Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

EKSTERNALISASI REMAJA PUTUS SEKOLAH REMAJA PUTUS SEKOLAH Muhammad Arwan Rosyadi; Syarifuddin Syarifuddin; Anisa Puspa Rani; Taufiq Ramdani
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 1 No 2 (2019): Desember
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v1i2.18

Abstract

The high dropout rate in West Nusa Tenggara is a worrying fact behind the incessanteducation programs such as Law No. 20 of 2013 which requires 20 percent of the statebudget for education. In 2017, as many as 80 school-aged children in Guntur Macanvillage, Gunung Sari sub-district, West Lombok Regency were not in school. Besides theexternal factors (family economy) which are considered as the dominant factors causingdropout students, there is a personal initiative factor that encourages adolescents to takeaction to drop out of school. This research aims to understand: (1) the internal motives ofindividuals who encourage teenagers to drop out of school, (2) subjective knowledge aboutdropouts in teenagers dropping out of school, and (3) the form of externalizing the meaningin daily life - specifically in education and economics. This study used a qualitative researchmethod with a phenomenological approach. Then, the subjects of the study are teenagerswho dropped out of school in Guntur Macan Village. The focus and unit of analysis in thisstudy are the motives, subjective meanings, and externalization of individual actors(informants). This study finds out various motives and subjective meanings of studentdropout school. After dropping out of school, externalization in the field of education, themajority took the form of "other externalization", and the minority attended courses at theVocational Training Center. While in the economic field, the majority of teenagers droppingout of school are construction workers (peladen), and the minority are mechanics. Based onthe identification of motives, subjective meaning, and externalization of teenagers whodropped out of school in Guntur Macan Village, three categories of dropping out of schoolactions were obtained; conventional, conditional, and constructional.
STRATEGI BERTAHAN HIDUP MASYARAKAT PESISIR PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI LOMBOK TENGAH Ratih Rahmawati; Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 8, No 6 (2021): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v8i6.2021.1744-1753

Abstract

Masa pandemi Covid-19 membuat kondisi perekonomian masyarakat Indonesia mengalami perubahan sosial yang signifikan, sebab membuat masyarakat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, papan dan pendidikan bagi anak-anak. Perihal ini terjadi pula pada masyarakat pesisir di Pantai Selong Belanak, Kabupaten Lombok Tengah yang terdiri dari masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan serta pengelola usaha wisata pantai. Pandemi Covid-19 di Lombok Tengah mengakibatkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan pantai serta mengakibatkan nelayan kesulitan dalam melakukan pemasaran hasil laut, sehingga masyarakat melakukan upaya atau strategi bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi bertahan hidup masyarakat pesisir pada masa pandemi Covid-19 di Lombok Tengah, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan studi kasus sehingga dapat mengungkap fenomena yang unik, khas serta mendalam pada kehidupan masyarakat pesisir di masa pandemi melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, serta dianalisis menggunakan teknik analisis data interaktif Miles dan Huberman sehingga mendapatkan data yang absah dan valid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pesisir melaksanakan strategi bertahan hidup seperti berhutang kepada Bank Keliling atau rentenir, melakukan simpan pinjam di KUB kelompok nelayan, menjual benda-benda berharga seperti barang elektronik hingga perhiasan, memanfaatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT-DD), masyarakat pesisir juga melakukan inovasi dalam bisnis atau usahanya seperti melakukan metode pesan antar atau delivery untuk makanan yang dijual di kedainya.  Disamping itu, masyarakat pesisir mengikuti kegiatan produktif di Kelompok Sadar Wisata Pantai Selong Belanak serta KUB Kelompok Nelayan Selong Belanak untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas seperti kegiatan sosial, pelatihan, serta bantuan peralatan nelayan dan bantuan dana inovasi usaha pantai.
PENATAAN DESTINASI DAN STRATEGI PROMOSI GUNA MENINGKATKAN JUMLAH WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PANTAI TANJUNG KARANG MATARAM Muhamad Alfian Yunanmalifah; Tri Mulyaningsih; Ali Aqif Rabbani Fadholi; Atika Choirunissa; Baiq Medina; Baiq Puji Hendrawati; Choirul Umam; Dian Tri Wahyuni; Peti Arita Les Sumbawati; Rizka Yulia Ashari; Shintya Putri Anggriani; Suripto Suripto; Nuning Juniarsih; Lalu Wiresapta Karyadi; Taufiq Ramdani
Jurnal Abdi Insani Vol 8 No 2 (2021): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v8i2.403

