Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pelatihan Pemanfaatan Barang Bekas sebagai Instalasi Sistem Hidroponik untuk Sayuran Daun Andi Muhammad Akram Mukhlis; Nunik Lestari; Resky Febyanti Rauf; Nurul Fadhilah
INOVASI: Jurnal Hasil Pengabdian Masyarakat Vol 2, No 2 (2022): INOVASI: Jurnal Hasil Pengabdian Masyarakat
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.87 KB) | DOI: 10.35580/inovasi.v2i2.40890

Abstract

Abstrak. Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dilaksanakan dengan mitra SMP Kemala Bhayangkari Makassar. Permasalahan yang dihadapi mitra adalah keterbatasan pengetahuan mitra dalam memanfaatkan barang bekas sebagai instalasi sistem hidroponik serta keterbatasan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam perancangan dan pembuatan instalasi hidroponik. Dalam menyelesaikan masalah yang dialami oleh mitra, solusi yang dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan. Metode yang terapkan dalam pengabdian ini yaitu metode ceramah, diskusi interaktif, dan praktik. Secara garis besar, pelaksanaan kegiatan pengabdian melalui tahapan (1) koordinasi internal tim pengabdi untuk merencanakan kegiatan, (2) koordinasi dengan mitra, (3) pelaksanaan kegiatan, dan (4) refleksi dan evaluasi. Hasil pelaksanaan kemitraan masyarakat yang dicapai yaitu (1) mitra memiliki pengetahuan mengenai model hidroponik yang dapat diterapkan pada budidaya tanaman sayuran, (2) mitra memiliki pengetahuan merancang instalasi hidroponik dari bahan bekas, dan (3) mitra memiliki keterampilan dalam membuat sistem hidroponik sederhana berbahan botol bekas. Hasil survey juga menunjukkan bahwa tingkat kepuasan mitra terhadap pelaksanaan pengabdian sudah memuaskan. Kata kunci: barang bekas, hidroponik, sayuran daun
Pemodelan Matematis Kinetika Pengeringan Cabai Merah Dengan Perlakuan Blansing Suhu Rendah Andi Muhammad Irfan; Nunik Lestari
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem Vol 10 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan & Agroindustri (Fatepa) Universitas Mataram dan Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (742.116 KB) | DOI: 10.29303/jrpb.v10i1.328

Abstract

Blansing suhu rendah dalam waktu yang relatif lama masih jarang dilakukan sebagai perlakuan pendahuluan sebelum pengeringan cabai. Blansing suhu rendah sejatinya juga memberikan dampak positif bagi bahan yang dikeringkan. Kondisi operasi pengeringan cabai merah tersebut dapat dioptimalkan dengan mempelajari kinetika pengeringan dan model matematikanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinetika pengeringan, menentukan model matematika pengeringan yang paling sesuai, serta untuk menganalisis warna dari cabai kering yang dihasilkan. Proses blansing dilakukan pada suhu 60°C selama 10, 15, dan 20 menit. Proses pengeringan dilakukan menggunakan alat pengering tenaga surya tipe efek rumah kaca. Lima belas model matematika pengeringan lapis tipis dipilih untuk menyimulasikan karakteristik pengeringan cabai merah dengan perlakuan blansing suhu rendah pada beberapa durasi waktu blansing. Nilai moisture ratio (MR) hasil observasi digunakan untuk menentukan MR prediksi dengan curve fitting menggunakan analisis regresi non linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan perlakuan lainnya, perlakuan blansing suhu rendah selama 20 menit sebelum mengeringkan cabai dapat meningkatkan laju pengeringan bahan dan menghasilkan kadar air akhir yang lebih rendah. Warna cabai kering yang dihasilkan juga lebih baik, didukung dengan nilai browning index yang lebih rendah. Adapun model matematika yang paling akurat untuk mendeskripsikan karakteristik pengeringan cabai merah untuk tiap perlakuan adalah Model Modified Midilli-Kucuk, yang dikonfirmasi dengan analisis statistik R2 berkisar antara 0,996 – 0,997, X2 berkisar antara 0,029 x 10-2 – 0,035 x 10-2, SSE berkisar antara 1,027 x 10-2 – 1,239 x 10-2, dan RMSE berkisar antara 1,689 x 10-2 – 1,855 x 10-2.
Pengaruh Media Tanam Organik dan Anaorganik terhadap Pertumbuhan Seledri (Apium graveolens L) dengan Sistem Hidroponik DFT Nurmita Muhiddin; Lahming; Nunik Lestari
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 2 (2023): Agustus
Publisher : Agricultural Technology Education Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jptp.v9i2.663

