Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Evaluasi Kawasan Konservasi Laut Dengan Pendekatan Pressure State Response Eny Budi Sri Haryani
Grouper: Fisheries Scientific Journal Vol 13, No 1 (2022): Grouper : Jurnal Ilmiah Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/grouper.v13i1.109

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Konservasi Laut (KKL) Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, pada bulan Oktober 2019. Pada awal penetapan sebagai KKL tahun 2007, kondisi perairan Raja Ampat dipersepsikan baik, dengan keanekaragaman sumberdaya ikan (SDI) tinggi. Namun saat ini perlu dievaluasi, setelah 15 tahun sejak ditetapkan menjadi KKL. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kondisi KKL dengan pendekatan analisis PSR (pressure, state, response), dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer berupa persepsi masyarakat terhadap pengaruh adanya KKL terkait kondisi SDI, ekosistem dan sosial ekonomi masyarakat, dengan instrumen penelitian berupa kuesioner dan wawancara dengan purposive sampling terhadap responden, yaitu penangkap ikan, aktivis dan tokoh masyarakat, wisatawan dan penentu kebijakan setempat, menggunakan skala jawaban persentase (%). Data sekunder diperoleh dari dinas terkait berupa kondisi demografi, geografis dan sosial budaya. Hasil penelitian, di KKL Raja Ampat terdapat pressure (tekanan) berupa kesejahteraan masyarakat rendah, sumber mata pencaharian mengandalkan penangkapan ikan, aktivitas perikanan merusak dan illegal fishing dari nelayan pendatang, berkembangnya pariwisata bahari dan isu rencana penambangan di laut. State (kondisi eksisting) bahwa perairan belum rusak, jumlah kapal dan nelayan serta biaya melaut meningkat, harga ikan meningkat, kondisi terumbu karang dan mangrove lebih baik, dengan kesejahteraan meningkat dan KKL dianggap baik. Juga ketersediaan ikan semakin banyak, sehingga penangkapan ikan semakin mudah, walaupun area penangkapan ikan menjadi jauh, sehingga kesejahteraan masyarakat semakin baik. Response (tanggapan) dengan membuat regulasi pada skala desa atau kabupaten, yang fungsinya untuk menyelamatkan SDI, ekosistem pesisir dan kesejahteraan masyarakat.  Data isian kuesioner, bila diklasifikasi dengan kisaran, persepsi baik kisaran 50-90 % responden, suatu kondisi yang baik, sedangkan persepsi buruk/jelek dengan kisaran 0-20% responden. Saran kebijakan, bahwa response yang ada agar segera diatur dalam peraturan daerah, dan segera dibuat strategi pengembangan KKL Raja Ampat berdasarkan analisis PSR ini yang dilengkapi bioeconomic analysis dan  economic valuation, agar strategi pengembangan  KKL lebih realistis, dengan dasar analisis ilmiah yang valid. 
Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Aliran Sungai Melalui Pengembangan Usaha Budaya Ikan Patin (Pangasius sp.) Eny Budi Sri Haryani; Catur Paramono Adi; Aris Kabul Pranoto; Pola S.T. Panjaitan; Anasri Tanjung
Jurnal Airaha Vol 11 No 01: June 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.906 KB) | DOI: 10.15578/ja.v11i01.279

Abstract

The Citarum watershed in Karawang has not been used productively to empower the community. How to use the Citarum watershed for fish cultivation is an important issue. The purpose of this study was to determine: (1) the socio-economic conditions of the community around the Citarum watershed and the level of technology adoption; (2) the potential and utilization of catfish (Pangasius sp.) cultivation ponds around the Citarum watershed; (3) condition of community institutions and policy recommendations for community empowerment. Data was collected through interviews, observations and literature studies with the determination of respondents purposive random sampling. The results of the study: (1) socio-economic conditions and the level of community technology adoption support for catfish cultivation; (2) the potential for catfish culture ponds is open and can be developed; (3) adequate community institutions, but need capital support (soft loans), so that regulations are needed to facilitate permits for land use for catfish farming ponds, continuous institutional building and professional business development.
Kerusakan Pesisir Akibat Sedimentasi dan Abrasi di Pantai Karawang Eny Budi Sri Haryani
Grouper: Fisheries Scientific Journal Vol 13, No 2 (2022): Grouper : Jurnal Ilmiah Perikanan
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/grouper.v13i2.127