Abstract

Salah satu potensi wisata yang ada di Kota Mataram yang menarik perhatian banyak wisatawan antara lain: Pantai Gading, Pantai Long Baloq, Pantai Ampenan dan Pantai Tanjung Karang. Diantara empat destinasi pantai, Pantai Tanjung Karanglah yang paling natural, belum tertata dengan rapih, tetapi yang menarik disini adalah tempat ini merupakan kampung nelayan, dimana nelayan sering pulang dari berlayar dengan bawaan ikan segarnya. Hal ini menarik para pengunjung untuk sekedar melihat jenis-jenis ikan yang diperoleh atau mau beli untuk oleh-oleh. Pantai Tanjung Karang terletak di Lingkungan Bangsal Kecamatan Sekarbela. Potensi alam dan budaya yang beragam di Lingkungan Bangsal, membuat Lingkungan ini ditetapkan menjadi salah satu dari 4 Desa Wisata di Kota Mataram. memilih Lokasi Pantai Tanjung Karang dipilih sebagai program kerja yang direncanakan dapat terlaksana dengan optimal. Tujuan dari program ini adalah penataan Pantai Tanjung karang dan proposi tempat destinasi wisata pantai, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dimasa pandeni COVID 19, dengan melengkapi tempat cuci tangan. Metode yang digunakan adalah education and action partisipation bersama masyarakat dengan membuat program pembersihan pantai, pembuatan bak sampah, sosialisasi sadar wisata, pembuatan papan informasi dan denah wilayah, pembuatan spot foto, pembenahan taman bermain, pembuatan papan nama ilmiah, promosi digital, event lomba anak-anak dan penerapan protokol Kesehatan serta strategi promosi. Hasil kegiatan ini ternyata dapat menaikkan kunjungan wisata domestic dan dapat menyadarkan masyarakan akan penerapan protocol Kesehatan di masa pandemic CAVID 19.
Apotek Hidup sebagai Alternatif Pemanfaatan Lahan Kosong di Desa Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Qarina Annis Syamila; Taufiq Ramdani; Lalu Farid Auliya Rahman
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 5 No 4 (2022): Oktober-Desember 2022
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.629 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v5i4.2359

Abstract

A living pharmacy is an activity of land use in growing medicinal plants. Empty land if left abandoned can reduce the value of its beauty. Therefore, the vacant land can be used as a living pharmacy. So in this study, the use of vacant land as a living pharmacy was carried out with the aim of providing knowledge and making living pharmacies on vacant land at the Pringgarata Village office. The methods used in this research are socialization and the manufacture of a live pharmacy. The result of this study is the realization of a live pharmacy in the Pringgarata village office yard. It is hoped that this activity can provide knowledge, produce herbal plants that can be used by the community and can be imitated for the use of vacant land in the residents' yards.
PERAN KELOMPOK NELAYAN DALAM PENINGKATAN TARAF HIDUP MASYARAKAT PESISIR DI LOMBOK Ratih Rahmawati; Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v12i1.62815

Abstract

Coastal areas have potential, one of which is marine tourism, so efforts are needed to develop coastal areas into tourist attractions and productive economic businesses. However, there is a decrease in the number of human resources who are interested in becoming fishermen. Similarly, what happened on the Lombok Island, the quantity of human resources in stabilizing production in coastal area governance decreased, thus affecting the quality of coastal area development which affected the community's economy. Therefore, fishing groups play an important role in improving people's living standards. This research is a qualitative research using a case study approach analyzed by James Scott's theory of subsistence ethics. The component analyzed is the social situation in coastal communities located on the Lombok. The result of the study is that coastal communities improve living standards through the role of fishermen groups as follows the following fishermen's group activities that are beneficial for the development of the quality of marine products catches, carries out activities held by local governments and utilizes assistance distributed in groups, fishermen group members can carry out self-development by exchanging experiences and information between fellow fishermen, provide mutual assistance and support when in difficulties, on the other hand, have an awareness of the importance of education for their children so that they continue to strive to improve their lives. Keywords: Fisherman Group, Potential Coastal Area, Standard Of Living, Coastal Community. AbstrakWilayah pesisir memiliki potensi salah satunya adalah wisata bahari sehingga perlu upaya pengembangan daerah pesisir menjadi obyek wisata dan usaha ekonomi produktif. Namun, terdapat penurunan jumlah sumber daya manusia yang berminat untuk menjadi nelayan. Begitu pula yang terjadi di Pulau Lombok, kuantitas sumber daya manusia dalam stabilisasi produksi tata kelola wilayah pesisir menurun sehingga berpengaruh pula pada kualitas pengembangan wilayah pesisir yang berpengaruh pada perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, kelompok nelayan berperan penting dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus yang dianalisis dengan teori etika subsistensi James Scott. Komponen yang dianalisis adalah situasi sosial pada masyarakat pesisir yang berlokasi di Pulau Lombok. Hasil penelitian adalah masyarakat pesisir meningkatkan taraf hidup melalui peranan kelompok nelayan sebagai berikut: masyarakat pesisir aktif mengikuti kegiatan kelompok nelayan yang bermanfaat bagi pengembangan kualitas tangkapan hasil laut, melaksanakan kegiatan yang diadakan oleh pemerintah daerah dan memanfaatkan bantuan yang disalurkan secara berkelompok, anggota kelompok nelayan dapat melakukan pengembangan diri dengan bertukar pengalaman dan informasi antar sesama nelayan, saling memberikan bantuan dan dukungan apabila berada dalam kesulitan, disisi lain memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan putra-putrinya sehingga terus berupaya untuk meningkatkan taraf hidup. Kata Kunci: Kelompok Nelayan, Potensi Wilayah Pesisir, Taraf Hidup, Masyarakat Pesisir.
POTENTIAL DEVELOPMENT OF BAU NYALE TRADITION AS CULTURAL TOURISM IN LOMBOK Ratih Rahmawati; Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih
SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan Vol. 5 No. 2 (2022): Sufism, Muslim Community, and Religious Moderation Concept in Indonesia
Publisher : Prodi Sosiologi Agama dan Asosiasi Sosiologi Agama Indonesia (ASAGI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/sangkep.v5i2.6790