Abstract

Celery is a green leafy plant that is often used as a traditional herb and vegetable. The purpose of this study was to determine the best organic or inorganic growing media for celery plant growth using the DFT system hydroponic cultivation technique. The organic growing media used were coconut coir and fern roots. For inorganic planting media in the form of rockwool and broken bricks. The method used is a completely randomized design using ANOVA data analysis technique with Duncan's further test. The research data obtained during observations showed that the P3 treatment of rockwool growing media was the best treatment with an average number of leaves (63.67 pieces), plant height (27.83 cm), leaf width (4.57 cm), plant fresh weight ( 36 g), plant dry weight (2.16 g), chlorophyll a content (18.7 mg/g), chlorophyll b content (7.5 mg/g) and total chlorophyll (26.28 mg/g). The advantages of inorganic planting media (rockwool) are that it has a higher aeration rate, is not too humid so it does not rot easily and is guaranteed to be sterilized and does not contain disease oniclum
Pemanfaatan Ampas Kopi dan Arang Sekam Sebagai Media Tanam Dalam Pertumbuhan Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L) Nur Indah; Jamaluddin; Nunik Lestari
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 2 (2023): Agustus
Publisher : Agricultural Technology Education Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jptp.v9i2.673

Abstract

Discarded coffee grounds are unfortunate, considering they have potential as a planting medium because they contain compounds that can support plant growth. Likewise, husk charcoal provides benefits because it has a porosity which can bind water and has the nutrients needed by pakcoy plants. This study aims to analyze the utilization of coffee grounds and husk charcoal as a planting medium for the growth of pakcoy plants. This study used a Completely Randomized Design (RAL) with six treatments and three replications. The treatments applied are control (M0) 100% soil, (M1) 40% soil + 10% coffee grounds + 50% husk charcoal, (M2) 40% soil + 20% coffee grounds + 40% husk charcoal, (M3) 40% soil + 30% coffee grounds + 30% husk charcoal, (M4) 40% soil + 40% coffee grounds + 20% husk charcoal, (M5) 40% soil + 50% coffee grounds + 10% husk charcoal. The changes observed were plant growth (plant height, number of leaves, length of roots, total fresh weight of the plant, dry weight and chlorophyll levels. The best planting medium in the M1 treatment is a combination of 40% soil + 10% coffee grounds, and +50% husk charcoal. From the study results, it can be concluded that coffee grounds and husk charcoal can be used as a planting medium for the growth of pakcoy plants
Unjuk Kerja Pengering Tenaga Surya Tipe Efek Rumah Kaca Untuk Pengeringan Cabai Dengan Perlakuan Low Temperature Long Time Blanching Andi Muhammad Irfan; Arimansyah Arimansyah; A. Ramli Rasyid; Nunik Lestari
Rona Teknik Pertanian Vol 13, No 2 (2020): Volume 13, No. 2, Oktober 2020
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v13i2.17788

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji unjuk kerja pengering tenaga surya tipe efek rumah kaca pada pengeringan cabai dengan perlakuan low temperature long time (LTLT) blanching. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan kajian mengenai karakteristik pengeringan cabai yang dipengaruhi oleh perlakuan LTLT blanching, terutama pada kadar air, laju pengeringan, kecepatan pengeringan, dan kualitas warna. Pengujian dilakukan dengan cara mengeringkan cabai merah dengan pretreatment LTLT blanching yang dikombinasikan dengan perlakuan merotasikan rak pengering (R) dan tanpa merotasikan rak pengering (TR). Sebagai kontrol adalah cabai yang dikeringkan tanpa blanching dan tanpa merotasikan rak pengering (K). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan LTLT blanching yang dikombinasikan dengan merotasikan rak pengering (R) merupakan perlakuan yang terbaik, dengan kadar air akhir cabai kering sebesar 9,82% dan sesuai dengan standar SNI. Waktu pengeringan yang dibutuhkan adalah selama 5 hari. Warna cabai kering yang dihasilkan adalah yang terbaik dari dua perlakuan lainnya, dengan nilai L*, a*, dan b* untuk setelah proses LTLT blanching (sebelum proses pengeringan) dan setelah pengeringan berakhir (cabai kering) berturut-turut adalah 36,02, 38,22, 13,62, dan 32,44, 33,89, dan 10,19. Energi yang terpakai untuk pengeringan cabai adalah sebesar 596181 kJ. Perlakuan R ini juga menghasilkan efisiensi pengeringan terbaik, yaitu sebesar 34,01%.Performance of Green House Effect Type Solar Dryer in the Chillies Drying with Low Temperature Long Time Blanching TreatmentAbstract. This study aims to examine the performance of the greenhouse effect type solar dryer on drying chillies with low temperature long time (LTLT) blanching treatment. In addition, a study was also conducted on the characteristics of drying chillies and the final product affected by LTLT blanching treatment, especially in terms of moisture content, drying rate, drying speed, and color. Testing was performed by drying red chilli with LTLT blanching treatment, which was combined with the treatment of rotating dryer rack (R) and without rotating dryer rack (TR). As a control, chillies were dried without blanching treatment and without rotating dryer rack (K). The results show that the LTLT blanching treatment combined with rotating the drying rack (R) is the best treatment, with a final moisture content of 9.82% which is in accordance with SNI standards. The drying time needed is 5 days. The dried chilli color produced is the best of the other treatments, with values of L*, a*, and b* for after the LTLT blanching process and after drying ended, respectively 36.02, 38.22, 13.62, and 32.44, 33.89, 10.19. The energy used for drying chillies is 596181 kJ. This R treatment also produces the best drying efficiency, which is 34.01%.