Abstract

Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sangat dipengaruhi oleh gelombang laut Pantai Utara Jawa, Indonesia. Beberapa desa telah rusak wilayah pesisirnya sebagai akibat sedimentasi dan abrasi. Kondisi ini harus diatasi dan oleh karena itu harus diidentifikasi kerusakan yang terjadi dan bagaimana cara mengatasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi wilayah pesisir Karawang yang mengalami sedimentasi dan abrasi; (2) mengidentifikasi penyebab terjadinya sedimentasi dan abrasi, serta merumuskan solusi penanganannya. Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder, dengan melakukan survey dan pengukuran langsung meliputi data topografi dan kondisi fisik di sekitar pantai, melihat kondisi abrasi dan sedimentasi melalui citra satelit dari google earth, serta melakukan wawancara dengan beberapa warga setempat untuk konfirmasi data dan informasi. Lokasi survey terdiri dari 6 (enam) titik yaitu daerah yang terkena sedimentasi dan abrasi serta mengalami kerusakan garis pantai, yaitu sepanjang ± 75 km di 6 (enam) kecamatan dengan penelitian dilakukan selama bulan Juli-September 2019. Hasil penelitian ini, bahwa sedimentasi dan abrasi telah merusak kondisi fisik pesisir dan kehidupan sosial di Karawang, dengan lokasi yang rusak akibat sedimentasi adalah di 4 desa pesisir yaitu Muara Cilamaya Lama, Sukajaya, Pusakajaya Utara, dan Tambaksari. Sedangkan lokasi yang rusak akibat abrasi adalah di 2 desa pesisir yaitu desa Sedari dan Tanjungpakis. Kerusakan tersebut terjadi akibat gempuran ombak dari laut ke daratan, yang menyebabkan kerusakan dan perubahan garis pantai menjorok ke daratan karena sedimentasi, terputusnya jalan transportasi, merusak fasilitas sosial, mengancam keselamatan nelayan selama melaut, mengganggu kegiatan budidaya ikan, dan merusak kelestarian ekosistem pesisir. Solusi untuk penanganannya antara lain dengan membangun bangunan pantai, baik dengan pendekatan struktur keras maupun lunak.
Modeling sea currents in working environment area of Parit Rempak Karimun port Haryani, Eny Budi Sri; Hasan, Syofyan; Candra, Andika Bayu
Depik Jurnal Ilmu Ilmu Perairan, Pesisir, dan Perikanan Vol 13, No 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.13.1.34599

Abstract

Sea currents is an important indicator, especially if permanent infrastructure to be built in waters area. Based on Government Regulation No. 21/2O21 Regarding the Implementation of Spatial Planning, it is mandatory to have licensing for Sustainability of Marine Spatial Utilization Activities (SMSUA). Therefore, Karya Karimun Mandiri Company collaborated with authors to conduct this research at Parit Rempak port. This research only focus to sea current and aims to determine the existing conditions of sea currents and their modeling in planned location for construction of LPG-GFS jetty pier. The analysis includes surface current conditions, sea currents based on NOAA data, sea current rose directions, sea current modeling, bathymetry maps and sediment condition, which use primary and secondary data. Primary data was measured at 6 research stations, which were then analyzed using Mike 21 software. The research results showed that: (a) existing conditions surface current speed at high tide ranges from 0.0 to 0.83 m/s towards the east, at low tide it ranges from between 0.07 to 0.64 m/s towards the west; (b) based on NOAA data, sea currents at research location move relatively regularly and in a direction towards southeast, which were speed of sea currents varies according to season, with a range of 0.0 m/s to 0.125 m/s, non-tidal so it is relatively not turbulent; (c) sea current modeling that maximum current speed is 0.25 m/s and minimum current speed occurs at highest tides and lowest low tides, with direction of current movement to southwest and northeast; (d) bathymetric conditions with a depth between 0-5 meters, constitute shallow water and sediment consist of mud, muddy sand and gravelly sand, are safe for building a LPG-GFS jetty pier. Based on the conditions of sea currents and data above, SMSUA permits is eligible to be granted and must be issued.KeywordsSea currentHydro-oceanographicJetty pierCoastal ecosystemMarine spatial planningPort of Parit Rempak
Modeling sea currents in working environment area of Parit Rempak Karimun port Haryani, Eny Budi Sri; Hasan, Syofyan; Candra, Andika Bayu
Depik Jurnal Ilmu Ilmu Perairan, Pesisir, dan Perikanan Vol 13, No 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.13.1.34599

Abstract

Sea currents is an important indicator, especially if permanent infrastructure to be built in waters area. Based on Government Regulation No. 21/2O21 Regarding the Implementation of Spatial Planning, it is mandatory to have licensing for Sustainability of Marine Spatial Utilization Activities (SMSUA). Therefore, Karya Karimun Mandiri Company collaborated with authors to conduct this research at Parit Rempak port. This research only focus to sea current and aims to determine the existing conditions of sea currents and their modeling in planned location for construction of LPG-GFS jetty pier. The analysis includes surface current conditions, sea currents based on NOAA data, sea current rose directions, sea current modeling, bathymetry maps and sediment condition, which use primary and secondary data. Primary data was measured at 6 research stations, which were then analyzed using Mike 21 software. The research results showed that: (a) existing conditions surface current speed at high tide ranges from 0.0 to 0.83 m/s towards the east, at low tide it ranges from between 0.07 to 0.64 m/s towards the west; (b) based on NOAA data, sea currents at research location move relatively regularly and in a direction towards southeast, which were speed of sea currents varies according to season, with a range of 0.0 m/s to 0.125 m/s, non-tidal so it is relatively not turbulent; (c) sea current modeling that maximum current speed is 0.25 m/s and minimum current speed occurs at highest tides and lowest low tides, with direction of current movement to southwest and northeast; (d) bathymetric conditions with a depth between 0-5 meters, constitute shallow water and sediment consist of mud, muddy sand and gravelly sand, are safe for building a LPG-GFS jetty pier. Based on the conditions of sea currents and data above, SMSUA permits is eligible to be granted and must be issued.KeywordsSea currentHydro-oceanographicJetty pierCoastal ecosystemMarine spatial planningPort of Parit Rempak