Study of Addition of Red Bit Bulb Paste (Beta vulgaris L) and Green Bean Flour (Phaseolus radiatus L) in Making Roll Cookies Abstract. Beetroot is one of the tubers that grows in Indonesia and is high in antioxidants and carbohydrate content. Beetroot bulbs contain betalain pigments which are a combination of betasianin purple pigments and betasianin yellow pigments which function as natural dyes. Usually beetroot is consumed by juicing or processed again into fine texture food, but it is necessary to diversify beetroot products into attractive and popular products for consumption by the majority of Indonesians, for example rolled cookies. To increase the nutritional value of rolled cookies, other ingredients can be added such as green bean flour. This study aims to study the process of making rolled cookies from beets and also to determine the effect of adding green bean flour and the comparison of the number of beet paste and mung bean flour to the level of preference and acceptance of the resulting rolled cookies. The research design used was a Completely Randomized Design (CRD) with 2 factors studied. The first factor is the ratio of wheat flour and red beetroot paste consisting of 3 levels, namely R1 = 30: 70, R2 = 50: 50, R3 = 70: 30. The second factor is the percentage of green bean flour which consists of 3 levels, namely K1 = 50%, K2 = 40%, K3 = 30%. Each treatment was repeated 2 times to obtain 18 trial units. Observations made consisted of hedonic tests and acceptance levels. From the results of the study it can be stated that the treatment has a very significant effect (P10.01) on the hedonic test which includes (color, aroma, taste and texture), and is very significant (P≥0.01) on the level of acceptance which includes (color, aroma, taste, hedonic quality taste, texture, hedonic texture and overall quality). The best formulation of rolled cookies based on organoleptic parameters is obtained in the K2R2 combination. The best rolled cookies have a preference for color of 3.71 (likes), aroma of 4.48 (likes), flavor of 4.43 (likes) and flavor of 4.56 (likes), while the level of acceptance of rolled cookies is 4.53 ( likes), aroma 4.53 (likes), taste 4.56 (likes), hedonic quality taste 4.50 (likes), texture 4.50 (likes), hedonic quality texture 4.56 (likes) and overall acceptance 4 , 23 (likes).