Abstract

The development of tourism potential is not only in nature tourism but culture tourism, the community protects cultural tourism in Lombok by carrying out the routine customs of Bau Nyale (re: Bau is catching, Nyale is sea worms). Traditional customs traditions are carried out as an effort to preserve culture in the form of entertainment and ritual processions. This is done as a dynamic in the recovery of the economic sector while developing the potential for cultural tourism in the Mandalika SEZ. This research is qualitative research with an exploratory approach, the phenomenon is analyzed with the theory of Symbolic Interactionism by George Herbert Mead, with a component of community social action in developing the potential of cultural tourism in Lombok. The result of the research is the Bau Nyale tradition with the adaptation of new habits carried out with wisdom to be an innovation in introducing the Sasak tradition to the wider community. Although in its implementation there is a reduction in activities, the potential of tradition is still manifested in a series of ceremonial events, so that it still exists as an attraction for the surrounding community and tourists, in addition, the historical site of the Princess Mandalika Statue is a priority area to visit. The involvement of human resources is important in the process of developing cultural tourism as an implementer of cultural socialization and promotion, implementers of cultural values and norms, with the synergy of local governments and traditional figures who contribute to the implementation.
Pengelolaan Remitansi Keluarga PMI dalam Peningkatan Ekonomi berbasis Komunitas di Wilayah Pesisir KEK Mandalika Ratih Rahmawati; Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 13 No 3 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish.v13i3.76476

Abstract

Pengelolaan remitansi dilakukan oleh keluarga PMI dalam upaya meningkatkan kualitas kesejahteraan keluarga saat PMI bekerja diluar negeri dan setelah selesai periode bekerja. Rendahnya pengetahuan dalam praktik pengelolaan remitansi membuat masyarakat cenderung konsumtif. Kondisi rumah tangga PMI yang berbeda jarak dan waktu mengakibatkan disharmonisasi dalam rumah tangga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola pengelolaan remitansi oleh keluarga PMI dalam peningkatan ekonomi berbasis komunitas. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus menggunakan analisis teori Tindakan Sosial oleh Charles Tilly. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pilar pertama program BK TKI yaitu ‘pemberdayaan ekonomi keluarga PMI’ telah berhasil dilaksanakan. Komunitas ini berhasil menggunakan remitansi untuk dijadikan modal usaha kegiatan ekonomi produktif. Komunitas memproduksi olahan potensi sumber daya alam wilayah pesisir. Hal ini dapat terlaksana karena anggota komunitas atau istri PMI melakukan program kerja Bina Keluarga TKI di wilayah pesisir KEK Mandalika Kabupaten Lombok Tengah dengan aktivitas penerimaan pengetahuan wirausaha, pelatihan wirausaha, pelatihan menjahit, dan produksi olahan komoditas rumput laut. Kelompok program BK-TKI mengarahkan anggotanya memiliki aktivitas produktif untuk mengelola remitansi. Anggota memiliki akses terhadap relasi diluar desanya, memiliki semangat yang tinggi dan bersilaturahmi. Kendala yang dialami seperti tidak tersedia transportasi, kurangnya SDM dari instansi, pelaksanaan pelatihan dari instansi tidak rutin dilakukan setiap periode dan memiliki jarak waktu yang cukup lama.